AS Pesan Rudal Hellfire, Salah Satu Modifikasinya Pernah Bunuh Pemimpin Al-Qaeda
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Rabu, 5 April 2023 15:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Darat AS memberikan kontrak produksi multi-tahun kepada Lockheed Martin Corp untuk pembelian rudal dari udara ke darat Joint-Air-to-Ground Missiles (JAGM) dan rudal Hellfire, dalam kesepakatan bernilai $4,5 miliar atau sekitar Rp67 triliun.
Kontrak, yang akan memiliki nilai total $439 juta pada tahun pertamanya, adalah salah satu program multi-tahun pertama untuk amunisi presisi, karena Pentagon berupaya membangun stok dengan harapan dapat menghalangi meluasnya pengaruh China.
Program Joint Air-to-Ground Missile (JAGM) merupakan tindak lanjut dari gagalnya program Joint Common Missile AGM-169 yang dibatalkan karena pemotongan anggaran. Hellfire adalah sebuah peluru kendali udara ke permukaan untuk pertempuran anti-tank.
Pada bulan Maret, Presiden Joe Biden meminta $842 miliar untuk Pentagon dan $44 miliar untuk program terkait pertahanan di Biro Investigasi Federal, Departemen Energi, dan lembaga lainnya. Proposal anggaran 2024 adalah $28 miliar lebih besar dibandingkan dari $858 miliar tahun lalu.
Lockheed dalam siaran pers Senin, 3 April 2023, menambahkan kontrak tersebut juga menawarkan tiga tambahan proyek lanjutan yang akan dimulai pada akhir 2023, dengan total nilai kontrak hingga $4,5 miliar selama empat tahun ke depan.
Program JAGM mengantisipasi "peningkatan yang signifikan" dalam permintaan internasional untuk sistem senjata tersebut, kata Lockheed Martin.<!--more-->
Rudal Hellfire R-9x di Balik Kematian Ayman al-Zawahiri
Salah satu variasi dari rudal Hellfire pernah membunuh pemimpin al-Qaeda, yaitu Hellfire R-9x. Hellfire R-9x, atau yang lebih dikenal sebagai Flying Ginsu berhasil menewaskan teroris paling diburu Amerika di abad 21, yakni Ayman al-Zawahiri. Serangan dilancarkan di Afganistan dengan drone MQ-9 Reaper, tepatnya di Distrik Shirpur Kabul, pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Menurut pemberitaan CNN, Zawahiri tewas di rumah yang digunakannya sebagai tempat persembunyian selama satu tahun belakangan. CIA, yang mengoperasikan Flying Ginsu, disebut berhasil melacaknya hingga ke rumah itu lewat jaringan pendukung termasuk anggota keluarga Zawahiri.
Al-Zawahiri menjadi buronan Amerika karena tuduhan bertanggung jawab untuk serangan terhadap Kantor Kedutaan Amerika di Kenya dan Tanzania pada 1988. Juga untuk serangan bom bunuh diri di atas kapal perang perusak USS Cole pada 2000. Al-Zawahiri adalah juga orang nomor 2 di Al Qaidah saat serangan 11 September 2011.
Dia dan keluarganya telah dalam pelarian selama 21 tahun sebelum serangan dilakukan 30 Juli lalu. Khusus Zawahiri, daftar Most Wanted Terrorists yang dibuat FBI menambahkan keterangan adanya imbalan uang senilai $25 juta untuk yang berhasil menangkapnya. Keterangan itu kini sudah diganti menjadi 'sudah tewas'.
Pada 25 Juli, setelah rapat dengan para stafnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden memerintahkan apa yang disebut 'precise tailored airstrike'. CNN melaporkan serangan itu melibatkan dua rudal Hellfire yang diluncurkan dari sebuah drone MQ-9 Reaper.
Hasilnya, Zawahiri terbunuh saat berdiri di beranda rumah. Orang-orang dekat lokasi serangan melaporkan suara keras dan tanah yang bergetar. Mereka, termasuk anggota keluarga Zawahiri di dalam rumah, dilaporkan tak terluka--mengikuti syarat persetujuan serangan yang diberikan Biden.
Dari foto yang diambil koresponden BBC tak lama setelah serangan juga tak nampak jelas bila ada kerusakan pada rumah tersebut.
Senjata yang paling mungkin digunakan dalam serangan itu adalah AGM-114R-9X, sebuah varian dari rudal Hellfire udara-ke-darat yang dikembangkan CIA. Memiliki desain awal untuk membunuh tank, Hellfire kini mencakup varian dengan hulu ledak thermobaric dan fragmentasi ledakan. Rudal berbobot 45 kilogram ini memiliki jangkauan 7 kilometer dan menjadi persenjataan di kapal perang, tanker bersenjata KC-130, helikopter Apache AH-64 dan drone tempur MQ-9 Reaper.
CIA mengembangkan AGM-114R-9X, juga dikenal sebagai R-9X, sebagai sebuah senjata yang didesain untuk menghasilkan efek mematikan di area yang sangat terbatas. R-9X melesat tanpa hulu ledak untuk enam sayap baja anti karat yang terkembang beberapa saat sebelum dia menghantam targetnya.
Sayap-sayap itu, dikombinasikan dengan platform rudal Hellfire yang berakurasi tinggi, dirancang untuk membunuh target saat ada bersama yang lain di dekatnya. CIA memberi julukan R-9X dengan nama 'Flying Ginsu' yang diambil dari merek pisau yang pemasarannya marak di televisi pada era 1980-an dan 1990-an.
Sebuah laporan pada tahun lalu oleh Bellingcat, sebuah kelompok investigasi open-source, menganalisis beberapa serangan yang melibatkan rudal-rudal R-9X. Dalam setiap kasusnya, senjata ini menyerang tepat kepada orang yang menjadi targetnya, tanpa meninggalkan kerusakan besar di sekitarnya. Serangan terhadap target yang berada dalam mobil, misalnya, kerusakan terbatas hanya di bagian dalam mobil itu.
YUDONO YANUAR | ZACHARIAS WURAGIL
Pilihan Editor: Fakta Bergabungnya Finlandia Jadi Anggota NATO: Anggota ke-31 dan Rusia Klaim Ambil Tindakan Balasan