TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Ibu Negera Imelda Marcos pada Kamis, 14 Maret 2024 keluar dari rumah sakit setelah dirawat karena sakit demam dan sedikit pneumonia. Imelda adalah janda dari mantan Presiden Ferdinand Marcos Sr.dan Ibu dari Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.

Imelda, 94 tahun, dirawat di rumah sakit sejak akhir pekan lalu dan diberi antibiotik. Di terkenal karena mengkoleksi sepatu lebih dari seribu pasang sepatu dan koleksi banyak perhiasan.

“Dia (dijadwalkan) pulih dengan baik. Kalau tidak salah, dia dijadwalkan akan keluar dari rumah sakit pada Kamis, 14 Maret 2024,” kata Presiden Marcos Jr. yang sedang kunjungan kerja ke Jerman.

Menurutnya, Ibunya punya semangat untuk sembuh yang tinggi dan ingin lekas pulang.

“Dia mengeluhkan makanan di rumah sakit,” kata Marcos Jr.

Imelda dan keluarganya dituduh menjarah uang deposito Pemerintah Filipina senilai lebih dari USD 10 miliar (Rp 155 triliun). Uang itu digunakan untuk membeli saham, benda-benda seni dan propoerti sebelum akhirnya Presiden Marcos Sr. Digulingkan dari kekuasaan dalam gelombang unjuk rasa pada 1986.

Dalam tiga dekade terakhir, Pemerintah Filipina telah mendapatkan kembali sekitar separuh dari total kekayaan keluarga Marcos dan rekan-rekannya yang dituduh menjarah. Imelda didakwa melakukan kejahatan perdata dan pidana, namun ada beberapa kasus yang dibatalkan. Pada 2018, dakwaan korupsi padanya masih dalam tahap banding.

Lahir 2 Juli 1929, Imelda merupakan keturunan campuran Spanyol dan Visaya, salah satu etnis di Filipina. Imelda Marcos pernah terjun ke dunia hiburan sebagai penyanyi.

Imelda mendapat julukan Ratu Sepatu Filipina. Ibu Marcos Jr ini dikenal karena kegemarannya mengoleksi sepatu dan perhiasan. Mantan Ibu Negara Filipina itu bahkan mengumpulkan sepatu hingga 1.060 pasang. Merek koleksi sepatu miliknya pun terbilang mewah, seperti Charles Jourdan, Christian Dior, Gucci, dan Oleg Cassini. Konon, Imelda bisa memakai sepatu yang berbeda setiap hari selama hampir tiga tahun.

Sumber: Reuters

Pilihan editor: Kanselir Jerman Olaf Scholz Serukan Deeskalasi di Laut Cina Selatan