Presiden Jose Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao mendapatkan kritik keras dari kalangan penggiat hak asasi manusia atas kebijakannya memberikan pengampunan dan pemaafan kepada Indonesia dan membebaskan sejumlah tahanan.
Louis Gentile, perwakilan Timor Leste di komisi Hak Asasai Manusia PBB perwakilan Timor Leste, mengatakan kebijakan itu keliru. "Pembebasan ini bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan yang diemban PBB di Timor Leste yang menekankan penanganannya pada penegakan prinsip-prinsip dan akuntabilitas penanganan kejahatan kemanusiaan," ujar Louis Gentile, "(kebijakan) ini mempunyai implikasi secara global."
Timor Leste, dulunya bernama Timor Timur, diinvasi oleh militer Indonesia pada tahun 1975 dari koloni Portugis. Siperkirakan sekitar 180.000 orang tewas dalam penyerbuan invasi ini. Dan sekitar 1.000 orang Timor Leste tewas ketika terjadi kekerasan setelah referendum pelepasan Timor Leste dari Indonesia pada 1999.
Menurut catatan didalam website International Criminal Court, Martenus Bere, diduga merupakan milisi yang dalam peristiwa kekerasan di Suai, September 1999. "Dia diduga terlibat dalam penyerangan langsung, dan dia bukan seorang junior dalam peristiwa itu. Sehingga ii (pembebasan) merupakan hal yang serius," ujar Gentile ke Reuters.
Bere dibebaskan dari penjara Becora, Dili, pada Minggu (30/8) atas perintah Xanana Gusmao. Untuk sementara kini ia berada dalam penampungan Kedutaan Besar Indonesia di Dili.
Jumat (28/8) di Dili, Presiden Ramos Horta mengulang kembali penolakannya terhadap rencana Pengadilan Kejahatan Peranng PBB di Timor Leste. "Saya tahu apa itu arti penderitaan," kata Ramos dalam pernyataannya, ia kehilangan empat orang saudara kandungnya yang tewas selama perjuangan pelepasan Timor Leste dari Indonesia. " Tetapi saya menolak kalau dikatakan negara ini tidak peduli terhadap keadilan. Demokrasi di Indonesia sudah maju. Biar orang Indonesia sendiri yang akan mewujudkan keadilan bagi Indonesia, diwaktu mereka sendiri," ujar Horta.
Dalam kesempatan pidato kemerdekaan itu, Ramos Horta, mengulang kembali permintaannya terhadap pemerintah Indonesia, agar mengembalikan jasad para pahlawan perjuangan Timor Leste yang hilang selama masa perjuangan. Sebuah nama khusus yaitu Nicolau Lobato, yang hilang dalam perayaan tahun baru 1978. "Kami masih menunggu kembalinya jasad pahlawan besar kami Nicolau Lobato. Atas nama negara, masyarakat dan keluarganya, saya minta agar dikembalikan jasad Nicolau Lobato," ujar Ramos Horta.
Menteri Luar Negeri Timor Leste Zacarias Alban da Costa secara terpisah mengatakan, pihaknya menginginkan militer Indonesia mau terbuka dan memberikan informasi dimana letak kuburan-kuburan para pahlawan perjuangan Timor Leste.
REUTERS l WAHYUANA