Perempuan dan Anak-anak Jadi Korban Kekerasan di Haiti
Minggu, 7 Februari 2010 08:33 WIB
TEMPO Interaktif, Port-Au-Prince - Bernice Chamblain menyimpan parang di bawah kasur usang untuk menangkal para penjahat seksual dan satu tangannya memeluk sekantong beras pada malam hari agar tak dicuri. Ini dilakukan agar dia masih bisa bertahan hidup dengan anak-anaknya.
Dia nyaris tidak tidur sejak bencana gempa bumi Haiti Januari 12. Chamblain dan tunawisma lainnya yang rata-rata perempuan dan anak-anak tinggal di tenda-tenda, di mana mereka menjadi sasaran empuk bagi kelompok-kelompok laki-laki yang merampok makanan dan bahkan kehormatan.
Perempuan selalu menjadi korban terburuk di Haiti. Sekarang kondisinya semakin memburuk. "Saya mencoba untuk tidak tidur," kata Chamblain, 22 tahun, yang kehilangan ayahnya dan sekarang tinggal di sebuah kamp kumuh dengan ibu dan bibinya di dekat Bandara Port-au-Prince.
"Beberapa orang yang melarikan diri dari penjara akan datang sekitar kamp dan menyebabkan masalah bagi para wanita. Kami semua takut, tapi apa yang bisa kita lakukan? Banyak dari suami kita, pacar dan ayah sudah mati."
Laporan krminalitas meningkat: Wanita dirampok kuponnya, yang digunakan untuk memperoleh makanan di tempat distribusi. Desas-desus yang berkembang tentang pemerkosaan dan intimidasi seksual di luar kamp, yang kini menjadi rumah bagi lebih dari setengah juta korban gempa.
Menteri Komunikasi Marie-Laurence Jocelyn Lassegue, baru-baru ini mengakui kerentanan perempuan dan anak-anak tetapi pemerintah ditekan untuk memprioritaskan makanan, tempat penampungan dan membersihkan puing.
Kelompok bantuan menawarkan tempat penampungan khusus untuk perempuan dan menyediakan wanita-titik distribusi makanan hanya untuk mencegah orang melakukan kejahatan terhadap mereka.
Namun, lebih dari tiga minggu setelah gempa berkekuatan 7,0 yang menewaskan sekitar 200 ribu orang dan 3 juta orang yang membutuhkan makanan, tempat tinggal dan obat-obatan lebih diutamakan. Wanita yang berbaris untuk mendapat makanan sebelum fajar, Sabtu, mengatakan mereka diserang oleh orang-orang yang mengacung-acungkan pisau yang mencuri kupon mereka.
Pada pukul 4 pagi, kami datang dan sekelompok orang itu keluar dari sebuah gang," kata Paquet Marly, 28, yang sedang menunggu beras untuk memberi makan dua anak perempuan, ibu dan keluarganya. "Mereka keluar dengan mengacungkan pisau dan berkata, 'Beri aku kupon Anda.' Kami terpaksa memberikan. Sekarang kita punya apa-apa - tidak ada kupon dan tidak ada makanan."
AP| NUR HARYANTO