Elon Musk Kucurkan Rp1, 1 Triliun untuk Dukung Donald Trump Jadi Presiden Amerika Serikat
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Suci Sekarwati
Jumat, 18 Oktober 2024 11:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - CEO SpaceX Elon Musk kini menjadi salah satu donatur terbesar Partai Republik di Amerika Serikat. Musk juga merupakan satu-satunya donatur bagi komite aksi politik yang dibentuknya yang bernama America PAC.
Menurut laporan terbaru Komisi Pemilihan Federal atau FEC, Elon Musk melalui Amerika PAC menghabiskan sekitar US$75 juta atau Rp1,1 triliun untuk mendukung upaya pemilihan kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Laporan tersebut menunjukkan Musk bergabung dengan tokoh-tokoh Silicon Valley terkemuka lainnya dalam mendukung Trump, termasuk pebisnis Marc Andreessen dan Ben Horowitz, yang masing-masing menyumbangkan US$2,5 juta kepada super PAC yang berpihak kepada Trump.
Sejak diluncurkan pada Mei 2024, super PAC milik Musk dengan cepat muncul sebagai bagian penting dari upaya mengembalikan Trump ke Gedung Putih menjelang pemilihan umum pada 5 November mendatang. Melalui Amerika PAC, Musk berupaya meningkatkan suara di negara-negara bagian yang menjadi penentu.
Musk mendukung Trump pada Juli 2024 setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap mantan presiden tersebut. Semenjak itu, Musk terus menjadi pendukung vokal Trump. Pada awal bulan ini, miliarder yang juga CEO Tesla itu, muncul di panggung bersama Trump ketika ia kembali ke lokasi upaya pembunuhan tersebut.
Sumbangan Musk untuk America PAC telah membuatnya bergabung ke dalam klub eksklusif donatur besar Partai Republik, yang juga mencakup pewaris perbankan Timothy Mellon dan miliarder kasino Miriam Adelson. Berkenaan dengan itu, Reuters melaporkan pada awal bulan ini Musk mendanai kelompok politik konservatif selama bertahun-tahun secara diam-diam jauh sebelum dukungan publiknya terhadap Trump.
America PAC menolak berkomentar tentang sumbangan Musk. Musk juga bungkam perihal ini. America PAC sendiri fokus mendorong warga Amerika yang menyukai Trump tetapi tidak terlibat dalam pencoblosan saat pada November mendatang.
Sumber: NPR dan Reuters
Pilihan editor: Perang Gaza, Pertumbuhan Bisnis Starbucks Indonesia Perlahan Membaik
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini