Arab Saudi hingga AS Kecam Penembakan Massal Warga Palestina yang Antre Bantuan
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 1 Maret 2024 15:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian luar negeri Arab Saudi telah mengeluarkan kecaman keras terhadap warga sipil tak bersenjata di Jalur Gaza utara yang menjadi target penembakan massal oleh Israel. Kementerian tersebut menegaskan dalam sebuah pernyataan hari ini bahwa menolak tegas pelanggaran hukum humaniter internasional dari pihak mana pun dan dengan dalih apa pun.
“Kerajaan juga memperbarui tuntutannya kepada komunitas internasional untuk mengambil posisi tegas untuk mewajibkan Israel menghormati hukum kemanusiaan internasional, segera membuka koridor kemanusiaan yang aman, memungkinkan evakuasi korban luka, dan memungkinkan pengiriman bantuan dan peralatan medis,” ujar Kementerian LLuar Negeri.
Pemerintahan Biden ingin melihat Otoritas Palestina yang direformasi memerintah Gaza dan Tepi Barat sebagai langkah menuju negara Palestina.
Amerika Serikat berupaya meredam penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap gagasan tersebut dengan mempertahankan prospek normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. Namun pernyataan terbaru Arab Saudi kini bisa meredam harapan tersebut.
Amerika Serikat juga bereaksi keras terhadap serangan Israel kepada warga Palestina itu. Gedung Putih mendesak dilakukannya penyelidikan pada hari Kamis atas serangan mematikan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina yang menunggu pengiriman bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza.
“Kami menilai peristiwa terbaru ini perlu diselidiki secara menyeluruh,” kata juru bicara Olivia Dalton dalam konferensi pers, Kamis, 29 Februari 2024.
<!--more-->
Dia mengatakan AS telah menghubungi pemerintah Israel untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan yang menyebabkan tragedi tersebut. “Kejadian ini menggarisbawahi perlunya perluasan bantuan kemanusiaan untuk mencapai Gaza,” katanya.
“Jelas, kejadian di Gaza utara sangat mengkhawatirkan dan sangat memprihatinkan kami, sangat tragisnya hilangnya nyawa manusia. Terlalu banyak nyawa warga sipil yang hilang akibat operasi militer di Gaza,” tambahnya.
Dalton mengatakan Washington ingin melihat rencana Israel untuk menjaga keamanan dasar di wilayah operasinya. “Karena hilangnya nyawa secara terus-menerus sangat mengkhawatirkan dan sangat, sangat, sangat tragis,” ujarnya.
Jumlah korban tewas warga Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel saat menunggu bantuan kemanusiaan pada hari Kamis meningkat menjadi 112 orang dan kemungkinan akan meningkat, kata Kementerian Kesehatan daerah kantong tersebut kepada Anadolu.
Serangan itu terjadi saat fajar ketika ratusan warga Palestina sedang menunggu untuk menerima bantuan di dekat daerah bundaran al-Nablusi, selatan Kota Gaza, ketika mereka diserang Israel, menurut para saksi.
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Setidaknya 30.035 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 70.457 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
ANADOLU | SKY NEWS
Pilihan editor: Israel Evaluasi Kembali Kemungkinan Pembatasan Akses ke Masjid Al Aqsa saat Ramadan