Apa itu Referendum? Usulan Prabowo untuk Mengakhiri Perang Rusia-Ukraina

Rabu, 7 Juni 2023 11:35 WIB

Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto berbicara pada sesi pleno IISS Shangri-La Dialogue ke-20 di Singapura, 3 Juni 2023. REUTERS/Caroline Chia

TEMPO.CO, Jakarta - selaku Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mencetuskan proposal perdamaian bagi Rusia-Ukraina. Melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dialog Shangri-La atau International Institute for Strategic Studies (IISS) selama dua hari di Singapura, Ketua Umum (Ketum) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu mengusulkan tiga solusi, salah satunya referendum.

Ia menjelaskan beberapa rencana, meliputi gencatan senjata dari Rusia dan Ukraina, zona demiliterisasi, hingga referendum oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memastikan objektivitas keinginan mayoritas penduduk di daerah bersengketa. Lantas, sebenarnya apa itu referendum?

Apa itu Referendum?

Dalam UU No. 5 Tahun 1985 Pasal 1, disebutkan bahwa referendum adalah kegiatan untuk jajak pendapat rakyat secara langsung mengenai setuju atau ketidaksetujuan terhadap kehendak Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengubah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Namun, peraturan tersebut telah dicabut berdasarkan UU No. 6 Tahun 1999.

Dilansir dari elections.nz, referendum merupakan pemungutan suara atas suatu pertanyaan. Tindakan tersebut dapat diadakan oleh warga negara maupun pemerintah. Untuk memulai prosesnya, masyarakat dapat mengajukan permohonan kepada Panitera DPR untuk meminta promosi petisi referendum.

Kemudian, Panitera akan mengiklankan pertanyaan yang diusulkan dan mengundang publik untuk menyampaikan pendapat. Proses tersebut biasanya memakan waktu sekitar 4 bulan. Setelah pertanyaan terakhir diputuskan, penyelenggara petisi diberi tenggat waktu 12 bulan untuk mengumpulkan dukungan atau tanda tangan terhadap referendum.

Advertising
Advertising

Apabila setidaknya 10 persen pemilih mendukung petisi, maka referendum dapat dilanjutkan. Aktivitas yang diprakarsai warga negara bisa dilaksanakan melalui pemungutan suara. Referendum juga mungkin akan menghasilkan debat publik, tetapi tidak bersifat mengikat. Sedangkan pemerintah, tidak wajib melaksanakan hasil akhir keputusan.

Referendum Rusia-Ukraina

Konflik Rusia dan Ukraina memanas sejak 20 Februari 2014, tetapi mencapai puncaknya pada 2022 lalu. Mengutip publikasi jurnal.unimor.ac.id, sesungguhnya warga negara Ukraina dari kawasan Krimea yang saat itu dipimpin oleh Victor Yanukovich pernah menyelenggarakan referendum. Hasilnya, 97,8 persen penduduk Krimea bergabung ke Rusia.

Krisis bermula ketika Presiden Victor Yanukovych menolak untuk menandatangani kerja sama perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Ukraina memilih untuk menerima bantuan dari Federasi Rusia berupa pinjaman dana US$ 15 miliar dan potongan harga gas sebesar 30 persen. Kebijakan itu memicu protes besar-besaran dari negara yang sekarang dikepalai oleh Volodymyr Zelenskyy itu.

Akibat tidak bisa menjaga kestabilan negaranya, Victor mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan sementara oleh Olexander Turchynov. Kemudian, Petro Poroshenko ditunjuk mengatur pemerintahan Ukraina pada 2015 yang pro Uni Eropa. Kecenderungan tersebut menyebabkan Rusia merasa terancam dan menolak bergabungnya Ukraina ke NATO.

Perang Rusia-Ukraina berdampak pada kondisi ekonomi di Krimea pada saat itu. Lalu, penduduk setempat melaksanakan referendum dan mayoritas memilih untuk berpindah kewarganegaraan menjadi rakyat Rusia. Namun, banyak negara Barat yang menentang dan menyebutnya sebagai aneksasi atau agresi hasil intervensi Rusia.

Presiden Vladimir Putin membantah tuduhan dari PBB atas keterlibatan Rusia terhadap konflik Ukraina dan referendum Krimea. Konsekuensi yang diterima oleh Rusia ialah sanksi ekonomi dan politik dari berbagai negara, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, Georgia, Australia, Selandia Baru, dan Jepang.

Menurut Fransiskus Atok dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Timor, referendum dianggap sebagai cara damai dengan mengambil suara penduduk di suatu wilayah. Dari hasil referendum Krimea, maka Rusia disebut melakukan aneksasi seperti yang dituduhkan. Namun, keputusan penduduk Krimea tidak mendapatkan persetujuan dari negara induk, yaitu Ukraina.

MELYNDA DWI PUSPITA

Pilihan Editor: Rusia: Jet Tempur F-16 untuk Ukraina Bisa Bawa Senjata Nuklir

Berita terkait

Diisukan Jadi Menteri Keuangan, Budi Gunadi Malah Ingin jadi Menteri Penerangan

1 jam lalu

Diisukan Jadi Menteri Keuangan, Budi Gunadi Malah Ingin jadi Menteri Penerangan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membuka suara soal isu dirinya yang akan jadi menteri keuangan dalam kabinet pemerintahan baru

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

1 jam lalu

Beda Sikap Soal Wacana Penambahan Jumlah Kementerian di Kabinet Prabowo

Wacana penambahan jumlah kementerian di kabinet Prabowo perlu kajian ilmiah.

Baca Selengkapnya

Rencana Penambahan Jumlah Kementerian Kabinet Prabowo Masih Terus Digodok

3 jam lalu

Rencana Penambahan Jumlah Kementerian Kabinet Prabowo Masih Terus Digodok

Prabowo berencana menambah jumlah pos kementerian di kabinetnya, mengingat gemuknya koalisi partai pendukung.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

4 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis akan Disalurkan 3-5 Kali Tiap Pekan

4 jam lalu

Bappenas Sebut Makan Siang Gratis akan Disalurkan 3-5 Kali Tiap Pekan

Mulai berjalan 2025, Bappenas perkirakan program makan siang gratis akan disalurkan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu

Baca Selengkapnya

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

5 jam lalu

Jokowi Kumpulkan Prabowo hingga Panglima TNI Bahas Operasi Khusus Papua

Jokowi mengumpulkan menteri dan kepala lembaga negara di Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu siang. Bahan soal anggaran operasi khusus Papua.

Baca Selengkapnya

Bappenas Pastikan Pelajar PAUD dan SD Dapat Makan Siang Gratis Tahun Depan, Jumlahnya Capai 38 Juta Siswa

10 jam lalu

Bappenas Pastikan Pelajar PAUD dan SD Dapat Makan Siang Gratis Tahun Depan, Jumlahnya Capai 38 Juta Siswa

Bappenas mengatakan fokus pemerintah menjalankan program makan siang gratis ialah menurunkan tingkat kekurangan gizi pada anak.

Baca Selengkapnya

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

11 jam lalu

Ganjar Putuskan Jadi Oposisi, Guntur Romli: Itu Suasana Kebatinan di PDIP

Politikus PDIP, Guntur Romli, mengatakan pilihan Ganjar Pranowo yang mutuskan jadi oposisi pemerintahan Prabowo bukan sikap resmi partainya.

Baca Selengkapnya

Gibran Ungkap Adanya Pembahasan Soal Kementerian Makan Siang Gratis

12 jam lalu

Gibran Ungkap Adanya Pembahasan Soal Kementerian Makan Siang Gratis

Gibran mengungkapkan bahwa pihaknya sempat membahas soal adanya kementerian yang mengurus makan siang gratis.

Baca Selengkapnya

Bappenas Sebut Program Makan Siang Gratis Dijalankan Tahun Depan, Bujet Rp 20 Ribuan per Anak

12 jam lalu

Bappenas Sebut Program Makan Siang Gratis Dijalankan Tahun Depan, Bujet Rp 20 Ribuan per Anak

Deputi Bappenas memastikan program makan siang gratis akan mulai berjalan mulai tahun 2025 dengan bujet Rp 20 ribuan per anak.

Baca Selengkapnya