Israel Minta Warga Gaza Mengungsi Lagi, PBB Ingatkan Itu Hanya Memperburuk Penderitaan

Reporter

Tempo.co

Rabu, 3 Juli 2024 12:00 WIB

Warga Palestina mencari korban di antara reruntuhan bangunan usai serangan Israel di kamp pengungsi Al Shati di Kota Gaza, 22 Juni 2024. Sedikitnya 42 orang tewas dalam serangan Israel di beberapa distrik di Kota Gaza di bagian utara daerah kantung Palestina, termasuk di Al Shati, salah satu kamp pengungsi bersejarah di Jalur Gaza. REUTERS/Ayman Al Hassi

TEMPO.CO, Jakarta - PBB pada Selasa, 2 Juli 2024, menyatakan perintah dari Tel Aviv agar warga Gaza mengevakuasi diri ke sejumlah area di Khan Younis dan Rafah adalah dekrit terbesar di Jalur Gaza sejak 1.1 juta jiwa orang diminta untuk meninggalkan utara Gaza pada Oktober 2023. Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Senin, 1 Juli 2024, mengatakan perintah evakuasi pada sekitar satu pertiga warga Gaza.

“Sebuah evakuasi besar-besaran hanya akan menambah penderitaan pada warga sipil dan mendorong semakin tinggi krisis kemanusiaan. Warga Gaza dihadapkan pada pilihan yang mustahil untuk pindah ke wilayah yang hampir tak punya ruang atau fasilitas umum atau tinggal di area-area, di mana mereka tahu ada pertempuran berat sedang berlangsung di sana,” kata Dujarric.

Perang Gaza meletup saat terjadi serangan 7 Oktober 2024 di selatan Israel oleh Hamas, yang menewaskan 1.200 orang dan 250 warga Israel dijadikan sandera. Tentara Israel termasuk dalam daftar sandera Hamas.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan balasan Israel telah menewaskan hampir 38 ribu orang . Bukan hanya itu, perang Gaza juga telah menyebabkan kehancuran besar-besaran terhadap gedung dan bangunan di sana, yang merupakan tempat tinggal 2.3 juta jiwa warga Gaza.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan delapan bulan penderitaan tanpa henti bagi warga sipil Palestina di Gaza, kecepatan dan skala pembantaian serta pembunuhan di Gaza telah melampau apa pun selama dia menjabat sebagai Sekjen PBB. Sedikitnya 1,7 juta orang - 75 persen dari populasi Gaza - telah mengungsi, bahkan beberapa kali lipat akibat serangan militer Israel.

Advertising
Advertising

Di akui Guterres, tidak ada tempat yang aman di Gaza. Kondisinya sangat menyedihkan. Situasi kesehatan masyarakat berada di luar tingkat krisis. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza menjadi reruntuhan.

Persediaan medis dan bahan bakar langka atau bahkan tidak ada sama sekali. Lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza tidak memiliki cukup air minum bersih dan menghadapi tingkat kelaparan yang parah. Lebih dari 50 ribu anak membutuhkan perawatan untuk malnutrisi akut.

Ironisnya, setidaknya setengah dari seluruh misi bantuan kemanusiaan ditolak, dihambat, atau dibatalkan karena alasan operasional atau keamanan. Sejak serangan terhadap penyeberangan perbatasan Rafah satu bulan lalu, aliran bantuan kemanusiaan yang sangat penting bagi warga Gaza – yang sudah sangat tidak memadai – malah anjlok hingga dua pertiga

Sumber: Reuters

Pilihan editor: Singapura Siap Akui Negara Palestina, Syaratnya Harus Menerima Keberadaan Israel

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Tak Mau Mengalah, Benjamin Netanyahu Ingin Kesepakatan Gencatan dengan Hamas Penuhi Semua Tuntutan Israel

5 jam lalu

Tak Mau Mengalah, Benjamin Netanyahu Ingin Kesepakatan Gencatan dengan Hamas Penuhi Semua Tuntutan Israel

Benjamin Netanyahu tak mau perang Gaza berakhir hingga militer Hamas hancur total.

Baca Selengkapnya

Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza

5 jam lalu

Wakil Menteri Palestina Tewas dalam Serangan Udara Israel di Gaza

Wakil Menteri Tenaga Kerja Palestina tewas dalam serangan Israel ke Gaza Hamas

Baca Selengkapnya

Israel Disebut Gunakan Protokol Hannibal Hadapi Serangan Hamas, Apa Itu?

5 jam lalu

Israel Disebut Gunakan Protokol Hannibal Hadapi Serangan Hamas, Apa Itu?

Israel menggunakan Hannibal Directive atau Protokol Hannibal dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Indonesia Mengutuk Serangan Terbaru Israel di Sekolah UNRWA yang Tewaskan 16 Orang

9 jam lalu

Indonesia Mengutuk Serangan Terbaru Israel di Sekolah UNRWA yang Tewaskan 16 Orang

Kementerian Luar Negeri RI mempertanyakan DK PBB dan sekutu-sekutu Israel yang tidak mengambil tindakan tegas terhadap serangan ke sekolah UNRWA

Baca Selengkapnya

Warga Texas Diperingatkan Ancaman Badai Beryl

10 jam lalu

Warga Texas Diperingatkan Ancaman Badai Beryl

Badai tropis Beryl bisa berkembang menjadi badai kategori dua ketika mencapai Houston pada Senin pagi, 8 Juli 2024.

Baca Selengkapnya

UNRWA: Tak Ada Tempat Aman di Gaza

13 jam lalu

UNRWA: Tak Ada Tempat Aman di Gaza

Juru bicara UNRWA prihatin karena warga Gaza masih diminta berpindah-pindah oleh Israel padahal di sana sudah tidak ada tempat aman

Baca Selengkapnya

Arab Saudi Serukan Jatuhkan Sanksi ke Israel

14 jam lalu

Arab Saudi Serukan Jatuhkan Sanksi ke Israel

Arab Saudi menyerukan pada negara-negara Barat agar mau menjatuhkan sanksi ke Israel, di mana ini hal yang mudah bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Houthi Beberkan Senjata Baru Canggihnya yang Bikin Keder Barat, dari Drone Laut hingga Rudal Balistik Hipersonik

16 jam lalu

Houthi Beberkan Senjata Baru Canggihnya yang Bikin Keder Barat, dari Drone Laut hingga Rudal Balistik Hipersonik

Houthi di Yaman mengumumkan tiga senjata baru canggih dan mematikan selama serangan mereka di Laut Merah dan sekitarnya.

Baca Selengkapnya

UNRWA: Anak-anak di Gaza Habiskan hingga 8 jam Sehari Kumpulkan Makanan

1 hari lalu

UNRWA: Anak-anak di Gaza Habiskan hingga 8 jam Sehari Kumpulkan Makanan

Fasilitas sanitasi dan infrastruktur rusak parah, memaksa ribuan keluarga dan anak-anak mengandalkan air laut untuk mencuci, mandi, dan bahkan minum

Baca Selengkapnya

Warga Kembali Berunjuk Rasa untuk Menekan Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera

1 hari lalu

Warga Kembali Berunjuk Rasa untuk Menekan Benjamin Netanyahu Bebaskan Sandera

Unjuk rasa untuk menekan Pemerintah Israel kembali terjadi pada Minggu, 7 Juli 2024, yang menyuarakan pembebasan sandera

Baca Selengkapnya