TEMPO Interaktif, Tiga orang dilaporkan tewas akibat bentrok fisik antara pasukan keamanan Uganda dengan para perusuh usai terjadi pembakaran situs pemakaman kerajaan di luar ibu kota Kampala.
Pengawal presiden terpaksa menembakkan senjata api ke arah kerumunan anggota suku Baganda, Rabu waktu setempat, karena mereka mencoba menghalangi Presiden Uganda Yoweri Museveni yang sedang melakukan kunjungan ke makam yang rusak, demikian penjelasan pejabat pemerintah.
“Mereka yang tewas adalah massa yang menghalangi rombongan presiden memasuki lokasi pemakaman,” kata Menteri Penerangan Lubega Segona kepada kantor berita The Associated Press. “Pengawal terpaksa menembakkan senapan api mengakibatkan tiga orang meninggal dan beberapa orang luka,” tambahnya.
Sementara itu menanggapi peristiwa berdarah, Inspektur Jenderal Polisi Kale Kaihura mengecam penembakan tersebut dan meminta para pejabat melakukan investigasi atas kejadian itu. “Saya telah menginstruksikan Direktur Departemen Investigasi Kriminal melakukan investigasi atas kejadian tersebut, siapa yang menembak rakyat,” katanya. “Semua yang terlibat akan ditahan dan dihukum,” lanjutnya.
Peristiwanya bermula dari kerusuhan yang melibatkan kelompok etnis Baganda. Mereka marah atas kerusakan kuburan yang memiliki sejarah besar bagi Kerajaan. Untuk membubarkan mereka, pasukan keamanan menggunakan gas air mata.
Sementara itu Malcolm Webb, wartawan Al Jazeera di Kampala melaporkan, sejumlah perusuh membakar situs pemakaman berumur 200 tahun yang tergolong warisan budaya. Menurut mereka kebakaran itu ada unsur kengajaan untuk dibakar.
Buganda merupakan salah satu dari empat kerajaan yang kesohor di Uganda sekaligus kelompok etnis terbesar di negeri itu. Kompleks pemakaman Kasubi telah ditetapkan oleh UNESCO, badan kebudayaan PBB, sebagai warisan budaya. Selain itu, makam tersebut merupakan situs wisata penting karena di sana dimakamkan empat keturunan raja Buganda, salah satunya dimakamkan di kuburan tersebut pada 1971.
AP | CHOIRUL