Sejarah dan Ciri Abjad Hangeul Korea: Jejak Unik Sebuah Aksara yang Diakui UNESCO

Senin, 9 Oktober 2023 20:10 WIB

Ilustrasi Hangul. Pixabay

TEMPO.CO, Jakarta - Alfabet Hangeul Korea, atau yang dikenal dengan sebutan (Hangeul), adalah salah satu sistem penulisan yang unik dan khas di dunia. Ia bukan hanya sekadar sekumpulan huruf, tetapi juga sebuah cermin dari sejarah dan budaya Korea yang kaya.

Asal Usul Aksara Hangeul

Dikutip dari Korean Cultural Center, hangeul lahir dari tekad seorang raja, Raja Sejong yang Agung, atau lebih dikenal dengan Sejong Daewang, yang memerintah Korea pada Dinasti Joseon di abad ke-15 (1397-1450).

Pada masa itu, Korea menggunakan aksara Hanja, yang merupakan aksara Tionghoa, untuk menulis. Namun, Sejong Daewang ingin menciptakan sistem penulisan yang lebih mudah dipahami oleh rakyatnya sendiri.

Pada 1443, Raja Sejong memerintahkan penciptaan aksara baru yang akan menggantikan Hanja. Ini menghasilkan Hangeul, yang awalnya disebut "Hunminjeongeum," yang berarti "suara yang tepat untuk pengajaran orang awam." Hangeul dirancang untuk mencerminkan suara bahasa Korea dengan lebih akurat daripada Hanja.

Advertising
Advertising

Hunminjeongeum pertama kali diperkenalkan pada 3 Januari 1444. Penciptaan alfabet Hangeul di Korea kemudian diyakini pada 9 Oktober 1446. Sistem penulisan ini adalah sebuah revolusi dalam dunia tulis-menulis, karena ia memungkinkan rakyat biasa Korea untuk belajar membaca dan menulis dengan lebih cepat daripada belajar Hanja yang rumit.

Hangeul berbeda dari banyak aksara lainnya karena ia bukanlah aksara berdasarkan gambar atau simbol, melainkan aksara yang dirancang berdasarkan struktur organ suara manusia ketika mengucapkan suara-suaranya.

Karakteristik Unik Hangeul

Satu hal yang membuat Hangeul unik adalah cara ia menggabungkan huruf konsonan dan vokal untuk membentuk suku kata. Huruf-huruf dasar dalam Hangeul disebut "jamo," dan mereka menggambarkan suara konsonan atau vokal.

Menurut Korean.go.kr, kombinasi jamo ini membentuk suku kata. Misalnya, kata "" (annyeonghaseyo), yang berarti "halo" dalam bahasa Korea, terdiri dari beberapa jamo yang disusun bersama.

Selain itu, Hangeul memiliki jumlah huruf yang terbatas. Pada awalnya, Hangeul memiliki 28 huruf, tetapi seiring berjalannya waktu, jumlah huruf ini berkurang menjadi 24, terdiri dari 14 konsonan dan 10 vokal. Ini membuatnya lebih sederhana daripada banyak alfabet lain yang memiliki ratusan karakter.

Penggunaan Hangeul

Penciptaan Hangeul oleh Raja Sejong adalah langkah revolusioner dalam sejarah penulisan. UNESCO bahkan telah mengakui pentingnya Hangeul dengan memasukkannya ke dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda Manusia pada 1997.

Selain digunakan untuk menulis bahasa Korea, Hangeul juga telah menemukan tempat di dunia seni dan desain. Karakter Hangeul yang indah dan artistik sering digunakan dalam seni rupa, desain pakaian, dan bahkan seni pertunjukan. Ini telah menjadikan Hangeul lebih dari sekadar sistem penulisan, ia adalah sebuah karya seni dalam dirinya sendiri.

Dengan sejarah yang kaya dan karakteristik uniknya, Hangeul adalah salah satu alfabet yang paling menarik di dunia. Ini adalah simbol penting dari identitas budaya Korea dan sebuah contoh bagaimana alfabet dapat menjadi lebih dari sekadar alat komunikasi; ia adalah warisan budaya yang hidup dan terus berkembang.

Pilihan Editor: Hangeul Day Setiap 9 Oktober, Apa Makna bagi Warga Korea Selatan?

Berita terkait

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

1 hari lalu

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

Pemerintah pada 17 Mei 1980 menetapkan sebagai Hari Buku Nasional. Apa alasan penetapannya?

Baca Selengkapnya

Manuskrip Tuanku Imam Bonjol yang Ditulis Putranya Naali Sutan Chaniago Jadi Memory of the World UNESCO, Ini Isinya

1 hari lalu

Manuskrip Tuanku Imam Bonjol yang Ditulis Putranya Naali Sutan Chaniago Jadi Memory of the World UNESCO, Ini Isinya

UNESCO tetapkan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of the World. Manuskrip ini ditulis Naali Sutan Chaniago, putranya.

Baca Selengkapnya

Inilah Alasan Setiap 16 Mei Diperingati Sebagai Hari Cahaya Internasional

2 hari lalu

Inilah Alasan Setiap 16 Mei Diperingati Sebagai Hari Cahaya Internasional

Hari Cahaya Internasional diperingati setiap tanggal 16 Mei. Hal ini sebagai peringatan untuk momen penting penemuan cahaya laser.

Baca Selengkapnya

NewJeans akan Meluncurkan How Sweet

3 hari lalu

NewJeans akan Meluncurkan How Sweet

NewJeans akan merilis single baru How Sweet pada 24 Mei 2024 dengan double title track, yaitu How Sweet dan Bubble Gum

Baca Selengkapnya

NewJeans akan Menjadi Tamu 2 Days & 1 Night, Acara Variety Show Korea

3 hari lalu

NewJeans akan Menjadi Tamu 2 Days & 1 Night, Acara Variety Show Korea

NewJeans dijadwalkan tampil sebagai tamu di acara 2 Days & 1 Night

Baca Selengkapnya

Geopark Natuna Minim Diketahui Masyarakat Setempat, Ternyata Ini Sebabnya

3 hari lalu

Geopark Natuna Minim Diketahui Masyarakat Setempat, Ternyata Ini Sebabnya

Natuna didaftarkan sebagai geopark untuk diplomasi

Baca Selengkapnya

SEVENTEEN dan UNESCO Bangun Dua Pusat Pembelajaran di Timor Leste

4 hari lalu

SEVENTEEN dan UNESCO Bangun Dua Pusat Pembelajaran di Timor Leste

Dua pusat pembelajaran yang dibangun SEVENTEEN dan UNESCO dari donasi SEVENTEEN Going Together

Baca Selengkapnya

Amanat Tuanku Imam Bonjol kepada Sang Putra, Manuskripnya Ditetapkan sebagai Memory of the World UNESCO

5 hari lalu

Amanat Tuanku Imam Bonjol kepada Sang Putra, Manuskripnya Ditetapkan sebagai Memory of the World UNESCO

Manuskrip atau naskah Tombo Tuanku Imam Bonjol yang ditulis anaknya ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

7 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

8 hari lalu

Jurus Yogyakarta Jaga Kawasan Sumbu Filosofi dari Potensi Bencana

Kawasan Sumbu Filosofi secara khusus memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologi dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana

Baca Selengkapnya