Sekutu Putin Tuduh Keterlibatan AS di Balik Serangan-serangan Mematikan di Rusia
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Jumat, 19 Mei 2023 21:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekutu kuat Presiden Vladimir Putin, Jumat, 19 Mei 2023, menuduh Amerika Serikat berkoordinasi dengan Ukraina untuk membunuh dua nasionalis pro-perang di Rusia dan melakukan serangan terhadap infrastruktur nasional yang kritis dalam upaya merusak stabilitas.
Tidak ada tanggapan langsung AS terhadap tuduhan dari Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, yang diketuai oleh Putin. Washington sebelumnya membantah terlibat dalam setidaknya satu pembunuhan yang dia sebutkan.
Putin menuduh Barat melancarkan perang proksi yang bertujuan untuk menggulingkannya dan menghabisi sumber daya alam Rusia yang sangat besar setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, sesuatu yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".
Serangkaian serangan dan pembunuhan misterius di dalam Rusia, jauh dari garis depan di Ukraina, telah menimbulkan kekhawatiran atas keamanan dalam negeri, terlebih lagi setelah serangan pesawat nirawak langsung ke Kremlin.
Darya Dugina, putri seorang nasionalis Rusia terkemuka, tewas dalam sebuah bom mobil pada Agustus; blogger pro-perang Vladlen Tatarsky, yang bernama asli Maxim Fomin, tewas dalam bom bulan lalu; dan penulis nasionalis, Zakhar Prilepin, terluka dalam sebuah bom mobil awal bulan ini.
Rusia juga menuduh Ukraina menyerang Jembatan Krimea Oktober lalu dan menuduh Barat berada di balik ledakan pipa gas Nord Stream pada September.
Patrushev dikutip oleh kantor berita negara TASS mengatakan semua serangan "direncanakan dan dilakukan dengan koordinasi layanan khusus AS".
"Serangan teroris yang dilakukan di Rusia disertai dengan perang informasi yang disiapkan sebelumnya di Washington dan London, yang dirancang untuk mengacaukan situasi sosial-politik, dan untuk merusak pondasi konstitusional dan kedaulatan Rusia," kata Patrushev sebagaimana dikutip TASS.
Amerika Serikat dan sekutunya, yang menganggap invasi sebagai perampasan tanah gaya kekaisaran, mengatakan mereka ingin Ukraina mengalahkan Rusia, kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Departemen Luar Negeri tidak segera membalas permintaan komentar atas pernyataan Patrushev.
Badan-badan intelijen AS meyakini sebagian dari pemerintah Ukraina memberi wewenang serangan yang menewaskan Dugina, New York Times melaporkan pada Oktober.
<!--more-->
Risiko Meningkat
Meskipun Presiden Joe Biden telah memperingatkan bahwa konfrontasi militer langsung antara aliansi militer NATO dan Rusia akan memicu Perang Dunia Ketiga, Kremlin mengatakan Barat sudah berperang melawan Rusia.
Amerika Serikat dan Inggris membantah klaim Rusia bahwa mereka terlibat dalam sabotase pipa Nord Stream. Ukraina tidak pernah mengaku bertanggung jawab atas serangan di Jembatan Krimea.
Washington mengatakan awal bulan bahwa tuduhan Amerika Serikat berada di balik serangan pesawat nirawak di Kremlin adalah sebuah kebohongan
Sebagai mantan mata-mata Soviet yang mengenal Putin sejak 1970-an, Patrushev - yang menuduh "Anglo-Saxon" menyabotase Nord Stream dalam apa yang disebutnya sebagai serangan teroris - dipandang oleh para diplomat Barat memiliki pengaruh besar terhadap pemimpin Rusia itu.
Pernyataan Patrushev memberi wawasan tentang pemikiran di tingkat atas Kremlin, kata mereka.
“Risiko aksi teroris, termasuk penggunaan kendaraan udara tak berawak, di fasilitas penting dan berpotensi berbahaya telah meningkat secara signifikan,” kata Patrushev.
Dia mengatakan para penyabot Ukraina di Rusia kemungkinan merencanakan serangan lebih lanjut.
REUTERS
Pilihan Editor: AS dan PBB Kutuk Nyanyian Anti-Arab pada Parade Hari Yerusalem