Cerita Warga China Berburu Obat Covid Paxlovid, Cari di Pasar Gelap sampai Beli di AS

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Senin, 16 Januari 2023 12:00 WIB

Pasien menerima perawatan infus sembari duduk di kursi, di pusat layanan kesehatan masyarakat, di tengah melonjaknya kasus Covid-19, di Shanghai, Cina, 9 Januari 2023. Sejumlah pasien yang didominasi lansia tampak menerima perawatan infus sambil duduk di kursi. REUTERS/Staff

TEMPO.CO, Jakarta - Paxlovid menjadi barang paling dicari akhir-akhir ini di China. Obat yang diyakini ampuh mengatasi infeksi Covid-19 buatan Pfizer itu, menjadi rebutan di tengah meningkatnya kasus harian virus corona di negara itu.

Seorang warga Beijing bernama Li, menceritakan ketika ayahnya yang berumur 83 tahun batuk-batuk, ia memeriksakannya di rumah sakit. Meski hasil pemeriksaan CT Scan menunjukkan ada infeksi di paru-paru, rumah sakit tidak bisa merawatnya karena kamar penuh.

Ia mencoba mencari Paxlovid, namun obat ini secara resmi hanya untuk pasien rumah sakit. Ayahnya meninggal pada hari yang sama.

Pengalaman Li, laporan media lokal, dan postingan online memberikan kesaksian tentang kesulitan yang dihadapi masyarakat China dalam mendapatkan Paxlovid di melalui saluran resmi.

Paxlovid - kombinasi dari dua obat anti-virus - adalah salah satu dari sedikit obat asing yang disetujui oleh Beijing dan uji klinis telah menemukan bahwa obat itu telah mengurangi rawat inap pada pasien berisiko tinggi sekitar 90%.

Setelah disetujui pada Februari tahun lalu, Paxlovid jarang digunakan di China hingga Desember ketika pemerintah mulai mencabut kebijakan pembatasan ketatnya, dan gelombang infeksi Covid mulai meningkat.

Advertising
Advertising

Pihak berwenang China mengakui bahwa pasokan Paxlovid masih tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan, bahkan CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan minggu lalu bahwa ribuan obat telah dikirim ke negara itu tahun lalu dan dalam beberapa minggu terakhir jutaan lainnya telah dikirim.

"Pfizer secara aktif bekerja sama dengan otoritas China dan semua pemangku kepentingan untuk mengamankan pasokan Paxlovid yang memadai di China. Kami tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pengobatan COVID-19 pasien China dan bermitra dengan pemerintah China," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Senin, 16 Januari 2023.

Berlomba untuk mempertahankan diri dari meningkatnya angka kematian, China juga telah menyetujui obat antivirus Covid dari Merck & Co dan sedang meninjau pengobatan yang dikembangkan oleh Shionogi Jepang.

Pembelian Paxlovid ditanggung oleh asuransi negara - untuk sementara hingga akhir Maret - yang berarti pasien secara teori hanya perlu membayar 198 yuan atau sekitar Rp435 ribu, sepersepuluh dari harga biasanya.

Tetapi China tidak memberikan data tentang berapa banyak obat yang disediakan dan di mana dapat dibeli, memaksa sebagian besar pasien untuk mengandalkan laporan media, dari mulut ke mulut atau bahkan mengimpornya melalui saluran tidak resmi di pasar abu-abu.

Mereka yang berhasil menemukan pemasok sering berakhir dengan membayar harga selangit, karena permintaan melonjak di tengah gelombang raksasa infeksi Covid-19.

Guangzhou Daily resmi melaporkan bahwa pasien di rumah sakit United Family Healthcare di Guangdong membayar 6.000 yuan (Rp13 juta) untuk pemeriksaan kesehatan sebelum diizinkan mendapatkan Paxlovid dengan harga 2.300 yuan atau Rp5,3 juta di rumah sakit.

Perusahaan data kesehatan Airfinity memperkirakan pada bulan Desember bahwa China akan membutuhkan 49 juta obat selama lima bulan ke depan, dengan lebih dari 22 juta dibutuhkan pada bulan Januari saja.

Obat Pfizer juga dapat dibeli seharga 2.170 yuan atau Rp4,8 juta dengan resep melalui platform online, tetapi biasanya terjual habis dalam hitungan detik.

Beberapa orang lain menjelaskan kepada Reuters bagaimana mereka beralih ke pasar abu-abu untuk membeli Paxlovid. Beberapa ingin merawat kerabat yang sakit, sementara yang lain menginginkannya untuk berjaga-jaga.

Chen Jun, seorang penduduk Provinsi Hainan selatan China, mengatakan dia membeli Paxlovid dari pemasok kenalan seorang mitra bisnis, yang mengatakan bahwa obat tersebut berasal dari Hong Kong.

Chen membayar 20.000 yuan (Rp48 juta) pada 2 Januari untuk dua kotak bagi orang tuanya, yang menderita kanker.

"Anda akan berpikir itu murah ketika anggota keluarga Anda membutuhkan," katanya. "Saya kenal orang yang membayar 20.000 yuan untuk satu kotak obat."

Pembeli lain yang menyebut namanya Ray mengatakan dia berhasil mendapatkan dua kotak dari AS yang persediaannya masih banyak dan resep dokter dapat diperoleh setelah konsultasi online.

"Sangat mudah, mereka tidak bertanya," katanya. Setelah melakukan pembelian online, ia kemudian meminta bantuan seorang teman di sana untuk mengirimkannya ke China.

Seorang analis di rumah sekuritas China, yang meminta anonimitas karena kepekaan atas subjek tersebut, mengatakan bahwa bosnya pergi ke Hong Kong membeli Paxlovid untuk hadiah kepada klien karena obat ini sekarang lebih dihargai daripada minuman keras yang populer dan mahal. "Itu adalah hadiah yang lebih baik daripada Moutai."

REUTERS

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

11 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

14 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

4 hari lalu

Berapa Jumlah Penduduk Bumi Saat Ini? Berikut Penjelasannya

Berapa jumlah penduduk bumi saat ini? Hingga tahun 2024, penduduk bumi mencapai hampir 10 miliar. Berikut ini daftar negara dengan populasi terbanyak.

Baca Selengkapnya

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

6 hari lalu

Hong Kong Meluncurkan Tiket Bus Khusus untuk Wisatawan

Mulai Sabtu, 27 Juli 2024, salah satu operator bus di Hong Kong menerapkan tiket satu hari tanpa batas untuk wisatawan

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

6 hari lalu

Hasil Piala Uber 2024: Begini Komentar Gregoria Mariska Tunjung Sumbang Poin Pertama untuk Indonesia saat Lawan Hong Kong

Gregoria Mariska Tunjung mengalahkan Yeng Sum Yee dalam 32 menit untuk memastikan satu poin bagi Indonesia lawan Hong Kong di Grup c Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya