Para Pemimpin G7 Targetkan Energi dan Ekspor Rusia dalam Langkah Sanksi Baru
Reporter
Fatima Asni Soares
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 15 Mei 2023 10:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para pemimpin Kelompok Tujuh (G7) negara berencana untuk memperketat sanksi terhadap Rusia pada pertemuan puncak mereka di Jepang minggu ini, dengan langkah-langkah yang ditujukan untuk energi dan ekspor membantu upaya Ukraina berperang melawan Moskow, kata para pejabat mengetahui pembicaraan tersebut.
Langkah-langkah baru yang akan diumumkan oleh para pemimpin selama pertemuan 19-21 Mei menargetkan penghindaran sanksi yang melibatkan negara ketiga, dan berusaha merusak produksi energi masa depan Rusia dan mengekang perdagangan yang mendukung militer Rusia.
Secara terpisah, pejabat AS juga mengharapkan anggota G7 akan setuju untuk menyesuaikan pendekatan mereka terhadap sanksi sehingga, setidaknya untuk kategori barang tertentu, semua ekspor secara otomatis dilarang kecuali barang tersebut termasuk dalam daftar yang disetujui.
Pemerintahan Biden sebelumnya telah mendorong sekutu G7 untuk mengubah pendekatan sanksi kelompok tersebut, yang saat ini mengizinkan semua barang dijual ke Rusia kecuali jika secara eksplisit masuk daftar hitam.
Perubahan itu dapat mempersulit Moskow untuk menemukan celah dalam rezim sanksi.
Sementara sekutu belum setuju untuk menerapkan pendekatan yang lebih restriktif secara luas, para pejabat AS berharap bahwa di wilayah yang paling sensitif bagi militer Rusia, anggota G7 akan mengadopsi praduga bahwa ekspor dilarang kecuali yang ereka ada dalam daftar yang ditentukan.
Area persis di mana aturan baru ini akan diterapkan masih didiskusikan.
“Anda dapat berharap untuk melihat, terutama yang berkaitan dengan pangkalan industri pertahanan Rusia, perubahan anggapan itu terjadi,” kata seorang pejabat AS yang menolak disebutkan namanya.
Bahasa yang tepat dari deklarasi bersama para pemimpin G7 masih harus dinegosiasikan dan disesuaikan sebelum dirilis selama KTT. G7 terdiri atas Amerika Serikat, Jepang, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris.
Tindakan para pemimpin G7 terhadap Rusia terjadi ketika sekutu Barat Ukraina mencari cara baru untuk memperketat sanksi yang sudah membatasi Rusia, mulai dari kontrol ekspor hingga pembatasan visa dan pembatasan harga minyak, yang telah menekan Presiden Rusia Vladimir Putin tetapi tidak menghentikan invasi berskala penuh yang dimulai lebih dari setahun yang lalu.
Beberapa sekutu AS telah menolak gagasan untuk melarang perdagangan secara luas dan kemudian mengeluarkan pengecualian per kategori.
Uni Eropa, misalnya, memiliki pendekatannya sendiri dan saat ini juga sedang menegosiasikan paket sanksi ke-11 sejak invasi Rusia ke Ukraina, dengan sebagian besar berfokus pada orang dan negara yang menghindari pembatasan perdagangan yang ada.
"Pendekatan yang kadang-kadang dibahas tentang 'kita melarang semuanya terlebih dahulu dan membolehkan pengecualian' tidak akan berhasil dalam pandangan kami," kata seorang pejabat tinggi pemerintah Jerman. "Kami ingin sangat, sangat tepat dan kami ingin menghindari efek samping yang tidak diinginkan."
REUTERS
Pilihan Editor: Oposisi Menang atas Partai Militer dalam Pemilu Thailand yang Sensasional