Diplomat Korea Utara Bawa Istri dan Anaknya Membelot ke Korsel
Editor
Dewi Rina Cahyani
Selasa, 16 Juli 2024 12:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang diplomat senior Korea Utara yang berbasis di Kuba membelot bersama istri dan anaknya ke Korea Selatan pada November 2023, menurut laporan media Korea Selatan pada Selasa, 16 Juli 2024. Ia menjadi diplomat Korea Utara berpangkat tertinggi yang melarikan diri ke Korea Selatan sejak 2016.
Sebelum melarikan diri ke Korea Selatan, diplomat bernama Ri Il Kyu, 52, adalah seorang konselor di kedutaan besar Korea Utara di Kuba, kata surat kabar besar Korea Selatan Chosun Ilbo, mengutip wawancara dengan Ri. Kantor Berita Yonhap juga melaporkan Ri telah membelot ke Selatan, mengutip sumber anonim dari pemerintah.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani urusan antar-Korea, menolak mengomentari laporan tersebut, dengan alasan masalah privasi.
Di antara tugas Ri di kedutaan adalah menghalangi Korea Utara, Korea Selatan, dan sekutu lama Kuba, untuk menjalin hubungan diplomatik, demikian dilaporkan Chosun Ilbo. Pada bulan Februari, kedua negara menjalin hubungan diplomatik.
Ri mengatakan dia terbang keluar dari Kuba bersama keluarganya. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut cerita pelariannya dari Kuba yang berisiko tinggi itu.
"Saya membeli tiket pesawat dan menelepon istri dan anak saya untuk memberi tahu mereka tentang keputusan saya, enam jam sebelum pembelotan. Saya tidak mengatakan Korea Selatan, tetapi mengatakan, mari kita tinggal di luar negeri," katanya.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot menghadapi hukuman berat, termasuk dihukum mati menurut kelompok hak asasi manusia dan pembelot yang berhasil.
Kelompok hak asasi manusia dan para ahli mengatakan, jumlah pembelot Korea Utara yang tiba di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir semakin berkurang. Sebabnya penyeberangan ke Cina diperketat dan biaya perantara yang besar.
Tahun lalu, 196 pembelot Korea Utara datang ke Seoul, turun dari 2.700 orang satu dekade lalu, menurut data pemerintah Korea Selatan. Sebagian besar pembelot Korea Utara yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan adalah mereka yang telah lama tinggal di luar negeri, seperti diplomat, menurut aktivis hak asasi manusia.
Kisah pembelotan warga Korea Utara sering kali baru terungkap setelah berbulan-bulan. Para pembelot harus mendapatkan izin dari pihak berwenang dan menjalani pendidikan mengenai masyarakat dan sistem Korea Selatan.
Ri bergabung dengan kementerian luar negeri Korea Utara pada 1999. Ia pernah dipuji oleh Kim Jong Un karena berhasil bernegosiasi dengan Panama untuk mencabut penahanan kapal Korea Utara yang kedapatan membawa senjata dari Kuba pada 2013.
Ri mengatakan keputusannya membelot karena permintaannya untuk pergi ke Meksiko guna menjalani perawatan medis ditolak tahun lalu. Ia menambahkan bahwa orang tua dan mertuanya yang mungkin menghadapi pembalasan atas pembelotannya telah meninggal dunia.
Pembelotan terakhir oleh pejabat tinggi dilakukan Tae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, pada 2016. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Minggu menjanjikan dukungan keuangan yang lebih baik bagi para pembelot Korea Utara dan insentif pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan para pembelot tersebut.
Ri mengatakan banyak warga Korea Utara bermimpi tinggal di Selatan, karena mereka ingin memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
REUTERS
Pilihan editor: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi terhadap Ekstremis Israel atas Pelanggaran HAM terhadap Warga Palestina