TEMPO Interaktif, Aparat keamanan Turki menahan lebih dari 40 orang yang diduga terkait dengan upaya merongrong kewibawaan pemerintah dan percobaan kudeta yang disponsori kaum militer terhadap pemerintahan yang sah. Mereka gagal mewujudkan keinginannya karena keburu ditangkap aparat keamanan. Demikian penjelasan Perdana Menteri Turki.
"Pagi ini, pasukan keamanan kami melakukan proses penahahan. Lebih dari 40 orang telah ditahan," ujar Recep Tayyip Erdogan, Senin waktu setempat.
Menurut laporan media setempat, di antara orang-orang yang ditahan terdapat mantan komandan pasukan angkatan udara, angkatan laut, dan sejumlah pejabat senior di kantor kementerian.
Percobaan kudeta, jelas laporan tersebut, diduga dilatarbelakangi ketegangan hubungan yang berlangsung beberapa tahun ini antara partai yang berkuasa AK Party dan kelompok militer.
Sementara itu, CNN-Turki dan saluran televisi berita NTV menyebutkan, polisi telah menahan Ibrahim Firtina mantan komandan angkatan udara, Ozden Ornek bekas komandan angkatan laut, dan sedikitnya lima pensiunan pejabat senior di kantor kementerian. Seluruhnya kini meringkuk dalam bui untuk dimintai keterangan oleh polisi antiteror.
Selain itu, keduanya merencanakan kudeta dengan sandi "Palu Godam" yakni akan mengebom dua masjid di Istanbul dan meningkatkan ketegangan dengan Yunani sehingga terjadi adu kekuatan udara dengan Yunani di atas Laut Aegen.
Dalam dokumen rahasia yang diperoleh koran tersebut, para bekas penggede militer itu menyatakan bahwa pemerintah yang dipimpin Erdogen sudah tidak layak lagi memimpin Turki. Menanggapi sinyalemene itu, militer Turki membenarkan adanya dokumen tersebut, meskipun hal itu sebenarnya sudah pernah dibicarakan dalam sebuah seminar. Tetapi mereka menolak kalau kegiatan itu sebagai bagian dari rencana mendongkel pemerintah.
Sampai sejauh ini, Jaksa telah mendakwa 400 orang dalam upaya percobaan kudeta, temasuk di antaranya adalah kaum militer, akademisi, jurnalis, dan politisi.
Upaya pendongkelan pemerintah oleh militer bukan hal baru. Sejak 1960, militer Turki yang berpaham sekuler telah melakukan empat kali kudeta. Hal itu sebagai bukti bahwa mereka ingin menunjukkan kesetiaan terhadap negara yang berpaham sekuler seperti yang dicita-citakan Mustafa Kemal Ataturk yang mengambil alih kekuasaan dari Kesultanan Turki Usmani.
Di bawah tekanan Uni Eropa, bagaimanapun juga, Erdogan telah secara dramatis membatasi kekuasaan militer dan memperkuat posisinya di bawah pemerintahan sipil, sementara dia juga mendorong tumbuhnya lembaga-lembaga demokratis. Ahad lalu, Perdana Menteri mengumumkan rencana baru merombak sistem peradilan dan konstitusi negara sebagai warisan dari hasil kudeta milter 1980.
ALJAZEERA | CHOIRUL