Top 3 Dunia: Wali Kota Lebanon Tewas, Komandan Al Quds Masih Sehat
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 18 Oktober 2024 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia dimulai dari Wali Kota Lebanon yang dikabarkan tewas bersama 15 orang lainnya dalam serangan Israel. Berita lainnya yaitu Komandan tertinggi Brigade Al Quds Iran, Esmail Qaani, dikabarkan dalam keadaan baik. Ia semula diberitakan tewas. Terakhir adalah alasan negara Arab tak mau melawan Israel. Berikut selengkapnya:
1. Wali Kota Lebanon Tewas bersama 15 Warga dalam Serangan Bom Israel
Sedikitnya 16 orang, termasuk seorang wali kota, tewas dalam serangan udara Israel terhadap kantor pusat kota di sebuah kota di Lebanon selatan, lapor Kantor Berita Nasional (NNA) resmi negara tersebut.
Para pejabat Lebanon mengecam serangan PADA Rabu itu, yang juga melukai lebih dari 50 orang di Nabatieh, ibu kota provinsi tersebut. Beirut mengatakan bahwa itu adalah bukti bahwa serangan Israel melawan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, kini beralih ke sasaran negara Lebanon.
“Pasukan Israel dengan sengaja menargetkan pertemuan dewan kota untuk membahas layanan kota dan situasi bantuan untuk membantu orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat kampanye Israel,” kata Perdana Menteri sementara Najib Mikati.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dalam kunjungannya ke Israel utara dekat perbatasan dengan Lebanon bahwa Israel tidak akan menghentikan serangannya terhadap Hizbullah untuk memungkinkan negosiasi.
“Hizbullah berada dalam kesulitan besar,” katanya, menurut pernyataan dari kantornya. “Kami akan mengadakan negosiasi hanya jika ada kecaman. Saya mengatakan ini pada hari pertama. Saya mengatakannya di Gaza, dan saya mengatakannya di sini.”
Simak di sini berita selengkapnya.
<!--more-->
2. Panglima Militer Israel dan Komandan Brigade Al Quds Iran Esmail Qaani Muncul ke Publik Setelah Dikabarkan Tewas
"Dia dalam kondisi sehat dan menjalankan aktivitasnya. Beberapa pihak meminta kami untuk mengeluarkan pernyataan," kata Masjedi seperti dikutip media pemerintah Iran terkait Qaani.
Brigjen Esmail Qaani, muncul di depan umum di Teheran pada Ahad setelah hampir dua minggu spekulasi mengenai nasibnya, termasuk rumor bahwa dia telah terbunuh atau terluka dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut.
Rekaman yang disiarkan televisi pemerintah Iran menunjukkan Qaani menghadiri upacara di Teheran untuk kepulangan Jenazah Brigjen Abbas Nilforoushan, seorang perwira Iran yang tewas dalam serangan Israel di Beirut pada 27 September.
Sebelumnya, dua sumber keamanan Iran melaporkan bahwa Qaani tidak bisa dihubungi sejak serangan di Beirut minggu lalu. Kantor Berita Mahasiswa Iran juga melaporkan bahwa pesan dari Qaani dibacakan dalam sebuah konferensi solidaritas untuk anak-anak Palestina yang digelar pada hari Senin di Teheran, karena Qaani berhalangan hadir akibat menghadiri pertemuan penting lainnya.
Baca selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Lima Alasan Negara Arab Diam Saja Israel Bantai Gaza
Sudah satu tahun penuh Israel membombardir Gaza atau sejak 7 Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban tewas hingga Oktober 2024 telah melampaui 42.400 jiwa. Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlanjut dan mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Dalam kondisi yang memilukan ini, banyak yang mempertanyakan mengapa negara Arab tampak pasif atau tidak bersuara lantang mengenai situasi Gaza.
Muhittin Ataman, seorang profesor di Departemen Hubungan Internasional di Universitas Ilmu Sosial Ankara menjelaskan sejumlah alasan kenapa negara Arab cenderung diam ketika Gaza dibombardir oleh Israel. Berikut alasannya dilansir dari Daily Sabah.
Perubahan Identitas Masyarakat Arab
Menurut Muhittin, saat ini terjadi perubahan identitas pada masyarakat Arab. Dulu, banyak masyarakat Arab yang merasa erat dengan identitas pan-Arab dan Islam, sehingga mereka lebih peduli terhadap isu Palestina. Namun, sejak Arab Spring pada 2011, identitas nasional menjadi lebih penting. Orang-orang Arab kini lebih memprioritaskan urusan dalam negeri mereka sendiri daripada masalah internasional seperti konflik Palestina-Israel.
Lemahnya Organisasi Masyarakat
Setelah Arab Spring, banyak organisasi yang mendukung gerakan protes ditekan oleh pemerintah. Contohnya, Ikhwanul Muslimin—sebuah organisasi Islam besar yang mendukung perubahan di berbagai negara Arab—dilarang di beberapa negara. Hal ini membuat sulit bagi masyarakat Arab untuk terorganisir dan mengungkapkan pendapat mereka, termasuk soal konflik Palestina.
Simak di sini selengkapnya.