Perdana Menteri Prancis dan Pemerintahannya Mengundurkan Diri
Reporter
Tempo.co
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 17 Juli 2024 14:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal dan pemerintahannya yang beraliran tengah pada Selasa, 16 Juli 2024, mengundurkan diri. Namun mereka masih akan menjalankan roda pemerintahan hingga kabinet baru dibentuk. Mereka juga bertugas memastikan penyelenggaraan Olimpiade Paris pada 26 Juli 2024 berjalan mulus.
Pengunduran diri itu dilakukan setelah hasil pemilu parlemen putaran kedua hasilnya masih belum diputuskan. Staf di Pemerintahan Prancis yang mengundurkan diri itu masih akan menjalankan tugas-tugas mereka saat ini, hanya saja mereka tidak bisa mengajukan undang-undang yang baru ke parlemen atau membuat perubahan besar apapun itu. Prancis adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di Eropa.
“Menangani masalah yang ada saat ini berarti menerapkan langkah-langkah yang sudah diputuskan dan mengatasi hal-hal kedaruratan yang timbul. Tidak kurang-tidak lebih,” kata Mathieu Disant, profesor bidang hukum dari universitas Panthéon-Sorbonne
Disant menjelaskan pemerintahan yang akan keluar ini – akan kehilangan kekuasaan sepenuhnya. Secara logika, kondisi ini akan menghilangkan peluang bagi pemerintah untuk mengambil tindakan politik.
Sebelumnya, pernah ada pemerintahan sementara di Prancis, namun hanya bertahan selama beberapa hari saja. Tidak ada batasan berapa lama pemerintahan sementara boleh memerintah, parlemen Prancis pun tak bisa memaksa pemerintahan sementara untuk berhenti.
Sejumlah aturan ketat mengatur bahwa seorang menteri di Prancis tidak boleh menjabat sebagai anggota parlemen saat yang bersamaan. Namun sejumlah ahli berpendapat meskipun perdana menteri Attal dan anggota kabinet lainnya sudah mengundurkan diri, mereka masih bisa ambil bagian dalam pemilihan ketua parlemen Prancis yang akan diselenggarakan pada Kamis, 18 Juli 2024.
Sebelumnya pada 8 Juli 2024, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak pengunduran diri Perdana Menteri Attal setelah perkiraan awal pemilu legislatif cepat menunjukkan tidak satu pun koalisi utama di Prancis memperoleh cukup kursi untuk membentuk pemerintahan. Macron meminta Attal untuk terus mempertahankan posisinya “untuk saat ini”.
Attal bertandang ke Istana Kepresidenan Elysee untuk bertemu dengan Macron guna mengajukan pengunduran dirinya. Namun alih-alih diterima, ia malah diminta untuk tetap menjabat perdana menteri untuk sementara waktu agar “menjamin stabilitas negara”, kata sumber di Istana Elysee kepada media BFMTV. Macron juga mengucapkan terima kasih kepada Attal atas kerja kerasnya selama kampanye pemilu.
Sumber: Reuters
Pilihan editor: Dampingi Donald Trump, JD Vance Ternyata Veteran Perang Irak
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini