74 Tahun Berkonflik, Belum Ada Perjanjian Damai Antara Korea Utara dan Selatan

Kamis, 24 Oktober 2024 12:12 WIB

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mencoba senjata api saat memantau latihan militer di pangkalan operasi militer besar di wilayah barat negara itu, saat memerintahkan peningkatan kesiapan perang, di Korea Utara, dalam gambar yang dirilis pada 7 Maret, 2024. KCNA via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan yang telah meningkat antara dua Korea dalam beberapa bulan terakhir memasuki fase baru setelah Korea Utara meledakkan sebagian dari dua jalur yang menghubungkan negara tersebut dengan Korea Selatan pada Selasa, 15 Oktober 2024.

Keesokan harinya, Korut mengklaim bahwa setidaknya 1,4 juta pemuda telah mendaftarkan diri sebagai tentara, baik sebagai rekrutan baru maupun mereka yang menyatakan kembali bergabung. Tindakan ini diambil oleh negara komunis tersebut setelah menuduh Korea Selatan mengirimkan selebaran propaganda ke Pyongyang menggunakan drone. Korut menganggap penggunaan drone tersebut sebagai provokasi yang dapat mengarah pada "konflik bersenjata, bahkan perang."

Pyongyang kemudian memerintahkan pasukan perbatasan untuk bersiap melancarkan serangan, sementara Korsel menanggapi dengan menyatakan kesiapan untuk membalas. Seoul bahkan memperingatkan bahwa jika keselamatannya terancam, itu akan menjadi "akhir dari rezim Korea Utara." Pertikaian terbaru ini mencerminkan meningkatnya ketegangan antara kedua Korea, yang berada pada titik terburuk dalam beberapa tahun terakhir, dimulai dari pernyataan pemimpin Korut, Kim Jong-un, pada bulan Januari yang menyebut Korsel sebagai musuh nomor satu rezimnya.

Konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara bukanlah hal baru, kedua negara memiliki sejarah panjang terkait perpecahan semenanjung Korea. Sebelumnya, Korea merupakan satu entitas politik yang menguasai wilayah semenanjung dan sekitarnya selama berabad-abad. Perpecahan ini dimulai setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II pada tahun 1945, ketika dua negara pemenang superpower, yaitu Sekutu dan Uni Soviet, membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea.

Pada 25 Juni 1950, Korea Utara yang didukung oleh Cina dan Uni Soviet menyerang Korea Selatan, yang didukung oleh Amerika Serikat. Dewan Keamanan PBB, yang baru saja dibentuk, mengerahkan 21 negara untuk menghentikan invasi tersebut, dengan 90 persen pasukannya berasal dari AS. Perang berlangsung selama tiga tahun, menewaskan jutaan orang, termasuk ratusan ribu tentara di kedua belah pihak. Kementerian Pertahanan Seoul mencatat 520.000 korban jiwa dari Korea Utara, serta 137.000 tentara Korea Selatan dan 37.000 tentara AS.

Advertising
Advertising

Perang berakhir pada 27 Juli 1953 dengan Kesepakatan Gencatan Senjata yang diprakarsai oleh Kim Il Sung, pendiri Korea Utara. Kesepakatan ini termasuk pembentukan Zona Demiliterisasi (DMZ) untuk memisahkan kedua Korea dan mengizinkan kembalinya tahanan. Namun, tidak ada perjanjian perdamaian yang ditandatangani, sehingga secara resmi perang antara kedua negara belum berakhir.

Semenanjung Korea kini terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh DMZ, yang mengikuti garis paralel ke-38 berdasarkan persetujuan PBB. Setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menguasai wilayah selatan dan Uni Soviet menguasai wilayah utara, masing-masing berupaya mempersiapkan kemerdekaan. Wilayah selatan membentuk pemerintahan yang berpusat di Seoul, dipimpin oleh Syngman Rhee, sementara wilayah utara membentuk sistem komunis di bawah kepemimpinan Kim Il Sung, yang berpusat di Pyongyang.

Hingga saat ini, belum ada perjanjian damai antara kedua belah pihak; mereka hanya sepakat untuk menghentikan permusuhan melalui gencatan senjata. Hingga kini Amerika Serikat masih menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan sebagai bagian dari "pasukan perlindungan." Sementara itu, Korea Utara mengklaim memiliki "angkatan bersenjata terbesar di dunia" dan menempatkan pasukan serta persenjataan dekat DMZ, sambil terus mengembangkan senjata nuklir dan sistem rudal jarak jauh.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | BBC | DW | YOLANDA AGNE

Pilihan Editor: AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

Berita terkait

Perbandingan Kekuatan Nuklir Israel dan Iran, Siapa yang Lebih Unggul?

4 jam lalu

Perbandingan Kekuatan Nuklir Israel dan Iran, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan kekuatan nuklir Israel dan Iran, jumlah hulu ledak dan implikasi militer di tengah ketegangan Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

5 jam lalu

AS Mengaku Punya Bukti Korea Utara Kirim 3.000 Tentara Bela Rusia di Ukraina

Tentara Korea Utara disebut ikut perang melawan Ukraina. Mereka direkrut oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Kim Jong Un Lagi-lagi Periksa Pangkalan Rudal dan Senjata Balistik

23 jam lalu

Kim Jong Un Lagi-lagi Periksa Pangkalan Rudal dan Senjata Balistik

Kim Jong Un memeriksa pangkalan rudal setelah ramai soal tentara Korea Utara yang membantu Rusia di perang Ukraina.

Baca Selengkapnya

Zelensky Klaim Korea Utara Siapkan 2 Brigade untuk Dukung Invasi Rusia di Ukraina

1 hari lalu

Zelensky Klaim Korea Utara Siapkan 2 Brigade untuk Dukung Invasi Rusia di Ukraina

Zelensky pada Selasa malam mengklaim bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan dua brigade militer untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina.

Baca Selengkapnya

Wakili Indonesia, Afgan akan Meriahkan Asia Song Festival 2024 di Korea Selatan

1 hari lalu

Wakili Indonesia, Afgan akan Meriahkan Asia Song Festival 2024 di Korea Selatan

Afgan mengaku bangga bisa mewakili Indonesia untuk tampil di Asia Song Festival 2024, Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

10 Diktator Paling Kejam di Dunia yang Jarang Diketahui, Ada dari Asia

2 hari lalu

10 Diktator Paling Kejam di Dunia yang Jarang Diketahui, Ada dari Asia

Tidak hanya Adolf Hitler dan Joseph Stalin, terdapat beberapa diktator kejam yang jarang dikenal di dunia. Siapa saja?

Baca Selengkapnya

Wamenlu Havas Pastikan RI Tetap Berperan Positif di Kancah Global

2 hari lalu

Wamenlu Havas Pastikan RI Tetap Berperan Positif di Kancah Global

Wamenlu Arif Havas Oegroseno menyatakan kesiapannya bertugas di jabatan barunya agar Indonesia terus berperan positif di tengah dinamika global

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Panggil Dubes Rusia terkait Pengiriman Pasukan Korut

2 hari lalu

Korea Selatan Panggil Dubes Rusia terkait Pengiriman Pasukan Korut

Kemlu Korea Selatan memanggil duta besar Rusia untuk memprotes pengiriman pasukan Korea Utara guna mendukung perang di Ukraina

Baca Selengkapnya

Kamala Harris: Tersandung Tuduhan Dugaan Plagiarisme hingga Mengecam Trump

4 hari lalu

Kamala Harris: Tersandung Tuduhan Dugaan Plagiarisme hingga Mengecam Trump

Kamala Harris, mengecam Donald Trump atas komentar-komentarnya yang tidak menyenangkan mengenai "musuh dari dalam" Amerika Serikat

Baca Selengkapnya

11 Restoran Chef Black Spoon Culinary Class Wars yang Wajib Dicoba

4 hari lalu

11 Restoran Chef Black Spoon Culinary Class Wars yang Wajib Dicoba

Setelah mengulik restoran tim White Spoon, kini saatnya menjelajahi beberapa restoran dari tim Black Spoon yang bertarung di Culinary Class Wars

Baca Selengkapnya