Biden Kunjungi Ukraina, Cina Bertemu Putin Pekan Ini

Reporter

Tempo.co

Selasa, 21 Februari 2023 08:31 WIB

Ilustrasi bendera Rusia dan Cina. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Diplomat top Cina akan mengunjungi Rusia pekan ini. Kunjungan dilakukan hanya selang beberapa hari setelah Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin, 20 Februari 2023 di Kyiv.

Wang Yi, yang dipromosikan sebagai penasihat kebijakan luar negeri utama pemimpin China Xi Jinping bulan lalu, akan tiba di Moskow minggu ini sebagai bagian dari tur Eropa delapan hari. Perjalanannya itu disorot sebagai upaya upaya penyeimbangan diplomatik Cina sejak perang Rusia Ukraina dimulai setahun yang lalu.

Gambaran dari dua perjalanan tersebut, yang terjadi hanya beberapa hari sebelum peringatan satu tahun perang brutal Rusia Ukraina, menggarisbawahi penajaman garis patahan geopolitik antara dua negara adidaya dunia. Di sisi lain, hubungan antara AS dan China terus menurun, terutama setelah insiden balon mata-mata.

"Kami tidak menambahkan bahan bakar ke dalam api, dan kami menentang menuai keuntungan dari krisis ini," kata Wang. Ia juga tegas membantah tudingan AS bahwa Cina akan memasok senjata ke Rusia.

Sebaliknya Cina menuduh AS sengaja memperpanjang perang karena produsen senjatanya mendapat untung besar dari penjualan. “Beberapa negara adidaya mungkin tidak ingin melihat pembicaraan damai terwujud. Mereka tidak peduli dengan hidup dan mati orang Ukraina, atau kerugian di Eropa. Mereka mungkin memiliki tujuan strategis yang lebih besar dari Ukraina sendiri. Peperangan ini tidak boleh dilanjutkan,” kata Wang.

Advertising
Advertising

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya menuduh Cina akan memasok militer Rusia dengan dukungan yang mematikan. "Kami telah mengamati ini dengan sangat cermat," kata Blinken dalam acara "Face the Nation" di CBS di Munich pada hari Minggu.

"Kekhawatiran yang kami miliki sekarang didasarkan pada informasi bahwa mereka sedang mempertimbangkan memberikan dukungan yang mematikan. Kami telah menjelaskan bahwa itu akan menyebabkan masalah serius," kata Blinken.

Menanggapi tuduhan itu pada Senin, Kementerian Luar Negeri China mengecam AS. “Pihak AS, bukan pihak Cina, yang memasok aliran senjata ke medan perang. Pihak AS tidak memenuhi syarat untuk menguliahi Cina dan kami tidak akan pernah menerima AS mendikte atau bahkan memaksakan tekanan pada hubungan Cina-Rusia,” kata seorang juru bicara kementerian pada konferensi pers reguler.

“Siapa yang menyerukan dialog dan perdamaian? Dan siapa yang membagikan pisau dan mendorong konfrontasi? Komunitas internasional dapat melihat dengan jelas,” kata juru bicara itu.

Adapun Wang, meminta perang Rusia Ukraina dihentikan. Ia menyerukan negosiasi dan perdamaian demi dunia dan Eropa. "Kami menginginkan solusi politik untuk memberikan kerangka kerja yang damai dan berkelanjutan ke Eropa," kata Wang saat singgah di Hungaria.

Dalam video Facebook selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto, Wang mengatakan dunia dilanda kekacauan dan perang. "Izinkan saya menggemakan apa yang baru saja kami dengar (dari Anda) dan bersama-sama menyatakan kepada dunia bahwa Cina dan Hongaria dengan senang hati bekerja sama dengan negara-negara cinta damai lainnya untuk menghentikan permusuhan saat ini secepat mungkin," kata Wang kepada Szijjarto di video Facebook selama pertemuan mereka.

CNN | REUTERS

Pilihan Editor: Rektor Minta Dosen UII Ahmad Munasir Rafie Pratama Pulang

Berita terkait

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

1 jam lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

2 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

14 jam lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

19 jam lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Kronologi Perkemahan Pro-Palestina di Universitas-universitas AS

20 jam lalu

Kronologi Perkemahan Pro-Palestina di Universitas-universitas AS

Protes pro-Palestina yang menuntut gencatan senjata di Gaza dan divestasi perusahaan-perusahaan terkait Israel menyebar ke seluruh universitas AS.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

21 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya