6 Fakta Kondisi Terbaru Rumah Sakit Indonesia Gaza yang Terus di Bombardir Israel
Reporter
Andika Dwi
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 3 November 2023 19:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Beilt Lahiya, Jalur Gaza sangat mencekam. Sejak serangan besar-besaran Israel ke Gaza tiga minggu yang lalu, RS Indonesia mengalami kesulitan dalam menangani pasien yang parah luka akibat serangan bom. Banyak jenazah yang ditempatkan di luar rumah sakit dalam balutan kain kafan.
Sebelumnya, pada Sabtu, 7 Oktober 2023, RS Indonesia juga menjadi sasaran serangan udara oleh militer Israel. Seorang petugas medis tewas dalam serangan tersebut. Serangan ini juga melukai beberapa orang lain dan merusak peralatan penting di rumah sakit.
Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataan pada Kamis, 2 November 2023, mengatakan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Lebih dari 9.000 orang telah kehilangan nyawa di Gaza sejak dimulainya perang, termasuk 3.760 anak-anak dan lebih dari 2.300 perempuan. Berikut adalah fakta-fakta RS Indonesia Gaza yang terus dibombardir.
1. Dibangun Dari Dana Sumbangan Masyarakat RI
Rumah Sakit Indonesia berlokasi di Beit Lahia, sebuah kota di Gaza utara dengan sekitar 90.000 penduduk. Rumah sakit ini berdiri di atas lahan seluas 16.000 meter persegi (sekitar 19.136 yard persegi) yang diberikan oleh pemerintah Gaza pada tahun 2011.
Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza telah aktif sejak Desember 2015 dan pembangunannya didanai melalui sumbangan dari masyarakat Indonesia. Fasilitas ini memiliki kapasitas untuk menampung 110 tempat tidur dan menyediakan berbagai layanan kesehatan, termasuk perawatan pasien inap, ruang operasi, ICU, dan unit gawat darurat.
2. Dibanjiri Pasien Tanpa Henti
Rumah Sakit di Indonesia telah dibanjiri pasien setelah berminggu-minggu terjadi pemboman tanpa henti oleh pasukan Israel. Di tengah kondisi sulit itu, para ahli bedah di Gaza bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan pasien yang terus berdatangan."Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ada yang terluka di mana-mana," kata Dr. Suaib Idais.
Penuhnya ruang bedah utama pun membuat petugas medis terpaksa menyiapkan ruang operasi di koridor. “Kami memerlukan waktu satu jam karena kami tidak tahu kapan kami akan menerima pasien. Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit,” kata Dr. Mohammed al-Jalankan.
Persediaan bahan bakar segera habis..
<!--more-->
3. Persediaan Bahan Bakar Generator Akan Segera Habis
Serangan telah merusak Rumah Sakit Indonesia yang berlokasi dekat dengan garis depan militer Israel selama invasi mereka ke wilayah Palestina yang padat penduduk. Menurut dokter-dokter di sana, persediaan bahan bakar untuk generator akan habis dalam waktu dekat.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra mengatakan generator utama untuk Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza dapat dimatikan pada Rabu malam.
Di sisi lain, Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan Hamas menimbun bahan bakar untuk operasinya sendiri. “Cukup untuk beberapa hari, agar rumah sakit dan pompa air bisa beroperasi,” katanya.
4. Listrik Padam Total
Pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia hampir kehabisan bahan bakar karena Gaza telah diblokir oleh Israel, sehingga menghambat pasokan yang sangat penting. Akibatnya, Rumah Sakit Indonesia terpaksa memutus aliran listrik di sebagian besar fasilitasnya karena kekurangan bahan bakar. Dokter-dokter juga terpaksa menjalankan operasi tanpa penerangan karena pemadaman listrik.
Fikri Rofiul Haq seorang relawan dari Komite Penyelamatan Darurat Medis (MER-C) yang berbasis di Indonesia telah berupaya untuk mencari bahan bakar guna menghidupkan Rumah Sakit Indonesia. Namun, dokter-dokter tidak memiliki alternatif selain menjalankan operasi pada pasien dalam keadaan gelap.
“Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” kata Fikri.
5. Stok Obat-Obatan Mulai Berkurang
Fikri juga menjelaskan bahwa Rumah Sakit Indonesia di Gaza sedang berjuang untuk merawat banyak pasien yang terluka akibat pemboman Israel. Akan tetapi blokade yang dilakukan Israel menyebabkan stok obat-obatan berkurang. Selain itu, RSI membutuhkan banyak bantuan medis karena banyak dokter yang kelelahan.
“Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari,” ungkapnya.
Rumah Sakit Indonesia sebelumnya sempat mendapatkan bantuan obat. Namun banyaknya korban jiwa membuat obat-obatan kembali habis. “Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis,” ujarnya.
Pemerintah RI berupaya bahan bakar segera masuk...
<!--more-->
6. Kemlu Upayakan Akses Masuk Bahan Bakar
Kementerian Luar Negeri Indonesia sedang berupaya untuk memfasilitasi masuknya bahan bakar ke Gaza, di mana generator di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Indonesia (RSI) hampir mati sehingga mengancam keselamatan pasien. Hal itu diungkap Menlu Retno Marsudi saat konferensi pers di Jakarta Pusat pada Rabu, 1 November 2023
Sebelumnya pada Rabu pagi, 1 November 2023 Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengeluarkan “seruan terakhir” kepada negara-negara di seluruh dunia untuk memasok bahan bakar ke rumah sakit di wilayah kantong tersebut guna menyelamatkan nyawa orang yang terluka dan pasien lainnya.
“Peringatan terakhir… (Masih ada) beberapa jam sebelum pemadaman generator listrik utama di Kompleks Medis Al-Shifa dan Rumah Sakit Indonesia,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra kepada wartawan.
Merespons seruan Kementerian Kesehatan Palestina, Retno mengaku terus berkomunikasi dengan berbagai pihak untuk memantau situasi di lapangan. “Waktu yang tersisa kurang lebih 48 jam sejak tadi pagi,” kata Retno pada Rabu malam. “Kami melakukan komunikasi tadi pagi sebelum generator utama mengalami shutdown.”
Retno mengatakan bahwa pihaknya mengupayakan masuknya bahan bakar ke Jalur Gaza dengan alasan kemanusiaan. “Sekali lagi, dengan alasan kemanusiaan,” ia menekankan.
Pada Kamis pagi, 2 November 2023, listrik masih menyala di RSI yang terletak di Beit Lahia, Gaza utara. “Sampai saat ini, alhamdulillah masih menyala,” kata Fikri Rofiul Haq, relawan Lembaga Medis dan Kemanusiaan (MER-C) di RSI dalam pesan singkat kepada Tempo.
RIZKI DEWI AYU | NABILA AZZAHRA ABDULLAH | REUTERS | AL JAZEERA | ANADOLU
Pilihan Editor: AS Tuding Grup Wagner Bantu Hizbullah Lawan Israel