CDC Temukan Kasus Stroke Pada Lansia Penerima Vaksin Booster Pfizer
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 27 Januari 2023 19:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Data baru dari satu database Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan kemungkinan hubungan risiko stroke untuk kelompok lanjut lanjut usia atau lansia yang menerima suntikan penguat atau vaksin booster COVID-19 dari Pfizer/BioNTech untuk kedua kali. Namun sinyalnya lebih lemah dibandingkan yang telah ditandai oleh CDC sebelumnya pada Januari, menurut pejabat kesehatan pada Kamis, 26 Januari 2023.
Baca: Turis China Dibatasi, Beijing Siapkan Pembalasan
Namun pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan AS atau FDA mengatakan tidak mendeteksi hubungan antara suntikan dan stroke di dua database pemantauan keamanan lainnya. Data baru tersebut dipresentasikan pada pertemuan para ahli luar yang memberi nasihat kepada FDA tentang kebijakan vaksin.
Awal bulan ini, pejabat kesehatan AS mengatakan telah mendeteksi kemungkinan kaitan dengan stroke iskemik pada orang berusia di atas 65 tahun yang menerima suntikan penguat kedua dalam database Vaccine Safety Datalink (VSD). Mereka mengatakan data itu sangat tidak mungkin untuk mewakili risiko klinis yang sebenarnya.
Nicola Klein dari perusahaan kesehatan Kaiser Permanente, yang menyimpan data VSD untuk CDC, mengatakan tingkat stroke yang diamati dalam database telah melambat dalam beberapa pekan terakhir. Namun sinyalnya masih signifikan secara statistik, yang berarti kemungkinan besar bukan kebetulan.
Sebagian besar kasus lansia yang dikonfirmasi menderita stroke, juga menerima vaksin flu pada saat yang sama. Hal itu diduga merupakan salah satu faktornya.
Ilmuwan FDA Richard Forshee mengatakan badan tersebut berencana mempelajari apakah ada peningkatan risiko stroke dari menerima dua suntikan pada waktu yang sama.
Baik CDC maupun FDA masih merekomendasikan lansia menerima suntikan penguat Covid-19 yang kini disesuaikan untuk menargetkan varian Omicron serta virus corona asli. Dr Walid Gellad, profesor kedokteran di University of Pittsburgh, mengatakan masalah ini memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
"Terkadang sinyal tidak jelas," kata Gellad melalui email. "Masuk akal untuk melihat lebih dalam, dan tidak masuk akal untuk mengubah latihan mengingat manfaat yang diketahui (mendapatkan booster) pada kelompok usia ini."
Simak: Covid-19, Cina Disebut Sedang Berunding dengan Pfizer
REUTERS