Top 3 Dunia: Tokoh Palestina Dukung RI, Arab Saudi Bekukan Normalisasi Israel
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Minggu, 15 Oktober 2023 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin adalah tokoh Palestina bernama Muhammad Ali Taher mendukung kemerdekaan Indonesia. Ia bahkan rela menyumbangkan hartanya untuk perjuangan kemerdekaan RI.
Berita top 3 dunia adalah kesepakatan nornalisasi Arab Saudi dan Israel terganggu karena perang dengan Hamas. Pangeran Arab Saudi menyatakan menunda rencana normalisasi dengan Israel. Berita terakhir top 3 dunia yaitu Presiden Kroasia marah Israel minta pengibaran bendera. Berikut selengkapnya:
1. Sumbangkan Harta untuk Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Tokoh Palestina Ini Dukung RI Lepas dari Penjajahan
Dukungan sekeras itu bukan tanpa alasan. Seperti diketahui, dalam upaya perjuangan kemerdakaan, Indonesia membutuhkan dukungan internasional dari bangsa-bangsa di dunia, dan dukungan kepada kemerdekaan Indonesia pertama kali muncul dari bangsa-bangsa di Timur Tengah.
Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, tokoh-tokoh yang berasal dari Palestina juga mendukung dan ikut mengkampanyekan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah Syekh Muhammad Ammin Alhusaini dan Muhammad Ali Taher.
Dilaporkan dari buku Mata Air KeteladananPAL, karya Yudi Latif, Syekh Muhammad Ammin sebagai mufti Palestina dan Muhammad Ali Taher mendukung kemerdekaan Indonesia. Ali Taher bahkan menyumbangkan uangnya di Bank Arabia untuk membantu perjuangan Indonesia. “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia,” kata Ali Taher.
Profil Muhammad Ali Taher
Dilaporkan dari Palquest.org , Muhammad Ali Taher lahir di kota Nablus, Palestina pada tahun 1896. Dia merupakan seorang pahlawan Palestina dan salah satu tokoh penting gerakan nasionalis Arab.
Pada tahun 1912, ia pindah ke Mesir dan sempat dipenjara karena aktivitas nasionalisnya. Pada tahun 1914, dia menulis artikel berjudul “Zionis di Palestina” ketika dirinya menjadi koresponden di surat kabar Fata al-'Arab. Dari sini Ali Taher terus menerbitkan artikel yang mencakup situasi di Palestina di bawah pendudukan Inggris.
Laporan dari eltaher.org , Eltaher mendirikan Kantor Informasi Palestina Arab dan Komite Palestina di Mesir pada tahun 1921. Komite Palestina di Mesir terdiri dari orang Palestina, Mesir, dan Arab lainnya, termasuk penulis, ulama agama, penyair, jurnalis, pengacara, dan intelektual lainnya . Komite ini menjaga masyarakat di Mesir dan dunia Arab dan Islam tetap menyadari aktivitas berbagai gerakan pembebasan nasional dengan menerbitkan pernyataan, panggilan, keluhan, dan komentar tentang peristiwa-peristiwa saat itu di negara-negara ini.
Ali Taher kemudian mendapatkan lisensi untuk membuat sebuah surat kabar mingguan. Ia menerbitkan surat kabat itu “Ashoura” di Kairo, Mesir untuk meningkatkan jangkauan tulisannya dan memperluas dampaknya dalam konteks perjuangan nasionalis. Surat kabar ini fokus pada isu-isu politik terkait dengan wilayah Levant dan negara-negara Maghreb atau Afrika Utara. Edisi pertama terbit pada 22 Oktober 1924.
Berita selengkapnya baca di sini.
<!--more-->
2. Arab Saudi Bekukan Kesepakatan Normalisasi dengan Israel, Pilih Mendekat ke Iran
Arab Saudi menunda rencana normalisasi dengan Israel yang didukung oleh Amerika Serikat. Menurut dua sumber yang mengetahui hal ini, keputusan yang diambil Arab Saudi di tengah meningkatnya perang antara Hamas dan Israel.
Konflik Hamas vs Israel juga mendorong Arab Saudi untuk terlibat dengan Iran. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menerima panggilan telepon pertamanya dari Presiden Iran Ebrahim Raisi ketika Riyadh mencoba mencegah meluasnya perang ke wilayah yang lebih luas.
Kedua sumber tersebut mengatakan bahwa perundingan normalisasi antara Arab Saudi dan Israel yang didukung Amerika Serikat akan tertunda. Sebelum serangan Hamas, Arab Saudi dan Israel mengatakan bahwa keduanya semakin dekat ke kesepakatan baru yang dapat mengubah Timur Tengah.
Namun pendekatan yang tidak disukai warga Palestina akan berisiko membuat marah masyarakat Arab. Apalagi banyak warga Palestina yang tewas dalam serangan balasan Israel.
Pejuang Hamas membunuh lebih dari 1.300 warga Israel dalam serangan mereka pada 7 Oktober dan lebih dari 1.500 orang terbunuh pada hari Jumat dalam serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Menurut seorang pengamat Arab Suadi, Aziz Alghashian, upaya normalisasi Arab Saudi dan Israel masih menjadi hal yang tabu di dunia Arab. “Perang Hamas Israel ini hanya memperkuat hal itu,” kata Aziz Alghashian dilansir dari Reuters.
Di tengah perang dan banyaknya rakyat Palestina yang kehilangan nyawa, Amerika Serikat terus mendesak rencana normalisasi Arab Saudi dan Israel. Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa upaya normalisasi “tidak ditunda” namun mengatakan fokusnya adalah pada tantangan-tantangan mendesak lainnya.
Seorang sumber nomor satu mengatakan bahwa Washington telah menekan Riyadh pekan ini untuk mengutuk serangan Hamas. Namun Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menolaknya.
<!--more-->
3. Presiden Zoran Milanovic Marah Tel Aviv Minta Kroasia Kibarkan Bendera Israel
“Saya rasa itu adalah sebuah tindakan idiot bagi seluruh simpatisan Israel, di mana mereka sayangnya menghabiskan waktu sekitar 15 menit, setelah serangkaian horor dan kematian oleh Hamas. Saya mengutuk pembunuhan yang dilakukan Hamas dan telah mengutarakan kehororan serta rasa jelek, namun cara untuk membela diri itu tidak dengan membalas dendam dan membunuh warga sipil,” kata Presiden Milanovic.
Kelompok Hamas pada Sabtu, 7 Oktober 2023, melancarkan serangan mengejutkan dengan menyerang sejumlah pangkalan militer Israel dan wilayah yang diduduki Israel di dekat Gaza. Menurut informasi terbaru dari Yerusalem Barat, serangan ini turun lebih dari 1.300 warga negara Israel. Negeri Bintang Daud tersebut sudah mendeklarasikan perang terhadap kelompok Hamas dan menjatuhkan bom ke Gaza serta bersumpah akan membubarkan kelompok Hamas.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan setidaknya 1.900 warga negara Palestina yang ada di Gaza tewas terbunuh dalam seminggu terakhir. Dari jumlah itu, 614 anak-anak dan 370 perempuan. Sedangkan korban luka-luka berjumlah 7.696 orang.
Milanovic adalah politikus Kroasia beralian sosial demokrat, yang sering silang pendapat dengan kabinet pemerintah pusat yang dipimpin nasionalis HDZ. Milanovic menyetujui Kementerian Luar Negeri Kroasia diminta Israel mengibarkan bendera Bintang Daud.
“Bendera selain Kroasia, itu tidak boleh. Kecuali, dalam keadaan yang diatur secara ketat,” kata Presiden Milanovic. Dia menambahkan kalau dia mungkin akan menurunkan sedikit bendera NATO dan Uni Eropa di kantor Kepresidenan Kroasia hanya untuk menampilkan bendera Kroasia satu tingkat lebih tinggi di atas dua bendera tersebut. Kroasia bergabung dengan NATO pada tahun 2009 dan masuk Uni Eropa pada tahun 2013.
REUTERS | RT.COM | PALQUEST.ORG