Sejumlah Dokter di Amerika Kurangi Jumlah Pasien Perhari

Reporter

Editor

Senin, 8 Juni 2009 13:54 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Saat rumah sakit di Indonesia mendapat sorotan karena dianggap kurang memperhatian pasien, sejumlah dokter di Amerika Serikat memilih berpraktik dengan cara berbeda. Mereka mengurangi jumlah pasien agar perhatian pada setiap pasien lebih besar.

Praktik ini membuat para jumlah pasien setiap dokter berkurang separuhnya. Para pasien lebih senang karena mereka lebih diperhatikan, tidak perlu ke dokter spesialis, dan di kantong lebih hemat.

Bagi dokter mereka juga tidak kehilangan pendapatan karena melakukan sejumlah taktik--termasuk sistem langganan--dan komputerisasi.

Lili Sacks, salah satu dokter di Seattle, termasuk yang ikut dengan "gerakan" ini. Seperti dilaporkan harian New York Times edisi Senin (9/6), semula ia bekerja di sebuah rumah sakit besar. Tapi kemudian sadar bahwa setiap kali bertemu dengan pasien, ia selalu berkata, "Maaf, saya terlambat."

Di rumah sakit itu , sehari ia menangani 25 pasien. Setiap pasien hanya dijatah sekitar 15 menit sehingga tidak sempat berkonsultasi panjang lebar dan pemeriksaan mendalam.

Akibat terbatasnya waktu saat memeriksa, dokter umum seperti dirinya sering kali menyerahkan pasien ke dokter spesialis atau terpaksa meminta pasien menjalan tes di laboratorium yang tentu saja menguras kantor si sakit.

dr. Sacks juga cemas terlalu banyak pasien bisa membuatnya melakukan kesalahan. Tapi, tahun lalu, ia pindah ke klinik yang memberi waktu panjang pada setiap pasien. Bisa 30-60 menit setiap pasien. Jumlah pasien perhari yang ditangani juga berkurang hanya 10 sampai 12 orang saja.

Ini, tentu saja, di luar kontak email atau telepon dari pasien karena ia dan para dokter di klinik kecilnya memang memberi nomor ponselnya kepada para pasien.

Dengan waktu yang lebih panjang ini, dr. Sacks bisa melakukan sejumlah uji lab sederhana sehingga para pasiennya tidak perlu sebentar-sebentar disuruh ke dokter spesialis yang llebih mahal.

"Bisakan saya membantu orang tanpa dokter spesialis dan tes di labotorium? Jelas bisa. Bisakah saya membantu pasien dan perusahaan asuransi menghemat uang? Jelas bisa," kata dr. Sacks.

Salah satu pasien yang datang adalah Todd Martin, seorang manajer toko di Seattle. "Saya batuk-batuk dan susah bernafas," kata Martin. "Mereka bertemu dan memeriksa saya dengan sinar X."

Martin mengatakan ia membayar US$40 (Rp 400 ribu) untuk mengganti resep yang dikeluarkan Sacks. Ini jauh lebih murah daripada ia datang ke rumah sakit. "Kunjungan ke UGD bisa dengan gampang menghabiskan US$1.000 (Rp 10 juta)," katanya.

Tapi ini di luar biaya "langganan" yang dibayar pasien yakni US$54-129 (Rp 540 ribu-1,29 juta) tergantung usia setiap bulan. Biaya ini bisa dianggap semacam asuransi karena klinik ini tidak menerima asuransi.

Bagi pasien, ini cukup menguntungkan karena lebih murah daripada mereka membayar ke asuransi. dr. Garrison Bliss, yang pada 2007 mendirikan klinik kecil tempat Sacks bekerja, mengatakan para pasien berhemat 15-40 persen dengan menggunakan pola berobat di tempatnya.

Angka penghematan ini diambil dengan perbandingan melihat premi asuransi yang mestinya dibayar pasien jika tidak menggunakan kliniknya.

Klinik ini memang tidak menerima asuransi untuk berhemat. Jika klinik kecil itu menerima pasien asuransi, setiap dokter akan membutuhkan setidaknya satu pegawai administrasi. Sedang sekarang, untuk tujuh dokter mereka hanya mempekerjakan dua staf administrasi.

Penghematan yang lain adalah memanfaatkan teknologi informasi. Ini seperti yang dilakukan dr. José Batlle yang memiliki "langganan tetap" sampai 1.500 pasien.

Dokter umum dari New York ini menggunakan Internet untuk jadwal bertemu pasien. Ia juga memanfaatkan komputer untuk menyimpan semua data medis pasiennya. Resep untuk obat, ia ketik di komputer. Bagi pasien yang menginginkan, ia melayani email atau telepon.

Biaya untuk program komputernya ini menghabiskan cukup banyak dana. Sampai US$ 25 ribu. Tapi biaya ini jauh lebih hemat daripada membayar tambahan tenaga untuk klinik kecilnya. Ia bahkan mulai memindahkan klinik ke tempat yang lebih bergengsi dan mahal di Manhattan.

Sejumlah penghematan dan efisiensi ini membuat biaya administrasi klinik khususnya ditekan dari 60 persen--seperti standar klinik lain--menjadi hanya 30 persen pendapatan

Akibatnya penghematan ini, Sacks mengatakan ia dan teman-temannya tidak perlu berkurang pendapatannya saat pindah dari rumah sakit dengan rata-rata 25 pasien perdokter menjadi hanya 10 pasien perdokter.

Sacks juga makin senang. Katanya, "Saya memiliki lebih banyak waktu untuk duduk dengan setiap pasien dan membuat saya menjadi dokter yang lebih baik."

NYT/NURKHOIRI

Berita terkait

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

2 hari lalu

3 Alasan Banyak Pasien Berobat ke Luar Negeri

Ini strategi Bethsaida Hospital untuk menarik pasien berobat di dalam negeri

Baca Selengkapnya

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

5 hari lalu

Upaya Kemenkes Atasi Banyaknya Warga Indonesia yang Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ada sejumlah persoalan yang membuat banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

5 hari lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

21 hari lalu

Beri Layanan Kebidanan pada Pemudik, Ikatan Bidan Buka Posko Kesehatan

Posko OPOR Bu Bidan didirikan untuk mendekatkan layanan kebidanan kepada pemudik, khususnya akses bagi perempuan, ibu hamil dan menyusui

Baca Selengkapnya

Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

43 hari lalu

Empat Dokter dari Barat Jadi Saksi Kekejian Israel di Gaza

Empat dokter dari AS, Prancis dan Inggris memberi kesaksian di PBB tentang sistem layanan kesehatan di Gaza yang runtuh dan kekejian Israel.

Baca Selengkapnya

Hari Perempuan Internasional, Pentingnya Peran Wanita Bangun Sistem Kesehatan Indonesia

54 hari lalu

Hari Perempuan Internasional, Pentingnya Peran Wanita Bangun Sistem Kesehatan Indonesia

Perempuan memainkan peran penting dalam bidang kesehatan. Ada berbagai peranan perempuan dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga

Baca Selengkapnya

Dikecam Masyarakat, Ini Alasan Para Dokter Korea Selatan Tetap Mogok

1 Maret 2024

Dikecam Masyarakat, Ini Alasan Para Dokter Korea Selatan Tetap Mogok

Dokter-dokter di Korea Selatan masih melanjutkan aksi mogok, meski masyarakat mengecam dan pemerintah mengancam.

Baca Selengkapnya

Gaji Dokter di Korea Selatan Tergolong Tertinggi, Mengapa Masih Mogok?

29 Februari 2024

Gaji Dokter di Korea Selatan Tergolong Tertinggi, Mengapa Masih Mogok?

Ribuan dokter magang di Korea Selatan menolak untuk kembali bekerja meski diancam penangguhan izin medis.

Baca Selengkapnya

Hampir 8.000 Dokter Magang di Korea Selatan Mogok Kerja, Mengapa?

21 Februari 2024

Hampir 8.000 Dokter Magang di Korea Selatan Mogok Kerja, Mengapa?

Di Korea Selatan, dokter umum ternyata diupah rendah, sementara dokter bedah plastik dan dokter kulit dalam praktik swasta dibayar paling tinggi.

Baca Selengkapnya

Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

30 Januari 2024

Pemkab Bogor Gelar Temu Inovator 2024, Berharap Bisa Kembangkan Ratusan Desanya

Temu Inovator yang diselenggarakan setiap tahun disebutkan untuk meneruskan pembangunan prioritas di daerah itu.

Baca Selengkapnya