TEMPO Interaktif, Trinidad-Tobago: Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan akan memulai suatu hubungan baru dengan negara tetangganya, Kuba.
"Dekade-dekade yang penuh ketidakpercayaan ini harus dibenahi," ujarnya di Pertemuan Puncak Negara-negara Amerika di Trinidad-Tobago, Jumat waktu setempat atau Sabtu (18/4) WIB, seperti dikutip situs berita CNN.
Di hadapan 34 pemimpin negara se-benua Amerika, Obama mengatakan sudah mencabut larangan warganya untuk mengunjungi dan mengirim uang ke keluarga mereka di Kuba, Senin lalu. "Itu hanya permulaan," katanya.
Menurutnya, pemerintah Amerika Serikat akan menjalin hubungan dengan pemerintah Kuba dengan mencakup berbagai isu, mulai hak asasi manusia, migrasi penduduk, hingga obat-obatan terlarang. "Saya percaya kita dapat mengarahkan hubungan AS-Kuba ke arah yang baru," ujar Obama.
Pernyataan ini merupakan tonggak baru dalam sejarah hubungan negara yang hanya dipisahkan jarak 150 mil laut itu. Setelah Krisis Misil Kuba, saat Uni Soviet mengarahkan rudal nuklirnya ke Amerika Serikat dari pantai Kuba di tahun 1962, pemerintah AS menerapkan embargo ekonomi ke Kuba.
Pernyataan resmi Obama ini menyusul kesediaan Presiden Kuba Raul Castro untuk berunding dalam hal apa pun dengan tetangganya di sebelah utara itu.
Pada pertemuan itu, Obama juga saling melempar senyum dan berjabat tangan dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang menyebut pendahulu Obama, Bush Jr, sebagai setan.
REZA M
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya