Demo Mahasiswa Amerika: Stop Investasi Kampus di Israel
Reporter
Iwan Kurniawan
Editor
Iwan Kurniawan
Jumat, 26 April 2024 21:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Demo mahasiswa Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat, yang menentang serangan Israel di Gaza, memasuki hari ke-9. Demonstran menuntut kemerdekaan Palestina dan gencatan senjata permanen di Gaza serta meminta kampus menghentikan investasi di Israel.
Gerakan mahasiswa Universitas Columbia ini kini menyebar ke kampus-kampus besar lain di Amerika, seperti Yale University di New Haven, Connecticut dan New York University di Manhattan. Mereka sama-sama menuntut kemerdekaan Palestina.
“Gerakan di Universitas Columbia ini bagian dari gerakan global besar untuk mengadvokasi hak-hak kemerdekaan Palestina,” kata Adi, mahasiswa magister hubungan internasional di School of International Public Affair, Universitas Columbia, kepada Tempo pada Jumat, 26 April 2024.
Baca Juga: Bayi-bayi Menunggu Mati di Gaza
Adi ikut memberi bantuan logistik bagi “Tenda Solidaritas Gaza” di lapangan Universitas Columbia yang menjadi pusat protes mahasiswa. Tenda ini dibangun oleh koalisi kelompok mahasiswa dari Universitas Columbia Apartheid Divest (CUAD), Students for Justice in Palestine-Columbia, dan Columbia-Barnard Jewish Voice for Peace. CUAD adalah koalisi 89 organisasi mahasiswa di berbagai bidang di kampus itu.
Mahasiswa menegakkan tenda-tenda dengan kibaran bendera Palestina di lapangan kampusnya sejak 17 April 2024, tepat ketika Rektor Universitas Columbia, Nemat “Minouche” Shafik, menghadiri dengar pendapat di Kongres, yang menyelidiki tuduhan bahwa kampus-kampus utama gagal melindungi mahasiswa dan stafnya dari meningkatnya anti-Semitisme di kampus.
Esoknya, Shafik memanggil polisi untuk membubarkan “Tenda Solidaritas Gaza”. Polisi kemudian menahan 108 demonstran. Shafik juga menskors tiga mahasiswa, termasuk Isra Hirsi, putri Ilhan Omar, anggota Dewan Perwakilan Rakyat sejak 2019. Tapi, mahasiswa bergeming dan tenda-tenda tetap tegak sampai sekarang.
Menurut Adi, kelompok mahasiswa Universitas Columbia juga punya tuntutan spesifik. “Pertama, mahasiswa meminta kampus menghentikan investasi dari kegiatan pendanaan yang keuntungannya digunakan untuk mendanai apartheid Israel,” kata dia. “Kedua, mahasiswa minta mereka kampus menghentikan hubungannya dengan kampus-kampus di Israel. Apalagi media melaporkan bahwa hari ini sudah tidak ada lagi universitas di Gaza karena dihancurkan oleh Israel.”
Baca Juga: Gelombang Protes Kampus Pro-Palestina di Amerika Serikat Direpresi Aparat, Dosen Pun Kena Bogem
Menurut CUAD, Universitas Columbia punya saham di sejumlah perusahaan yang berbisnis di Israel. Kampus itu juga berinvestasi dalam pengembangan teknologi surveilans yang digunakan Kementerian Pertahanan Israel untuk mengawasi warga Palestina, yang dinilai CUAD sebagai bagian dari sistem apartheid Israel.
Universitas Columbia memang dekat dengan Israel. Kampus itu baru saja membuka Columbia Global Center di Tel Aviv, Israel pada April 02023 yang memfasilitasi kerja sama kedua pihak di bidang pendidikan. Columbia juga punya program sarjana ganda (dual degree program) dengan Tel Aviv University, kesempatan bagi mahasiswa Columbia untuk belajar di Tel Aviv University, dan pertukaran mahasiswa.
“Yang ketiga, mereka meminta penghentian kegiatan-kegiatan yang bisa membuat orang kehilangan tempat tinggal, termasuk di Gaza,” kata Adi. “Yang terakhir mereka minta penghentian mahasiswa yang diskors karena ikut demo ini. Yang terakhir ini muncul karena teman-temannya diskors, jadi mereka minta penghentian skors mahasiswa yang tersebut.”
Pilihan Editor: Makin Meluas Kampus di Amerika Serikat Dukung Palestina, Ini Alasannya