Omicron XBB.1.5 Mulai Menyebar, WHO Minta Penumpang Pakai Masker di Pesawat

Reporter

Tempo.co

Rabu, 11 Januari 2023 08:29 WIB

Omicron BF.7 . Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperingatkan penyebaran subvarian Omicron Covid-19 terbaru di Ameirika Serikat, XBB.1.5 yang cepat. Lembaga ini meminta negara-negara mempertimbangkan untuk merekomendasikan agar penumpang memakai masker pada penerbangan jarak jauh.

Baca: XBB.1.5 Diduga Varian Omicron Paling Mudah Menular dan Bisa Picu Gelombang Covid

Di Eropa, subvarian XBB.1.5 terdeteksi dalam jumlah kecil tetapi terus bertambah, kata pejabat WHO dan Eropa dalam konferensi pers. Penumpang harus disarankan untuk memakai masker dalam penerbangan jarak jauh, kata petugas darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood. "Ini harus menjadi rekomendasi yang dikeluarkan untuk penumpang yang datang dari mana saja di mana ada penyebaran COVID -19 transmisi," ujarnya.

Varian XBB.1.5 adalah subvarian Omicron paling menular yang terdeteksi sejauh ini. Varian ini menyumbang 27,6 persen kasus COVID-19 di Amerika Serikat hingga 7 Januari 2023.

Tidak jelas apakah XBB.1.5 akan menyebabkan gelombang infeksi global terbaru. Vaksin Covid-19 saat ini mampu melindungi dari gejala parah, rawat inap dan kematian, menurut para ahli.

"Negara-negara perlu melihat basis bukti untuk pengujian pra-keberangkatan, jika tindakan dipertimbangkan langkah-langkah perjalanan harus diterapkan dengan cara yang tidak diskriminatif," kata Smallwood.

Advertising
Advertising

Meski varian baru itu menyebar dari Amerika Serikat, WHO tidak menyarankan agar penumpang pesawat dari negara ini harus menjalani tes Covid.

Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk pengawasan genomik dan menargetkan penumpang dari negara lain selama tidak mengalihkan sumber daya dari sistem pengawasan domestik. Lainnya termasuk pemantauan air limbah di sekitar titik masuk seperti bandara.

XBB.1.5 adalah turunan lain dari Omicron, varian virus penyebab COVID-19 yang paling menular dan kini mendominasi secara global. Varian ini adalah cabang dari XBB, yang pertama kali terdeteksi pada bulan Oktober. XBB.1.5 merupakan rekombinan dari dua subvarian Omicron lainnya.

Kekhawatiran tentang XBB.1.5 memicu serentetan kasus baru di Amerika Serikat dan sekitarnya. Angka Covid-19 di Amerika Serikat terus meningkat di tengah lonjakan kasus Corona di China.

Menurut data yang dilaporkan oleh WHO awal bulan ini, analisis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China menunjukkan dominasi sublineage Omicron BA.5.2 dan BF.7 di antara infeksi yang didapat secara lokal.

Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa (EASA) dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) pada hari Selasa mengeluarkan rekomendasi untuk penerbangan antara China dan Uni Eropa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 secara non-farmasi seperti pemakaian masker, menguji penumpang pesawat serta pemantauan air limbah sebagai alat peringatan dini untuk mendeteksi varian baru.

Simak: WHO: Tidak Ada Varian Baru Covid di China, tapi Data Kematian Meragukan

REUTERS | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

2 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

3 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

4 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

4 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

5 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

6 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya