Pertama Kalinya Negara-negara Sepakat Pangkas Bahan Bakar Fosil di COP28

Reporter

Tempo.co

Rabu, 13 Desember 2023 22:19 WIB

An activist holds a sign, at a protest during the Global Day of Action for Climate Justice, coinciding with COP28, in Edinburgh, Scotland, Britain, December 9, 2023. REUTERS/Lesley Martin

TEMPO.CO, Jakarta - Hampir 200 negara sepakat mengurangi konsumsi bahan bakar fosil global untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim, yang menandakan berakhirnya era minyak. Kesepakatan itu diambil dalam KTT iklim COP28 pada hari Rabu, 13 Desember 2023.

Kesepakatan yang dicapai di Dubai setelah dua minggu perundingan yang penuh perjuangan ini dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada para investor dan pembuat kebijakan. Pesan itu adalah bahwa dunia bersatu untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil, sesuatu yang menurut para ilmuwan merupakan harapan terbaik untuk mencegah bencana iklim.

Presiden COP28 Sultan al-Jaber menyebut kesepakatan itu “bersejarah.” Ia menegaskan keberhasilan dari kesepakatan itu adalah implementasinya.

“Kita adalah apa yang kita lakukan, bukan apa yang kita katakan,” ujarnya pada sidang pleno yang dihadiri banyak orang di pertemuan puncak tersebut. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengubah perjanjian ini menjadi tindakan nyata.”

Beberapa negara menyambut baik kesepakatan tersebut karena berhasil mencapai selama beberapa dekade perundingan iklim. “Ini pertama kalinya dunia bersatu dalam sebuah teks yang jelas mengenai perlunya transisi dari bahan bakar fosil,” kata Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide.

Advertising
Advertising

Lebih dari 100 negara telah melobi dengan keras agar perjanjian COP28 secara tegas “menghentikan” penggunaan minyak, gas, dan batu bara. Upaya ini mendapat tentangan keras dari kelompok produsen minyak OPEC yang dipimpin Arab Saudi. Dunia, menurut negara-negara penghasil minyak, dapat mengurangi emisi tanpa menghindari bahan bakar tertentu.

Pertikaian tersebut membuat KTT diperpanjang sehari. Pengamat khawatir negosiasi akan berakhir menemui jalan buntu.

Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menguasai hampir 80 persen cadangan terbukti minyak dunia dan sepertiga produksi minyak global. Negara-negara OPEC sangat bergantung pada pendapatan di sektor minyak.

Sementara itu, negara-negara kepulauan kecil yang rentan terhadap perubahan iklim merupakan salah satu negara yang paling vokal mendukung kebijakan penghapusan bahan bakar fosil. Negara-negara kepulauan itu mendapat dukungan dari produsen minyak dan gas besar seperti Amerika Serikat, Kanada dan Norwegia, serta Uni Eropa dan sejumlah negara lainnya.

“Ini adalah momen di mana multilateralisme benar-benar bersatu dan masyarakat mengambil kepentingan individu dan berusaha menentukan kebaikan bersama,” kata utusan iklim AS John Kerry setelah kesepakatan tersebut diadopsi.

Negosiator utama Aliansi Negara Pulau Kecil, Anne Rasmussen, mengkritik kesepakatan tersebut sebagai tindakan yang tidak ambisius. “Kami telah membuat kemajuan bertahap dibandingkan bisnis seperti biasa, padahal yang benar-benar kami perlukan adalah langkah perubahan eksponensial dalam tindakan kami,” katanya.

REUTERS

Pilihan editor: Cerita Relawan MER-C, Bahan Bakar Langka Genset Rumah Sakit Indonesia Pakai Minyak Goreng

Berita terkait

PT Sunindo Pratama Raup Laba Bersih Rp 33,4 Miliar di Kuartal Pertama 2024

1 hari lalu

PT Sunindo Pratama Raup Laba Bersih Rp 33,4 Miliar di Kuartal Pertama 2024

Laba bersih meningkat 68,6 persen secara tahunan (yoy).

Baca Selengkapnya

5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

1 hari lalu

5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

Energi terbarukan perlu dijaga kelestariannya untuk generasi mendatang karena memiliki beberapa manfaat. Simak 5 manfaat energi terbarukan.

Baca Selengkapnya

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

15 hari lalu

Konflik Israel-Iran, Pertamina Klaim Tidak Ada Gangguan Stok BBM

PT Pertamina Patra Niaga memastikan stok bahan bakar minyak (BBM) Indonesia tidak terganggu meski ada konflik di Israel dan Iran.

Baca Selengkapnya

Konsumsi BBM di Jalan Tol Trans Jawa Naik 250 Persen di Mudik Lebaran

32 hari lalu

Konsumsi BBM di Jalan Tol Trans Jawa Naik 250 Persen di Mudik Lebaran

Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di tol Trans Jawa melonjak hingga 250 persen di masa mudik Lebaran.

Baca Selengkapnya

Cegah Tuyul BBM, Pertamina Cek Mesin SPBU Jawa Tengah

36 hari lalu

Cegah Tuyul BBM, Pertamina Cek Mesin SPBU Jawa Tengah

Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Tengah melakukan pengecekan SPBU untuk mencegah kecurangan pengisian BBM.

Baca Selengkapnya

Kasus Pertalite Campur Air, Pelaku Terancam Penjara 6 Tahun

39 hari lalu

Kasus Pertalite Campur Air, Pelaku Terancam Penjara 6 Tahun

Pertamina menyatakan pelaku kasus pencampuran Pertalite dengan air bisa dikenai sanksi pidana 6 tahun penjara dan denda Rp 60 miliar.

Baca Selengkapnya

Bareskrim Bongkar Kecurangan 4 SPBU, Campur Pertalite dengan Pewarna Lalu Dijual sebagai Pertamax

41 hari lalu

Bareskrim Bongkar Kecurangan 4 SPBU, Campur Pertalite dengan Pewarna Lalu Dijual sebagai Pertamax

67 tersangka dalam kasus kecurangan SPBU mencampur pertalite dengan pewarna lalu dijual sebagai pertamax. Dari operator hingga manajer.

Baca Selengkapnya

Unggul Pilpres 2024, Prabowo Janjikan Swasembada Energi dan Stop Impor BBM

44 hari lalu

Unggul Pilpres 2024, Prabowo Janjikan Swasembada Energi dan Stop Impor BBM

Pasangan Prabowo-Gibran unggul dalam pemilihan presiden-wakil presiden. Mereka pernah menjanjikan swasembada energi hingga stop impor BBM.

Baca Selengkapnya

Siap-siap, Pembelian Pertalite segera Dibatasi Tahun Ini

56 hari lalu

Siap-siap, Pembelian Pertalite segera Dibatasi Tahun Ini

Pemerintah telah menyiapkan aturan pembatasan pembelian BBM subsidi, termasuk pertalite dan solar, yang akan berlaku tahun ini.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Anjlok Buntut Melemahnya Permintaan Cina

58 hari lalu

Harga Minyak Dunia Anjlok Buntut Melemahnya Permintaan Cina

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 55 sen menjadi US$ 81,53 per barel, sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 57 sen menjadi US$ 77,44 per barel.

Baca Selengkapnya