Menlu: Inggris Pertimbangkan Segera Akui Negara Palestina Merdeka

Reporter

Tempo.co

Rabu, 31 Januari 2024 13:31 WIB

Mantan Perdana Menteri Inggris, David Cameron (tengah) dan Tony Blair (kanan) menghadiri upacara pemakaman mantan Presiden Israel Shimon Peres di Mt. Herzl Military Cemetery, Yerusalem, Israel, 30 September 2016. AP Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Inggris bersikeras bahwa proses perdamaian di Timur Tengah tetap tidak berubah. Menteri Luar Negeri David Cameron menyatakan Inggris bisa segera mengakui negara Palestina. Komentar Cameron disambut baik oleh duta besar Palestina di London namun memicu reaksi balik dari anggota parlemen Konservatif.

Cameron mengatakan pada resepsi duta besar Arab di parlemen Inggris pada hari Senin tentang perlunya memberikan “cakrawala politik” kepada rakyat Palestina, di tengah upaya diplomatik untuk mengakhiri perang Israel-Hamas.

Dia mengatakan mengakui negara Palestina akan membantu menjadikan solusi dua negara yang prosesnya tidak dapat diubah. Solusi dua negara saat ini ditolak oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“Kita harus mulai menentukan seperti apa negara Palestina nantinya, apa saja yang akan dibentuk, bagaimana cara kerjanya,” katanya. “Saat hal itu terjadi, kami bersama sekutu akan mempertimbangkan masalah pengakuan negara Palestina, termasuk di PBB."

“Ini bisa menjadi salah satu hal yang membantu menjadikan proses ini tidak dapat diubah.”

Advertising
Advertising

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, menyebut kata-kata Cameron sebagai momen yang penting. Namun anggota Partai Tory, Theresa Villiers, mengatakan bahwa mengakui negara Palestina akan menghargai kekejaman Hamas.

Inggris telah lama mendukung solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan di negara yang berbeda sesuai dengan resolusi PBB.

Downing Street mengatakan posisi Inggris tidak berubah. “Kami selalu jelas bahwa kami akan mengakui negara Palestina pada saat yang paling sesuai dengan tujuan perdamaian, dan kami berkomitmen terhadap solusi dua negara,” kata juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak kepada wartawan.

Cameron, yang menjabat perdana menteri dari tahun 2010 hingga 2016, mengunjungi Timur Tengah minggu ini. Ini adalah kunjungan keempatnya ke wilayah tersebut sejak ditunjuk sebagai menteri luar negeri pada bulan November.

Militan Hamas memicu perang Gaza yang paling mematikan ketika menyerang Israel pada 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian 1.140 orang, sebagian besar warga sipil dan menyandera 250 orang. Serangan militer Israel yang tiada henti telah menewaskan sedikitnya 26.751 orang di wilayah Palestina, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, kata kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

AL ARABIYA

Pilihan editor: Sultan Ibrahim dari Johor Resmi Dilantik Jadi Raja Malaysia

Berita terkait

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

14 jam lalu

5 Fakta dari KTT OKI di Gambia, Menlu Retno: OKI Harus Dorong Gencatan Senjata Israel Hamas

Yang mencuat di KTT OKI di Gambia, mulai dari seruan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi soal Palestina dan negara islam lainnya

Baca Selengkapnya

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

14 jam lalu

Polisi New York Tangkap Demonstran Pro-Palestina di Dekat Acara Met Gala

Pengunjuk rasa pro-Palestina mengadakan protes di sekitar acara mode bergengsi Met Gala di Museum Seni Metropolitan, New York.

Baca Selengkapnya

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

16 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

17 jam lalu

Bertemu di Malaysia, Jusuf Kalla Minta Hamas Bersatu dengan Fatah

Ketua PMI Jusuf Kalla meminta Hamas untuk bersatu dengan Fatah ketika bertemu perwakilan kelompok tersebut di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

17 jam lalu

12 Senator AS Ancam Sanksi Pejabat ICC dan Anggota Keluarga Jika Perintahkan Tangkap Netanyahu

12 senator AS mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap ICC jika menerbitkan perintah penangkapan terhadap perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

17 jam lalu

Malaysia Tolak Larang Perusahaan Pemasok Senjata ke Israel dalam Pameran di Kuala Lumpur

Suara pro-Palestina, termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan perusahaan Lockheed Martin dan MBDA harus dilarang

Baca Selengkapnya

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

18 jam lalu

Profil Gustavo Petro, Presiden Kolombia Tegas Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Gustavo Petro, Presiden Kolombia ini menyatakan sikap negaranya memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel karena genosida di Gaza Palestina.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

18 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

19 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

19 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya