Cina Prediksi 9 Miliar Perjalanan Domestik selama Imlek

Jumat, 26 Januari 2024 20:15 WIB

Wisatawan menunggu kereta mereka di stasiun kereta api Nanjing Selatan untuk melakukan perjalanan dalam merayakan Festival Musim Semi dalam Tahun Baru Imlek, di Nanjing, provinsi Jiangsu, Cina 20 Januari 2023. China Daily via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Imlek, warga Cina mulai mudik atau travel rush tahunan pada Jumat, 26 Januari 2024. Kementerian Transportasi Cina memprediksi 9 miliar perjalanan domestik akan terjadi selama periode 40 hari.



Jutaan warga Cina akan mudik untuk bertemu dengan keluarga selama periode Imlek 2024, atau yang juga disebut dengan periode chunyun. Tahun Baru Cina atau Imlek, yang pada tahun ini jatuh pada 10 Februari 2024, menjadi ajang migrasi massal besar setiap tahunnya.


Pada tahun ini, jumlah warga Cina yang mudik hampir dua kali lipat dibandingkan angka pada 2023, yaitu 4,7 miliar perjalanan selama masa Imlek atau Festival Musim Semi 2023, ketika pembatasan COVID-19 sudah tidak diberlakukan lagi.

Kementerian Transportasi Cina menjelaskan dari total 9 miliar perjalanan pada tahun ini, sebanyak 80 persen atau sekitar 7,2 miliar perjalanan akan dilakukan dengan mengemudi sendiri. Sementara 1,8 miliar perjalanan akan dilakukan melalui kereta api, jalan raya, jalur air, dan penerbangan sipil.

Advertising
Advertising


Operator kereta api Cina pada Jumat, 26 Januari 2024, mengatakan jalur kereta api di Cina diperkirakan dapat menangani 480 juta penumpang selama musim perjalanan ini, dengan rata-rata 12 juta perjalanan setiap hari. Jumlah tersebut meningkat 37,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sekitar 10,6 juta perjalanan kereta api diperkirakan akan dilakukan pada Jumat, 26 Januari 2024, hari pertama musim perjalanan.


Media di Cina CCTV melaporkan, perjalanan udara diperkirakan mencapai 2 juta pada Jumat, 26 Januari 2024. Selama lonjakan perjalanan tahun ini, jumlah perjalanan yang dilakukan melalui udara diperkirakan akan meningkat menjadi 80 juta atau naik 9,8 persen dari 2019.


Bandara di Beijing dan Shanghai, sebagai dua kota terbesar di Cina, akan bersiap menghadapi gelombang masif perjalanan udara. Dua bandara di Shanghai, yakni Pudong dan Hongqiao memperkirakan lalu lintas penumpang akan melonjak sampai 57,6 persen per tahun dalam periode 40 hari. Sementara bandara di Beijing akan mengalami lonjakan lebih dari 60 persen.

Selain perjalanan domestik, perjalanan ke luar negeri juga diperkirakan naik. Otoritas penerbangan Cina telah mengatur lebih dari 2.500 penerbangan internasional tambahan ke berbagai tujuan di Asia termasuk Asia Tenggara, Jepang, dan Korea Selatan. Kereta api dan penerbangan tambahan juga diatur untuk kota-kota wisata domestik populer termasuk Harbin di timur laut Cina dan Sanya, tujuan tropis populer di selatan.



REUTERS | XINHUA

Pilihan editor: Menteri Luar Negeri Afrika Selatan dan Rombongan ke Belanda untuk Dengar Putusan ICJ

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Jaksa KPK Akan Panggil Keluarga Syahrul Yasin Limpo di Persidangan untuk Konfirmasi Temuan

5 jam lalu

Jaksa KPK Akan Panggil Keluarga Syahrul Yasin Limpo di Persidangan untuk Konfirmasi Temuan

Jaksa KPK Meyer Simanjuntak menyebut institusinya akan menghadirkan keluarga bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sebagai saksi.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

5 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

10 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

18 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

19 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

1 hari lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

2 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

3 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya