AS Unjuk Kekuatan, Korea Utara Ancam Jadikan Semenanjung Zona Perang Besar

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 2 Februari 2023 12:06 WIB

Angkatan Udara Korea Selatan dan A.S. melakukan pelatihan udara gabungan dengan pesawat tempur F-35A Korea Selatan, pembom strategis B-1B AS, dan pesawat tempur F-22 dan F-35B yang berpartisipasi di langit di atas Laut Barat, di Korea Selatan, 1 Februari 2023. Kementerian Pertahanan Korea Selatan/Handout via REUTER

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara mengancam mengubah Semenanjung Korea menjadi "zona persenjataan perang besar dan zona perang yang lebih kritis" gara-gara Amerika Serikat dan sekutunya latihan perang di sana.

"Situasi militer dan politik di semenanjung Korea telah mencapai garis merah ekstrem karena manuver konfrontasi militer yang sembrono dan tindakan bermusuhan AS dan pasukan bawahannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita KCNA, Kamis, 2 Februari 2023.

Baca juga Kim Jong Un Ungkap Strategi Baru Militer Korea Utara untuk 2023

Pernyataan Korea Utara mengutip kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Seoul minggu ini. Pada hari Selasa Austin dan timpalannya dari Korea Selatan berjanji untuk memperluas latihan militer dan mengerahkan lebih banyak "aset strategis", seperti kapal induk dan pembom jarak jauh, untuk melawan pengembangan senjata Korea Utara dan mencegah perang.

Pada hari Rabu Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan latihan udara bersama dengan pembom berat B-1B Amerika dan pesawat tempur siluman F-22, serta jet F-35 dari kedua negara, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

Advertising
Advertising

"Latihan udara gabungan kali ini menunjukkan kemauan dan kemampuan AS untuk mencegah ancaman nuklir dan rudal Korea Utara," kata Kementerian Pertahanan AS dalam sebuah pernyataan.

Bagi Pyongyang ini adalah ancaman serius. "Ini adalah ekspresi yang jelas dari skenario berbahaya AS yang akan mengubah semenanjung Korea menjadi gudang perang besar dan zona perang yang lebih kritis," kata pernyataan Korea Utara.

Korea Utara akan menanggapi setiap gerakan militer Amerika Serikat, dan memiliki strategi penangkalan yang kuat, termasuk "kekuatan nuklir yang paling kuat" jika perlu, tambah pernyataan itu.

Lebih dari 28.500 tentara Amerika berbasis di Korea Selatan sebagai warisan Perang Korea 1950-1953, yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

"Kami menolak anggapan bahwa latihan bersama kami dengan mitra di kawasan berfungsi sebagai provokasi apa pun. Ini adalah latihan rutin yang sepenuhnya konsisten dengan praktik sebelumnya," kata pernyataan Gedung Putih.

Tahun lalu, Korea Utara melakukan sejumlah uji coba rudal balistik, yang dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan PBB. Korea Utara juga kembali membuka lokasi uji coba senjata nuklirnya yang ditutup sejak 2017.

Di New York, menteri luar negeri Korea Selatan, Park Jin, bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres pada hari Rabu dan menyerukan agar PBB terus memperhatikan provokasi dan upaya Korea Utara baru-baru ini untuk menerapkan sanksi terhadap rezim tertutup tersebut.

Guterres mengatakan dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Korea Utara akan memberikan pukulan telak bagi keamanan regional dan internasional, dan menegaskan kembali dukungan untuk membangun perdamaian abadi di semenanjung Korea.

Park sedang dalam perjalanan empat hari ke Amerika Serikat, yang akan mencakup pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington pada hari Jumat.

Pyongyang menyatakan tidak tertarik untuk berdialog selama Washington menerapkan kebijakan yang bermusuhan.

Di Washington, Gedung Putih menolak pernyataan Korea Utara dan menegaskan kembali kesediaan untuk bertemu dengan diplomat Korea Utara "pada waktu dan tempat yang nyaman bagi mereka."

"Kami telah memperjelas bahwa kami tidak memiliki niat bermusuhan terhadap DPRK dan mencari diplomasi yang serius dan berkelanjutan untuk mengatasi berbagai masalah yang menjadi perhatian kedua negara dan kawasan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

REUTERS

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

4 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

17 jam lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

22 jam lalu

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

Gregoria Mariska Tunjung terus merebut poin di Uber Cup 2024

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

22 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

22 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya