Misteri Nord Stream: Rusia Tuntut AS Beberkan Bukti Ketidakterlibatan

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 17 Februari 2023 10:59 WIB

Proyek Pipanisasi Nord Stream 2 menghubungkan pasokan gas di Rusia ke pembeli di Jerman. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menuntut Amerika Serikat membuktikan bahwa mereka tidak berada di balik penghancuran pipa gas Nord Stream yang menghubungkan Rusia dan Eropa Barat.

Kedutaan Rusia di Washington pada Kamis, 16 Februari 2023, merujuk pada posting blog oleh jurnalis Seymour Hersh. Unggahan itu mengutip sumber tak dikenal, yang mengatakan bahwa penyelam Angkatan Laut AS telah menghancurkan pipa dengan bahan peledak atas perintah Presiden Joe Biden.
Moskow menganggap penghancuran pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 September lalu sebagai "tindakan terorisme internasional". Kedutaan menegaskan pihaknya tidak akan membiarkannya ditutup-tutupi.
Gedung Putih telah menolak tuduhan itu sebagai "fiksi yang benar-benar palsu dan lengkap".
“Adalah informasi yang salah bahwa Amerika Serikat berada di belakang apa yang terjadi dengan Nord Stream,” kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pada Rabu, 15 Februari 2023.
Misteri Pipa
Penyelidikan dari Swedia dan Denmark mengatakan ledakan pipa gas itu akibat sabotase, tetapi belum mengatakan siapa yang mereka yakini bertanggung jawab. Peristiwa itu terjadi di zona ekonomi eksklusif kedua negara.
Dalam postingan blognya yang berjudul "How America Take Out The Nord Stream Pipeline", Hersh mengatakan sebuah rencana dibuat pada 2021 di tingkat tertinggi di Amerika Serikat untuk menghancurkan jaringan pipa. Laporan itu mengatakan kelompok kerja Badan Intelijen Pusat (CIA) datang dengan rencana operasi rahasia untuk menempatkan bahan peledak di jalur pipa.
Pejabat dan politisi Rusia telah berbaris untuk menuntut jawaban sejak blog itu muncul. "Saya pikir akan ada konsekuensi dari ini," kata kantor berita negara RIA mengutip Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov.
Wakil menteri luar negeri lainnya, Alexander Grushko, kemudian dikutip oleh kantor berita TASS mengatakan bahwa Rusia dapat mengambil tindakan politik atau hukum untuk menanggapi laporan tersebut.
"Penyelidikan sedang dilakukan sedemikian rupa sehingga ... jenazah secara harfiah dan kiasan tertinggal di air," katanya dalam komentar lain yang dikutip oleh RIA.
Vyacheslav Volodin, ketua Duma Negara Rusia, atau majelis rendah parlemen, mengatakan laporan itu harus menjadi dasar penyelidikan internasional untuk "membawa Biden dan antek-anteknya ke pengadilan".
Amerika Serikat harus membayar "kompensasi kepada negara-negara yang terkena dampak serangan teroris," tambah Volodin.
REUTERS

Berita terkait

WNI Terasosiasi FTF Serta Keterlibatan Perempuan dan Anak dalam Terorisme Jadi Fokus BNPT

2 hari lalu

WNI Terasosiasi FTF Serta Keterlibatan Perempuan dan Anak dalam Terorisme Jadi Fokus BNPT

Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Ibnu Suhaendra mengatakan, negara harus hadir melindungi WNI dari terorisme.

Baca Selengkapnya

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

7 hari lalu

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

Jaksa menuntut pria yang masuk ke rumah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan menyerang suaminya dengan palu harus menjalani hukuman 40 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Wakil Duta Besar Selandia Baru

10 hari lalu

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Wakil Duta Besar Selandia Baru

Program deradikalisasi merupakan upaya pembinaan dalam rangka mendukung proses reintegrasi warga binaan untuk kembali ke masyarakat.

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

13 hari lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

15 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

16 hari lalu

Korea Selatan Tingkatkan Peringatan Terorisme di Kantor Diplomatiknya di Lima Negara

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan meningkatkan level kewaspadaan terorisme di kantor diplomatiknya di lima negara.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

18 hari lalu

BNPT Apresiasi Partisipan yang Aktif Melakukan Pencegahan Terorisme

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), berikan Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan kepada 18 pengelola objek vital strategis dan transportasi di Jakarta.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

23 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

29 hari lalu

Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.

Baca Selengkapnya

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

30 hari lalu

Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah

Baca Selengkapnya