RS Lapangan Indonesia Layani 130 Korban Gempa Turki, Terbanyak Pasien ISPA
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Minggu, 19 Februari 2023 18:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Emergency Medical Team (EMT) Indonesia di Rumah Sakit Lapangan di Kota Hassa, Provinsi Hatay, Turki terus memberikan layanan medis kepada masyarakat setempat yang terkena dampak gempa Turki berkekuatan M 7,8 pada 6 Februari 2023. Pada hari kedua operasi, tim medis berhasil melayani sebanyak 130 pasien
Koordinator EMT, dr. Eko Mediatianto, MKM, melaporkan bahwa hingga pukul 18.00 waktu setempat, sebanyak 120 pasien telah tercatat. Dia menambahkan bahwa masih ada 10 warga Hassa lainnya yang mendaftar di rumah sakit lapangan. Di antara pasien yang dilayani tim medis hari ini, terdapat korban gempa.
"Sejauh ini, kami telah melayani 130 pasien dengan penyakit terbanyak yaitu ISPA, luka ringan, stres akut, radang tenggorokan, dan nyeri kepala," ujar dr. Eko pada Jumat, 17 Februari 2023 seperti dilansir laman resmi BNPB.
Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Bambang Surya Putra mengatakan rumah sakit lapangan ini memberikan berbagai layanan kepada warga yang ingin berobat. Bambang menambahkan bahwa rumah sakit lapangan ini juga bisa mendapatkan rujukan dari rumah sakit setempat.
“Kami juga memiliki tenaga untuk penanganan psikososial atau trauma healing kepada warga yang terdampak gempa,” kata Bambang yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, Jumat, 17 Februari 2023.
Rumah sakit lapangan yang sudah beroperasi sejak 16 Februari 2023 ini didukung oleh dokter spesialis, dokter umum, apoteker, bidan, psikolog, ahli gizi, epidemiolog, dan tenaga medis lainnya. Layanan yang disediakan adalah rawat jalan, rawat inap, mobile clinic, perawatan medis dasar, operasi umum, bedah ortopedi, penyakit dalam, oftalmologi, kesehatan jiwa, psikologi, anestesiologi, pediatrik, kebidanan dan kandungan, radiologi, triase, penanganan kegawatdaruratan, dan resusitasi.<!--more-->
Pemerintah Indonesia mengirimkan 119 personel EMT yang didukung dengan peralatan dan perlengkapan medis dan obat-obatan. Selain tim medis, Indonesia juga mengirimkan tim Urban Search and Rescue (USAR) dengan klasifikasi medium di Antakya, serta bantuan logistik lainnya.
Tim EMT ini terdiri dari dokter bedah umum, bedah ortopedi, anestesi, pediatrik, mata, internis, obstetri, psikiatri, spesialis darurat, spesialis anak, dan ahli forensik. Selain layanan rawat jalan, rumah sakit ini juga menyediakan layanan rawat inap dan tindakan operasi.
Untuk layanan kesehatan masyarakat, EMT juga menyediakan surveilans epidemiologi, nutrisi, dan kesehatan lingkungan. Kapasitas pasien yang dapat dilayani mencapai 150 hingga 200 pasien setiap hari. Operasi minor dilakukan untuk 5 hingga 10 pasien dan operasi besar untuk 2 hingga 3 pasien, dengan jumlah pasien rawat inap mencapai 20 orang.
Rumah sakit lapangan Indonesia telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan Kota Hassa dan badan penanggulangan bencana Turkiye atau AFAD untuk memastikan operasional yang baik. Hingga akhir Februari, layanan medis di rumah sakit lapangan akan dijalankan oleh EMT.
Bantuan medis ini merupakan bentuk kepedulian Indonesia terhadap masyarakat Turki yang terdampak gempa dan diharapkan dapat membantu meringankan beban mereka selama masa pemulihan.
Jumlah Korban Gempa Turki Suriah Mencapai 46.000 Orang
Korban gempa Turki dan Suriah terus bertambah setiap harinya. Hampir dua pekan sejak terjadinya gempa, jumlah korban tewas di kedua negara mencapai lebih dari 46.000 orang. Sebanyak 84.000 bangunan rusak parah dan perlu dibongkar segera atau berisiko runtuh.
Dari data yang dihimpun, korban tewas di Turki mencapai 40.642 orang akibat gempa tersebut. Sementara itu, negara tetangganya, Suriah, melaporkan lebih dari 5.800 kematian.
Banyak warga yang masih tinggal di tenda-tenda darurat karena rumah mereka hancur atau rusak berat. Bantuan dari berbagai negara dan organisasi kemanusiaan terus mengalir untuk membantu korban dan mempercepat proses pemulihan. Namun, tugas yang dihadapi sangat berat mengingat besarnya jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana ini.
NAUFAL RIDHWAN ALY | AL JAZEERA | REUTERS
Pilihan Editor: Ini Penyebab Gempa Turki dan Suriah Begitu Mematikan