Cerita WNI yang Memilih Bertahan di Tengah Krisis Lebanon

Reporter

Fachri Hamzah

Rabu, 30 Oktober 2024 21:00 WIB

Sebanyak 40 WNI dan 1 WNA tiba di Indonesia pada 7 Oktober 2024, setelah dievakuasi dari Lebanon. Sumber: dokumen Kementerian Luar Negeri RI

TEMPO.CO, Jakarta -Tya Gustiasih, seorang warga Indonesia (WNI) yang tinggal di Lebanon sejak 2006, memilih untuk tetap tinggal bersama suami dan anak-anaknya di Akkar, Lebanon Utara. Ini dilakukan meski situasi di negara tersebut semakin sulit akibat konflik dan keterbatasan ekonomi.

Sejak datang ke Lebanon bersama suaminya yang berkewarganegaraan Lebanon, Tya merasakan bagaimana sulitnya kehidupan di negara yang memiliki sejarah konflik berkepanjangan ini. Kini, di tengah keterbatasan listrik, air, dan melonjaknya harga pangan, Tya tetap bertahan.

Situasi ekonomi dan energi di Lebanon saat ini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Tya dan keluarganya. Listrik dari pemerintah hanya tersedia selama empat jam dalam sehari, yaitu dua jam di pagi hari dan dua jam di malam hari.

Kondisi ini mendorong Tya dan keluarganya untuk menggunakan tenaga surya sebagai sumber listrik utama, meskipun biaya pemasangannya cukup mahal.

Sementara itu, ketersediaan air juga terbatas. Karena listrik sering padam, sebagian besar warga harus membeli air dari luar. Tya dan keluarganya harus mengeluarkan sekitar $7 per pengisian air beberapa kali dalam satu bulan.

Advertising
Advertising

Selain listrik dan air, harga bahan pokok di Lebanon terus mengalami kenaikan. Tya menjelaskan, kenaikan ini terjadi karena tidak ada kontrol harga yang memadai dari pemerintah.

Akibatnya, harga barang berbeda di setiap toko, dengan harga bahan pokok seperti roti, sayuran, dan daging yang semakin mahal dan sulit dijangkau. Di tengah kenaikan ini, Tya harus berhemat dan menyediakan kebutuhan mendasar bagi keluarganya.

Di tengah situasi yang semakin memanas, khususnya di wilayah selatan Lebanon, dampak perang dirasakan semakin dekat oleh warga. Pemerintah Lebanon yang sudah dua tahun tanpa presiden, kini dihadapkan pada tantangan besar untuk menangani gencatan senjata dan mengupayakan perdamaian.

Sementara itu, bantuan dari negara-negara Arab dan distribusi bahan pangan belum merata, dengan beberapa konvoi bantuan bahkan terkena serangan bom.

Meskipun kondisi keamanan semakin buruk, Tya memilih untuk bertahan di Akkar, jauh dari daerah konflik utama. Salah satu alasan utamanya adalah keberadaan ayah mertua yang sudah lanjut usia dan perlu perawatan keluarga.

“Suami saya tak bisa meninggalkan ayahnya, dan saya merasa aman bersama mereka. Anak-anak juga lebih memilih tinggal di sini karena merasa dekat dengan ayah mereka,” ujar saat dihubungi TEMPO pada Sabtu 26 Oktober 2024.

KBRI di Lebanon memberikan bantuan dan dorongan kepada warga negara Indonesia yang masih bertahan. Tya mengapresiasi dukungan tersebut, bahkan memiliki grup WhatsApp dengan komunitas Indonesia di Lebanon yang selalu saling memberikan informasi dan dukungan.

Dia juga menyampaikan rasa syukurnya karena masih bisa merasa aman meskipun perang berkecamuk di sebagian wilayah Lebanon.

Di tengah segala keterbatasan, Tya juga menjalankan bisnis kecil-kecilan dari rumah untuk membantu perekonomian keluarga. Dia mengajar les bahasa Inggris dan menjalankan toko online kecil, menjual produk seperti Avon, Tupperware, dan kosmetik lokal. Meski bisnisnya menghadapi tantangan besar akibat perang, Tya tetap optimis dan menganggap ini adalah bagian dari perjuangan hidup.

“Selama kita masih memiliki keyakinan dan kesabaran, saya yakin akan selalu ada jalan keluar."

Israel telah melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak bulan lalu terhadap apa yang mereka klaim sebagai sasaran Hizbullah. Ini eskalasi perang lintas batas antara Israel dan kelompok tersebut selama satu tahun sejak dimulainya serangan brutal Israel di Gaza.

Lebih dari 2.700 orang telah terbunuh dan hampir 12.500 orang terluka dalam serangan Israel sejak Oktober tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Israel memperluas konflik pada 1 Oktober tahun ini dengan melancarkan serangan ke Lebanon selatan.

Pilihan Editor: Profil Pemimpin Hizbullah Naim Qassem, Baru Terpilih Diancam Israel

Berita terkait

Berkontribusi Signifikan terhadap PDB, BI Ungkap 4 Strategi Genjot Ekonomi Syariah Indonesia

3 jam lalu

Berkontribusi Signifikan terhadap PDB, BI Ungkap 4 Strategi Genjot Ekonomi Syariah Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan mencanangkan empat langkah untuk memajukan ekonomi syariah Indonesia.

Baca Selengkapnya

CNN Larang Tokoh Zionis setelah Ancam Jurnalis Muslim dalam Debat Live

6 jam lalu

CNN Larang Tokoh Zionis setelah Ancam Jurnalis Muslim dalam Debat Live

Setelah ancaman pembunuhan di 'CNN Newsnight,' tokoh zionis Ryan James Girdusky tak akan lagi diundang

Baca Selengkapnya

Dubes Turki di PBB Serukan Embargo Senjata terhadap Israel

7 jam lalu

Dubes Turki di PBB Serukan Embargo Senjata terhadap Israel

Duta Besar Turki untuk PBB Ahmet Yildiz menyerukan embargo senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Khawatir Diserang Drone, Netanyahu Tunda Pernikahan Putranya

8 jam lalu

Khawatir Diserang Drone, Netanyahu Tunda Pernikahan Putranya

Pernikahan putra Netanyahu, Avner, direncanakan pada 26 November di utara Tel Aviv

Baca Selengkapnya

Iron Beam akan Perkuat Pertahanan Udara Israel, Apa Kelebihan dan Kelemahannya?

8 jam lalu

Iron Beam akan Perkuat Pertahanan Udara Israel, Apa Kelebihan dan Kelemahannya?

Pertahanan udara Israel berkali-kali ditembus roket-roket dan rudal dari Gaza, Lebanon dan Iran, kini negara zionis itu mengandalkan Iron Beam.

Baca Selengkapnya

Swedia Kritik Larangan Israel terhadap Operasi UNRWA

9 jam lalu

Swedia Kritik Larangan Israel terhadap Operasi UNRWA

Keputusan Israel melarang UNRWA bukan hanya tidak sesuai dengan hukum internasional, tetapi juga mengancam bantuan kemanusiaan

Baca Selengkapnya

Sensasi Makan Steik Wagyu Lokal dari Sumatra, Mau Coba?

10 jam lalu

Sensasi Makan Steik Wagyu Lokal dari Sumatra, Mau Coba?

Meski dikenal dari Jepang, wagyu juga sudah diproduksi di dalam negeri dari peternakan di Sumatra, namanya Tokusen.

Baca Selengkapnya

Profil Pemimpin Hizbullah Naim Qassem, Baru Terpilih Diancam Israel

10 jam lalu

Profil Pemimpin Hizbullah Naim Qassem, Baru Terpilih Diancam Israel

Pemimpin Hizbullah yang baru, Naim Qassem sudah diancam Israel. Seperti apa sosoknya?

Baca Selengkapnya

Spanyol Batalkan Kontrak Perdagangan Senjata dengan Israel

11 jam lalu

Spanyol Batalkan Kontrak Perdagangan Senjata dengan Israel

Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengumumkan penarikan diri dari kontrak dengan perusahaan Israel tentang pembelian senjata

Baca Selengkapnya

Israel Hancurkan Semua Sistem Rudal S-300, Iran dalam Bahaya?

13 jam lalu

Israel Hancurkan Semua Sistem Rudal S-300, Iran dalam Bahaya?

Israel menggempur sasaran militer Iran dan menghancurkan rudal S-300 andalan negara ini.

Baca Selengkapnya