Masih Ditahan Iran, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Menerima Penghargaan Diwakili Anaknya

Reporter

Tempo.co

Minggu, 10 Desember 2023 19:30 WIB

Aktivis Iran Narges Mohammadi, peraih Hadiah Nobel Perdamaian, menunjukkan tanda kemenangan, di lokasi yang dirahasiakan di Iran, dalam gambar selebaran yang diperoleh pada 6 Oktober 2023. Narges Mohammadi merupakan salah satu aktivis hak asasi manusia terkemuka di Iran. Ia telah berkampanye untuk hak-hak perempuan dan penghapusan hukuman mati. Narges Mohammadi's family/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Hadiah Nobel Perdamaian akan dibagikan di Oslo pada Minggu 10 Desember 2023, tetapi pemenangnya Narges Mohammadi, yang saat ini berada di penjara Iran, tidak bisa hadir dan akan diwakili oleh anak-anaknya.

Aktivis Iran Mohammadi – yang sangat menentang aturan wajib mengenakan jilbab bagi perempuan Iran dan hukuman mati di negara asalnya – telah ditangkap dan dihukum berkali-kali dalam beberapa dekade terakhir.

Dia telah ditahan sejak 2021 di penjara Evin Teheran. Oleh karena itu, dia tidak akan hadir dalam upacara penghargaan di Balai Kota Oslo, di mana dia akan menerima Hadiah Nobel Perdamaian yang diumumkan pada Oktober "atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran".

Kedua anak kembarnya yang berusia 17 tahun, Ali dan Kiani, akan menerima penghargaan atas namanya dan membacakan pidato yang berhasil dia selundupkan keluar dari selnya.

Menurut keluarganya, Mohammadi akan melakukan mogok makan pada saat yang sama, sebagai bentuk solidaritas dengan komunitas Baha'i. Perwakilan dari agama minoritas terbesar di Iran mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran diskriminasi di banyak bidang masyarakat.

Advertising
Advertising

Mohammadi, yang kondisi kesehatannya buruk, melakukan mogok makan selama beberapa hari pada awal November untuk mendapatkan hak dipindahkan ke rumah sakit tanpa mengenakan penutup kepala.

Dia adalah salah satu perempuan yang mempelopori pemberontakan "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan", yang mencakup protes selama berbulan-bulan di seluruh Iran yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun.

Amini, seorang wanita Kurdi Iran, meninggal pada 16 September 2022, saat ditahan oleh polisi agama Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat bagi perempuan di republik Islam tersebut.

<!--more-->

Kebebasan yang 'Tak Ternilai Harganya'

Anak kembar Mohammadi, yang tinggal di pengasingan di Prancis sejak 2015 dan sudah hampir sembilan tahun tidak bertemu ibu mereka, tidak tahu apakah mereka akan bertemu lagi dengan ibu mereka.

Ali mempunyai keyakinan. Kiana ragu.

“Perjuangan ‘Perempuan, Kehidupan, Kebebasan’, kebebasan secara umum dan demokrasi layak untuk dikorbankan dan diberikan nyawanya, karena pada akhirnya ketiga hal ini tidak ternilai harganya,” kata Kiana kepada wartawan dalam konferensi pers di Oslo, Sabtu.

“Apakah kami akan bisa bertemu dengannya lagi suatu hari nanti, secara pribadi saya agak pesimis,” tambahnya, seraya mencatat bahwa perhatian tambahan yang diterima ibunya karena dianugerahi hadiah Nobel kemungkinan akan membuat pihak berwenang Iran semakin membatasi kebebasannya.

"Mungkin saya akan bertemu dengannya dalam 30 atau 40 tahun, tapi jika tidak, saya rasa saya tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Tapi tidak apa-apa karena ibu saya akan selalu bersama saya di hati dan keluarga saya."

Sebaliknya, Ali mengatakan dia “sangat, sangat optimistis”, meskipun hal itu mungkin tidak akan terjadi “dalam dua, lima atau 10 tahun”.

“Saya percaya pada kemenangan kita”, katanya kepada wartawan sambil duduk di samping saudara perempuannya. “Kemenangan itu tidak mudah tapi pasti,” ujarnya mengutip ucapan ibunya.

<!--more-->

Dilarang Meninggalkan Iran

Pada Oktober, Uni Eropa menganugerahkan penghargaan hak asasi manusia tertinggi, Sakharov Prize, kepada sesama perempuan asal Iran, Amini, dan gerakan global yang dipicu oleh kematiannya.

Gerakan "Perempuan, Kehidupan, Kebebasan" menuntut diakhirinya penerapan jilbab terhadap semua perempuan dan diakhirinya pemerintahan yang dipimpin ulama Muslim di Teheran.

Protes di Iran yang dipicu oleh kematian Amini telah ditindas dengan keras. Kelompok Hak Asasi Manusia Iran (IHR) mengatakan 551 demonstran, termasuk puluhan perempuan dan anak-anak, dibunuh oleh pasukan keamanan, dan ribuan lainnya ditangkap.

Pada Sabtu, pengacara keluarga Amini mengatakan orang tua dan saudara laki-lakinya – yang dijadwalkan menerima Hadiah Sakharov anumerta atas nama Amini pada upacara Parlemen Eropa pada 13 Desember – telah dilarang meninggalkan Iran.

Narges Mohammadi adalah penerima Hadiah Nobel Perdamaian kelima dalam lebih dari 120 tahun sejarah Hadiah Nobel Perdamaian yang menerima penghargaan tersebut saat ditahan.

Dia mengikuti jejak Carl von Ossietzky dari Jerman, Aung San Suu Kyi dari Myanmar, Liu Xiaobo dari Tiongkok, dan Ales Beliatski dari Belarusia.

Hadiah Nobel lainnya – di bidang sastra, kimia, kedokteran, fisika dan ekonomi – akan diberikan pada Minggu malam dalam sebuah upacara di Stockholm.

Pilihan Editor: Anak-anak Narges Mohammadi Siap Tak Bertemu Ibu Mereka Lagi

FRANCE24

Berita terkait

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

1 jam lalu

Rusia Ancam Prancis Akan Buru Tentaranya Jika Dikirim ke Ukraina

Rusia menemukan banyak warga negara Prancis yang tewas di Ukraina.

Baca Selengkapnya

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

1 hari lalu

Jika Lolos Olimpiade Paris 2024, Timnas Indonesia Satu Grup dengan Prancis, AS, dan Selandia Baru

Timnas Indonesia akan satu grup dengan tuan rumah Prancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru bila lolos Olimpiade Paris 2024.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

1 hari lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

2 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya

Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

2 hari lalu

Selain Istana Versailles 4 Chateau di Paris Ini Tak Kalah Megah dan Menakjubkan

Kalau sudah pernah ke Istana Versailles dan ingin mencari tempat baru, berikut ini adalah istana terbaik di dekat Paris

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

2 hari lalu

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.

Baca Selengkapnya

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

4 hari lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

4 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya