Eks Agen CIA Mengaku Bersalah Jadi Mata-mata Cina

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 25 Mei 2024 20:48 WIB

Museum Badan Intelijen Pusat yang baru direnovasi, sementara masih tertutup untuk umum, karena mengungkapkan beberapa artefak yang baru dideklasifikasi dari operasi badan mata-mata sejak didirikan 75 tahun yang lalu, di markas CIA di McLean, Virginia, AS, September 24, 2022. REUTERS/Evelyn Hockstein

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mantan agen CIA pada hari Jumat mengaku bersalah karena menjadi mata-mata Cina, menurut pengumuman Departemen Kehakiman AS. Alexander Yuk Ching Ma, 71, penduduk asli Hong Kong yang menjadi warga negara AS yang dinaturalisasi, mengaku telah memberikan “informasi rahasia pertahanan nasional AS dalam jumlah besar” kepada pihak berwenang Cina pada 2001.

Menurut pernyataan Departemen Kehakiman, pertemuan Ma dengan perwakilan Biro Keamanan Negara Cina diprakarsai oleh mantan agen CIA lainnya. Eks agen yang menjadi mata-mata Cina tersebut adalah saudara sedarah Ma yang lahir di Shanghai dan juga menjadi warga negara Amerika yang dinaturalisasi, yang diidentifikasi dalam pernyataan badan tersebut sebagai “co- konspirator #1.”

Atas informasinya itu, Ma mendapat uang tunai sebesar US$ 50.000 dari petugas intelijen Cina. Ma dan ko-konspirator nomor 1 atau disebut CC #1 sepakat saat itu untuk terus membantu intelijen Cina.

Pada 2003, Ma dipekerjakan sebagai ahli bahasa oleh Biro Investigasi Federal di Hawaii, sebagai bagian dari rencana investigasi, untuk bekerja di lokasi di luar lokasi di mana aktivitasnya dapat dipantau dan kontaknya dengan Cina dapat diselidiki.

Pada tahun 2006, Ma meyakinkan CC #1 untuk memberikan identitas dua individu yang digambarkan dalam foto yang diberikan kepada Ma oleh intelijen Cina.

Advertising
Advertising

Ma mengakui bahwa informasi yang diberikan serta apa yang dia berikan pada tahun 2001 akan digunakan untuk merugikan Amerika Serikat atau menguntungkan pihak berwenang Cina.

Ma bekerja untuk FBI hingga tahun 2012. Tidak begitu jelas bagaimana kedok Ma bisa terbongkar.

Jika diterima oleh pengadilan, perjanjian pengakuan bersalah, yang memastikan bahwa Ma akan bekerja sama dengan pihak berwenang AS, akan menyebabkannya dipenjara hingga 10 tahun lamanya. Putusan itu akan dijatuhkan pada 11 September mendatang.

AL ARABIYA

Pilihan editor: Putusan ICJ Dilanggar Lagi oleh Israel, Bagaimana Selanjutnya?

Berita terkait

Kamala Harris Temui Pemimpin Arab-Amerika yang Murka AS Dukung Israel

8 jam lalu

Kamala Harris Temui Pemimpin Arab-Amerika yang Murka AS Dukung Israel

Kamala Harris menggalang dukungan dari Muslim Arab-Amerika yang marah atas dukungan AS terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Donald Trump: Israel Harus Serang Situs Nuklir Iran!

16 jam lalu

Donald Trump: Israel Harus Serang Situs Nuklir Iran!

Donald Trump membuat pernyataan kontroversial terkait rencana Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.

Baca Selengkapnya

Dubes AS: Kami Siap Bekerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo

18 jam lalu

Dubes AS: Kami Siap Bekerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo

Dubes AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdir buka suara soal hubungan Amerika dengan Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Tambang Ilegal di Kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB Raup Keuntungan Rp 1,08 Triliun per Tahun

21 jam lalu

KPK Sebut Tambang Ilegal di Kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB Raup Keuntungan Rp 1,08 Triliun per Tahun

Direktorat Koordinasi dan Supervisi Wilayah V KPK mengungkapkan aktivitas tambang ilegal di kawasan Hutan Produksi Terbatas NTB.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia ; CIA Pasang Iklan Lowongan Kerja untuk Informan di Cina, Iran dan Korea Utara

23 jam lalu

Top 3 Dunia ; CIA Pasang Iklan Lowongan Kerja untuk Informan di Cina, Iran dan Korea Utara

Top 3 dunia pada 4 Oktober 2024, geger iklan lowongan kerja agen mata-mata Amerika Serikat CIA yang merekrut informan dari tiga negara.

Baca Selengkapnya

Biden: Tak akan Ada Perang Habis-habisan di Timur Tengah, AS akan Lindungi Israel

1 hari lalu

Biden: Tak akan Ada Perang Habis-habisan di Timur Tengah, AS akan Lindungi Israel

Presiden AS Joe Biden mengatakan tidak percaya akan ada "perang habis-habisan" di Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Tentara Lebanon Serang Israel, Pertama Sejak Konflik Hizbullah-Israel

1 hari lalu

Tentara Lebanon Serang Israel, Pertama Sejak Konflik Hizbullah-Israel

Pembunuhan dua tentara Lebanon memicu serangan pertama terhadap pasukan Israel sejak invasi dimulai

Baca Selengkapnya

Sukses di Rusia, CIA Perluas Perekrutan Informan ke Cina, Iran dan Korea Utara

2 hari lalu

Sukses di Rusia, CIA Perluas Perekrutan Informan ke Cina, Iran dan Korea Utara

CIA meluncurkan upaya baru untuk merekrut informan di Cina, Iran, dan Korea Utara.

Baca Selengkapnya

KemenKop UKM Tak Izinkan Aplikasi Temu Masuk Indonesia: Berpotensi Merusak Pasar

2 hari lalu

KemenKop UKM Tak Izinkan Aplikasi Temu Masuk Indonesia: Berpotensi Merusak Pasar

Pelaksana Tugas Deputi Kemenkop UKM menyatakan pihaknya konsisten mengupayakan agar aplikasi Temu tidak mendapat tempat di pasar usaha Indonesia.

Baca Selengkapnya

Profil Mira Murati, Chief Technology Officer OpenAI yang Mengundurkan Diri

2 hari lalu

Profil Mira Murati, Chief Technology Officer OpenAI yang Mengundurkan Diri

Mira Murati adalah Chief Technology Officer di OpenAI , dan salah satu inovator paling berpengaruh dalam teknologi dan AI.

Baca Selengkapnya