Vladimir Putin Ingin Pedamaian Jangka Panjang dengan Ukraina

Reporter

TEMPO

Sabtu, 19 Oktober 2024 18:30 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat di atas panggung dalam sebuah acara bersama Presiden Vietnam To Lam, yang dihadiri oleh Asosiasi Persahabatan Vietnam dan generasi alumni Vietnam yang belajar di Rusia di Hanoi Opera House di Hanoi pada 20 Juni 2024. MANAN VATSYAYANA/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan perdamaian yang abadi dengan Kyev, bukan kesepakatan jangka pendek. Sebab tujuan Rusia adalah memastikan keamanan jangka panjang.

"Jika kami bicara soal sejumlah proses perdamaian, maka itu seharusnya bukan sebuah gencatan senjata selama dua Minggu atau sata tahun sehingga negara-negara NATO yang mendukung Ukraina bisa mempersenjatai lagi negara itu dan menambah pasokan stok senjata ke sana," kata Putin, Jumat, 18 Oktober 2024, dalam sebuah acara BRICS.

Putin menekankan pihaknya mencari solusi jangka panjang, berkesinambungan dan perdamaian abadi yang memberikan kesetaraan keamanan bagi seluruh pihak dalam proses yang sulit ini. Otoritas Rusia menghormati dan memahami negara-negara anggota BRICS yang sangat ingin masalah perang Ukraina ini diselesaikan secepatnya dan lewat cara damai.

Moskow menyadari perang Ukraina adalah sebuah masalah internasional yang menyebalkan, yang juga menyangkut masalah ekonomi dan Rusia pun ingin menyelesaikannya sesegera mungkin dan lewat jalan damai. Rusia siap berdialog dengan Ukraina, namun hanya berpegang pada dokumen yang sudah disusun di Istanbul pada Maret 2022 ketika kedua belah pihak terakhir kalinya duduk bersama membicakan permasalahan ini.

Sebelumnya pada bulan lalu, Putin mengatakan Kyev sebenarnya sudah punya itikad untuk menyatakan militernya netral, mau membatasi persenjataannya dan berhenti mendiskrimknasi warga Ukraina keturunan Rusia. Sebagai imbalannya, Moskow akan bergabung dengan negara-negara besar dunia untul menawarkan jaminan keamanan Ukraina.

Advertising
Advertising

"Dalam dokumen (yang dibahas di Istanbul) bahkan tidak mendikte Ukraina untuk melakukan ini-itu. Sebaliknya para elit di Pemerintahan Amerika Serikat dan Ukraina terasa ingin mencari-cari kesalahan strategi Rusia," kata Putin.

Sebelumnya pada Rabu, 16 Oktober 2024, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkap ke publik perihal rancangan yang disebutnya 'rencana kemenangan' untuk perang Ukraina. Akan tetapi, skema itu tidak termasuk negosiasi dengan Rusia dan hanya menyerukan agar negara-negara Barat memperkuat Ukraina demi bisa mencapai sebuah solusi diplomatik.

Sumber : RT.com

Pilihan editor: Retno Marsudi dan Qatar Sepakati Kerja Sama Beasiswa untuk Mahasiswa Afganistan

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Survei: Pengungsi Ukraina Tak Ingin Pulang ke Kampung Halaman

5 jam lalu

Survei: Pengungsi Ukraina Tak Ingin Pulang ke Kampung Halaman

Tak lama setelah melarikan diri dari perang Ukraina, sekitar 60 persen responden ingin pulang ke Ukraina, namun jumlah itu sekarang turun

Baca Selengkapnya

Donald Trump Sebut Volodymyr Zelensky sebagai Pihak Pertama yang Memicu Perang Ukraina

1 hari lalu

Donald Trump Sebut Volodymyr Zelensky sebagai Pihak Pertama yang Memicu Perang Ukraina

Donald Trump sudah sering mengkritik Zelensky dalam kampanyenya, bahkan berulang kali menyebutnya salesman terbaik di dunia

Baca Selengkapnya

Zelensky Paparkan Rencana Kemenangan, Janjikan Barter SDA Ukraina untuk Barat

2 hari lalu

Zelensky Paparkan Rencana Kemenangan, Janjikan Barter SDA Ukraina untuk Barat

Zelensky memaparkan rencana kemenangan melawan Rusia. Ia menolak menyerahkan wilayah Ukraina.

Baca Selengkapnya

Dokumen Akhir KTT Asia Timur Belum Diadopsi, Rusia Sebut Gara-gara Amerika Serikat

2 hari lalu

Dokumen Akhir KTT Asia Timur Belum Diadopsi, Rusia Sebut Gara-gara Amerika Serikat

Alasan dokumen pernyataan akhir KTT Asia Timur belum dapat diadopsi adalah karena Rusia menyebut ada upaya memasukkan geopolitik ke dokumen itu

Baca Selengkapnya

Berapa Jumlah Kementerian di India, Rusia, Cina, dan Amerika?

3 hari lalu

Berapa Jumlah Kementerian di India, Rusia, Cina, dan Amerika?

Berikut jumlah kementerian dari negara-negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Baca Selengkapnya

Sekjen ASEAN Tekankan Netralitas di Tengah Kekuatan Besar Global

3 hari lalu

Sekjen ASEAN Tekankan Netralitas di Tengah Kekuatan Besar Global

Sekjen ASEAN menekankan komitmen agar organisasinya tetap bersikap netral di tengah kekuatan besar global.

Baca Selengkapnya

BRIN Gandeng Perusahaan Rusia Rosatom Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Kesehatan

4 hari lalu

BRIN Gandeng Perusahaan Rusia Rosatom Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Kesehatan

BRIN jalin kerjasama dengan perusahaan energi Rusia Rosatom untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk kesehatan.

Baca Selengkapnya

Badan Nuklir Rusia: IKN Cocok Gunakan Teknologi Nuklir

4 hari lalu

Badan Nuklir Rusia: IKN Cocok Gunakan Teknologi Nuklir

Pemerintah Indonesia bisa mengkolaborasikan pemanfaatan energi nuklir dengan energi lainnya dalam operasional IKN.

Baca Selengkapnya

Mark Rutte Pastikan NATO Tak Bisa Diintimidasi Rusia

4 hari lalu

Mark Rutte Pastikan NATO Tak Bisa Diintimidasi Rusia

Dalam kunjungan ke Wiesbaden, Mark Rutte memberi pesan tegas ke Rusia

Baca Selengkapnya

6 Fakta Tewasnya 5 Pendaki Rusia di Dhaulagiri, Gunung dengan Zona Kematian

5 hari lalu

6 Fakta Tewasnya 5 Pendaki Rusia di Dhaulagiri, Gunung dengan Zona Kematian

Lima pendaki Gunung Dhaulagiri asal Rusia ditemukan meninggal dunia, berikut fakta-faktanya.

Baca Selengkapnya