Dubes Rusia Klaim Alexei Navalny Meninggal karena Penggumpalan Darah

Reporter

Antara

Kamis, 22 Februari 2024 09:32 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menyebut bahwa tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny meninggal karena masalah kesehatan dan bukan karena sebab-sebab yang tidak wajar.

Hal tersebut disampaikan Vorobieva untuk menepis tuduhan negara-negara Barat yang menyebut meninggalnya Navalny pada Jumat pekan lalu adalah akibat andil pihak lain yang menginginkan kematiannya.

“Sebab Navalny meninggal adalah karena penggumpalan darah yang tidak bisa dipicu oleh faktor-faktor yang disengaja. Hal tersebut juga tidak dapat diprediksi, bahkan bagi orang yang tampak sehat,” ucap Vorobieva pada Rabu seperti dilansir Antara.

Dubes Rusia itu mengatakan, saat Navalny ditemukan tidak sadarkan diri di penjara di Kawasan Otonom Yamalo-Nenets tempatnya dipenjara, tim medis penjara berusaha memulihkan kesadarannya selama satu jam. Meski demikian, nyawa Navalny tidak dapat diselamatkan.

Vorobieva mengklaim bahwa pengaruh Navalny hanya ada pada sekelompok kecil orang di Rusia, dan sebagian besar masyarakat Rusia justru tidak menganggap Navalny sebagai figur yang penting dan berpengaruh.

Advertising
Advertising

“Ia hanyalah bagian dari sekelompok kecil orang yang tidak setuju dengan pemerintah, yang tentu wajar terjadi di sebuah negara,” kata Varobieva.

Kematian Navalny tidak akan menimbulkan riak besar di kalangan masyarakat Rusia, khususnya menjelang pemilihan presiden Maret mendatang, ia menambahkan.

Varobieva juga mengritik negara-negara Barat yang lantas memanfaatkan kabar meninggalnya tokoh oposisi tersebut untuk semakin menekan Rusia dengan menuduh bahwa Navalny dibunuh.

“Beberapa jam setelah Navalny dilaporkan meninggal, mereka sudah sangat yakin Putin membunuhnya, padahal belum ada bukti penyelidikan maupun bukti medis (terkait kematiannya),” ucap Dubes Rusia.

Sejumlah negara Barat bereaksi keras menyusul kabar meninggalnya Alexei Navalny yang tengah menjalani hukuman penjara 19 tahun atas tuduhan ekstremisme dan kejahatan lainnya. Ia juga sudah menjalani 11,5 tahun penjara atas kasus penipuan.

Pemerintah Inggris, Finlandia, dan Swedia telah memanggil duta besar Rusia di negaranya masing-masing untuk meminta penjelasan atas kasus Navalny.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat pada Selasa menyatakan akan mengumumkan “paket sanksi yang besar” terhadap Rusia sebagai respons atas kematian Navalny.

Presiden Joe Biden turut menyebut bahwa kematian Navalny patutnya semakin mendorong Kongres AS memberikan bantuan lebih lanjut untuk Ukraina.

Pilihan Editor: Donald Trump Sayangkan Alexei Navalny Pulang ke Rusia

ANTARA

Berita terkait

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

15 jam lalu

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Presiden Volodymyr Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina mengatakan mereka menggagalkan rencana Rusia untuk membunuh Presiden Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

19 jam lalu

Ukraina Temukan Puing Rudal Balistik Korea Utara di antara Bukti Serangan Rusia

Jaksa penuntut negara Ukraina memeriksa puing-puing dari 21 dari sekitar 50 rudal balistik Korea Utara yang diluncurkan oleh Rusia.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

22 jam lalu

Vladimir Putin Kembali Dilantik sebagai Presiden Rusia untuk Periode Kelima

Vladimir Putin kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk periode kelima selama enam tahun ke depan. Bakal mengalahkan rekor Stalin.

Baca Selengkapnya

Pelantikan Putin sebagai Presiden Rusia, Ini Respons dari AS dan Negara-negara Eropa

1 hari lalu

Pelantikan Putin sebagai Presiden Rusia, Ini Respons dari AS dan Negara-negara Eropa

Vladimir Putin diambil sumpahnya untuk masa jabatan kelima sebagai presiden Rusia dalam sebuah upacara di Kremlin, Selasa.

Baca Selengkapnya

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

1 hari lalu

Jumlah Kematian Akibat Senjata Api di Amerika Serikat Capai Rekor Tertinggi

Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pasca-penembakan terbaru di Buffalo dan legalisasi senjata api di Tennessee. Bagaimana fakta-faktanya?

Baca Selengkapnya

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

1 hari lalu

Tentara AS Ditahan di Rusia, Dituduh Mencuri Uang Kekasihnya

Rusia menuduh tentara AS terlibat pencurian dengan mengambil uang kekasihnya.

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

1 hari lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

1 hari lalu

Tak Hanya di STIP Jakarta, Kasus Kematian Mahasiswa Dianiaya Senior Terjadi di Beberapa Kampus Ini

Selain di STIP Jakarta, berikut beberapa kasus kematian mahasiswa yang dianiaya seniornya di kampus.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

1 hari lalu

Zelensky Masuk Daftar Buronan Rusia, Dubes Ukraina: Upaya Putus Asa dari Negara yang Kalah

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia menanggapi laporan media bahwa Rusia memasukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke dalam daftar buronan.

Baca Selengkapnya

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

2 hari lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya