Afganistan dan Pakistan Berharap Amerika Tetap Tambah Pasukan  

Reporter

Editor

Selasa, 1 Desember 2009 14:16 WIB

TEMPO Interaktif, Kabul -Pemerintah Pakistan dan Afganistan meminta Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama jangan berpikir terlalu rumit dalam menindaklanjuti langkah strategi konflik di Afganistan.

Pemerintah Afganistan khawatir, jika Obama terlalu bertele-tele menjelaskan pro kontra rencana penambahan 40 ribu personel pasukannya, Taliban akan mengambil kesempatan. Amerika akan dibiarkan berlarut dalam keputusannya, hingga akhirnya akan diminta meninggalkan Afganistan.

Jika terjadi seperti itu, peristiwa seperti Uni Soviet 20 tahun silam bisa saja terjadi di Afganistan. Jika di Uni Soviet berujung perang dingin, di Afganistan tanpa bantuan pasukan Amerika, kemungkinan al-Qaidah akan semakin meradang.

Sementara Pakistan berpendapat, terlalu banyak pertimbangan yang mengganggu rencana penambahan pasukan Amerika ke Afganistan itu. Padahal, pasukan yang ada saat ini terlalu sedikit untuk menghadapi militan Afganistan.

Jumlah yang sedikit itu membuat militer Pakistan mencuri kesempatan, memerangi para kelompok militan. Rakyat Pakistan umumnya mendukung penambahan pasukan Amerika tersebut. Mereka khawatir tanpa pasukan Amerika, Taliban akan merebut Kabul dan membuat kacau Afganistan.

Menurut pimpinan utama militer Pakistan, Mahmood Shah kekhawatiran itu muncul karena dia mengakui negaranya akan mudah diserang jika pasukan Amerika ditarik mundur dari Afganistan dan meninggalkan Pakistan.

"Jika Amerika meninggalkan peperangan begitu saja, tanpa kestabilan di Afganistan, akan buruk bagi Pakistan," kata Mahmood. "Obama harus mengumumkan tentang rencana strateginya, merubah kondisi dari peperangan menuju kestabilan, sehingga kami tak perlu lagi berupaya mengamankan negara dari gangguan Taliban."

Obama juga harus meyakinkan rakyat Amerika, bahwa perang di Afganistan tak seburuk di Vietnam. Hal itu, menurut salah seorang pimpinan parlemen Afganistan, Hamid Gailani, agar rencana penambahan pasukan dapat meredan kekhawatiran rakyat Amerika.

"Jangan sampai dia memaparkan, jalan keluar bagi kondisi Afganistan ialah dengan bertempur habis-habisan. Itu terlalu prematur jika dipaparkan sekarang," kata Hamid. Sebaliknya, lanjut Hamid, jika dia memaparkan tahap demi tahap soal strategi itu, akan lebih diterima rakyat Amerika.

Sementara menurut analis senior urusan kenegaraan Gedung Putih, Caroline Wadhams perlu ada upaya memaksa Obama untuk mengumumkan bahwa Amerika tidak akan selamanya mengirim pasukan ke Afganistan.

Menurut Wadhams, itu bisa membantu meredakan keras hati para militan, yang tak kenal kompromi terhadap pasukan asing yang bercokol di wilayahnya.

"Menurut saya, kekacauan disana menjadi propaganda yang terencana. Penambahan pasukan Amerika disana tentu tak akan mereka biarkan, bahkan mungkin upaya mereka makin keras untuk menduduki Afganistan dan membuat Karzai seperti badut," kata Wadhams.

Dengan dikirimnya 35 ribu personel pasukan Amerika ke Afganistan, maka jumlah keseluruhan pasukan yang berada di negara itu mencapai 71 ribu personel. Sebelumnya, jumlah pengiriman pasukan yang direncanakan Obama adalah 21 ribu personel.

AP/ANGIOLA HARRY

Berita terkait

Sekjen PBB Kutuk Serangan terhadap Tiga Pengamat UNIFIL di Lebanon

29 hari lalu

Sekjen PBB Kutuk Serangan terhadap Tiga Pengamat UNIFIL di Lebanon

Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk serangan terhadap tiga pengamat UNIFIL di perbatasan Lebanon dengan Israel, Sabtu.

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Adukan Serangan Israel terhadap UNIFIL ke Dewan Keamanan PBB

29 hari lalu

Lebanon akan Adukan Serangan Israel terhadap UNIFIL ke Dewan Keamanan PBB

Kemlu Lebanon mengutuk serangan Israel terhadap Pasukan Sementara PBB sebagai pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan

Baca Selengkapnya

Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon Diserang Tentara Israel, Empat Orang Terluka

29 hari lalu

Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon Diserang Tentara Israel, Empat Orang Terluka

Israel disebut menyerang penjaga perdamaian PBB di Lebanon. Empat terluka termasuk tiga pengamat PBB.

Baca Selengkapnya

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

45 hari lalu

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

Anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan dugaan intervensi Jokowi di Pilpres 2024 dalam sidang di Jenewa, Swiss.

Baca Selengkapnya

Italia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza

20 Januari 2024

Italia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza

Italia siap mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Jalur Gaza jika diperlukan, kata menteri luar negeri Italia Antonio Tajani

Baca Selengkapnya

Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Terkena Tembakan Pasukan Israel

26 November 2023

Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Terkena Tembakan Pasukan Israel

Patroli Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) pada Sabtu terkena tembakan militer Israel

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Pasukan Perdamaian PBB, Saudi Boikot Senjata ke Israel, Cina Damprat Israel

25 November 2023

Top 3 Dunia: Pasukan Perdamaian PBB, Saudi Boikot Senjata ke Israel, Cina Damprat Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 24 November 2023 masih didominasi oleh serangan brutal Israel ke Gaza.

Baca Selengkapnya

Gencatan Senjata Tak Jamin Israel Hentikan Serangan, Dosen Unair: Kerahkan Pasukan Perdamaian PBB

24 November 2023

Gencatan Senjata Tak Jamin Israel Hentikan Serangan, Dosen Unair: Kerahkan Pasukan Perdamaian PBB

Menurut dosen Unair, pasukan perdamaian PBB sebaiknya diterjunkan ke Gaza untuk hentikan pembantaian setelah gencatan senjata selesai.

Baca Selengkapnya

Afrika Selatan Desak Pengerahan Pasukan PBB untuk Lindungi Warga Gaza

30 Oktober 2023

Afrika Selatan Desak Pengerahan Pasukan PBB untuk Lindungi Warga Gaza

Desakan ini menunjukkan Afrika Selatan telah melangkah lebih jauh dalam memberikan dukungannya terhadap Palestina dibandingkan negara-negara lain.

Baca Selengkapnya

Uni Emirat Arab Tak Berniat Jadi Tuan Rumah COP29, setelah Putin Tolak Berlangsung di Eropa Timur

28 Oktober 2023

Uni Emirat Arab Tak Berniat Jadi Tuan Rumah COP29, setelah Putin Tolak Berlangsung di Eropa Timur

Uni Emirat Arab tidak akan menjadi tuan rumah perundingan iklim COP29 tahun depan.

Baca Selengkapnya