Presiden Serbia: Tak Akan Akui Kemerdekaan Kosovo, meski Diganjar Nobel Perdamaian

Reporter

Antara

Editor

Yudono Yanuar

Sabtu, 20 Januari 2024 18:00 WIB

Orang-orang berjalan di sepanjang jalan, saat bendera Serbia dikibarkan, di Zubin Potok, Kosovo, 31 Mei 2023. REUTERS/Ognen Teofilovski

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan bahwa menghargai aspirasi warga Serbia lebih penting daripada mengakui kemerdekaan negara tetangga Kosovo.

"Jika saya mengakui Kosovo, saya pasti langsung mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian, tapi mengapa saya memerlukannya dalam hidup saya? Saya lebih memerlukan rasa hormat dari warga saya," kata Vucic kepada Pink TV saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

Kosovo menyatakan kemerdekaan dari Serbia pada 2008 dan diakui sebagian besar negara anggota PBB, termasuk AS, Inggris, Prancis, Jerman dan Turki. Namun, Serbia hingga kini masih menganggap Kosovo sebagai bagian dari wilayah mereka.

Sebagian besar populasi Kosovo adalah keturunan Albania dan hanya sedikit persentase etnis Serbia yang kebanyakan berdiam di sepanjang perbatasan dengan Serbia.

Mengomentari kritik terhadap Serbia yang dilontarkan oleh anggota parlemen Eropa, Vucic menyatakan bahwa dirinya dan Serbia sering menjadi sasaran karena kebijakannya menolak menerapkan sanksi kepada Rusia.

"Jika saya menerapkan sanksi kepada Rusia, saya bisa dinyatakan sebagai raja dan kaisar demokrasi," katanya.

Serbia yang sedang berusaha untuk menjadi anggota Uni Eropa, sering menjadi sasaran kritik karena mengembangkan hubungan dekat dengan Rusia dan Cina.

Pada Oktober 2023, Cina menandatangani perjanjian dagang dengan Serbia, menandai kesepakatan pertama Beijing dengan negara Eropa Tengah dan Timur.

Pemerintah Serbia juga menghadapi tekanan dari Uni Eropa dan AS agar segera mengakui kemerdekaan Kosovo dan menerapkan sanksi kepada Rusia.

Vucic menegaskan bahwa Serbia akan terus berinvestasi pada angkatan bersenjatanya dan mengembangkan industri dalam negeri, dan menggarisbawahi bahwa kawasan tersebut sedang mengalami tren peningkatan militer.

“Setiap orang mempersenjatai diri mereka sendiri, semua orang memperkuat industri militer mereka. Saya tidak melihat adanya bahaya bagi kita terhadap pengembangan senjata Kroasia, mereka juga memiliki hak untuk mempersenjatai diri mereka sendiri," ujarnya.

“Namun, kami juga telah banyak berinvestasi dan akan terus berinvestasi di bidang militer, sehingga kami dapat bertahan dan kami sangat menantikan pertumbuhan industri dalam negeri kami,” kata Vucic.

Pemerintah Serbia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menerapkan kembali wajib militer, yang sempat ditangguhkan pada 2011.

ANADOLU

Pilihan Editor Ratusan Tentara Myanmar Masuk Wilayah India untuk Selamatkan Diri

Berita terkait

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

6 jam lalu

Xi Jinping Kunjungan Kerja ke Serbia

Xi jinping kunjungan kerja ke Serbia untuk memperingati 25 tahun pengeboman oleh NATO pada kantor kedutaan besar Cina di Serbia

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

17 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Sedikitnya 3 Kasus TPPO Sebulan Terakhir, Salah Satunya Ferienjob

44 hari lalu

Polisi Ungkap Sedikitnya 3 Kasus TPPO Sebulan Terakhir, Salah Satunya Ferienjob

Kasus TPPO berkedok program magang mahasiswa di Jerman atau ferienjob diduga melibatkan kampus.

Baca Selengkapnya

Kasus TPPO ke Serbia, Pelaku Minta Korban Beralasan Holiday di Pemeriksaan Imigrasi

44 hari lalu

Kasus TPPO ke Serbia, Pelaku Minta Korban Beralasan Holiday di Pemeriksaan Imigrasi

Polresta Bandara Soekarno-Hatta menangkap tiga tersangka kasus pengiriman Calon Pekerja Migran Indonesia atau TPPO dengan tujuan Serbia.

Baca Selengkapnya

Polresta Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Kasus TPPO ke Serbia, Tangkap 3 Tersangka

44 hari lalu

Polresta Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Kasus TPPO ke Serbia, Tangkap 3 Tersangka

Polresta Bandara Soekarno-Hatta mengungkap kasus pengiriman Calon Pekerja Migran Indonesia non-prosedural atau TPPO dengan tujuan negara Serbia.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta 9 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang ke Serbia, Hendak Diajak Wisata ke Malaysia dan Turki

44 hari lalu

Fakta-fakta 9 WNI Jadi Korban Perdagangan Orang ke Serbia, Hendak Diajak Wisata ke Malaysia dan Turki

Polres Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan upaya perdagangan orang, 9 WNI yang hendak dipekerjakan ke Serbia. Simak sederet fakta atas kasus TPPO itu

Baca Selengkapnya

Polres Bandara Soekarno-Hatta Tangkap Sindikat Perdagangan Orang yang Akan Berangkatkan 9 WNI ke Serbia

45 hari lalu

Polres Bandara Soekarno-Hatta Tangkap Sindikat Perdagangan Orang yang Akan Berangkatkan 9 WNI ke Serbia

Sindikat perdagangan orang itu hendak memberangkatkan 9 WNI untuk dipekerjakan di Serbia. Mereka berangkat melalui Malaysia.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Buka Puasa Penambang Kosovo, Cina Bangun Pangkalan Besar di Dekat Taiwan

48 hari lalu

Top 3 Dunia: Buka Puasa Penambang Kosovo, Cina Bangun Pangkalan Besar di Dekat Taiwan

Top 3 dunia adalah kisah penambang Kosovo berbuka puasa, kemenangan Putin di Pilpres Rusia hingga Cina bangun pangkalan di dekat Taiwan.

Baca Selengkapnya

Buka Puasa Ramadan di Kedalaman 800 Meter, Penambang Kosovo: Kami Lebih Dekat dengan Tuhan

49 hari lalu

Buka Puasa Ramadan di Kedalaman 800 Meter, Penambang Kosovo: Kami Lebih Dekat dengan Tuhan

Kosovo adalah negara mayoritas Muslim dan ratusan penambang di tambang timah, seng, dan perak milik negara turut menjalankan puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Perempuan 79 Tahun Wujudkan Mimpi Keliling Dunia setelah 50 Tahun Traveling

9 Februari 2024

Perempuan 79 Tahun Wujudkan Mimpi Keliling Dunia setelah 50 Tahun Traveling

Luisa Yu punya mimpi keliling dunia sejak kecil, dia mewujudkannya dalam 50 tahun dengan mengunjungi 193 negara anggota PBB.

Baca Selengkapnya