Kaleidoskop 2022: Hasil Pertemuan COP27 dan KTT G20 Bali

Reporter

Tempo.co

Jumat, 30 Desember 2022 23:47 WIB

Presiden Joko Widodo (keempat kanan) bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden (tengah), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (keempat kiri) dan sejumlah kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara G20 berjalan menuju lokasi penanaman pohon mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai pada hari kedua KTT G20 Indonesia di Denpasar, Bali, Rabu, 16 Desember 2022. ANTARA/Media Center G20 Indonesia/Akbar Nugroho Gumay

TEMPO.CO, Jakarta - Kaleidoskop 2022, setidaknya ada dua pertemuan tingkat internasional yang cukup penting pada November 2022. Pertama, pertemuan COP27 di Kairo, Mesir yang diselenggarakan pada 10 November 2022.

Pertemuan COP27 adalah rapat tingkat internasional yang membahas permasalahan iklim. Rapat tersebut di antaranya membahas permintaan negara-negara Afrika agar diizinkan mengembangkan sumber daya dengan bahan bakar fosil untuk membantu mengangkat rakyat mereka keluar dari kemiskinan.

Tekanan untuk meninggalkan hidrokarbon melemah tahun ini menyusul invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga energi dan mendorong inflasi ke level tertinggi selama beberapa dekade.

Advertising
Advertising

Negara-negara dengan komitmen mengikat untuk beralih ke energi rendah karbon akhirnya mengubah prioritas, setidaknya dalam jangka pendek dan negara-negara Afrika melihat potensi pasar ekspor baru, serta peluang untuk mengakhiri kemiskinan bahan bakar domestik.

"Ada banyak perusahaan minyak dan gas yang hadir di COP karena Afrika ingin mengirim pesan bahwa kami akan mengembangkan semua sumber daya energi kami untuk kepentingan rakyat kami karena masalah kami adalah kemiskinan energi," kata komisaris perminyakan Namibia. Maggy Shino, yang bekerja di Kementerian Pertambangan dan Energi negara itu.

Menggemakan komentar dari negara-negara Afrika lainnya, Shino mengatakan negara-negara kaya telah gagal memberikan dana yang dijanjikan untuk membantu mereka memperluas energi bersih daripada mengeksploitasi sumber daya bahan bakar fosil mereka.

Dua minggu penuh Konferensi Perubahan Iklim PBB yang ke-27 atau COP27 berakhir pada Minggu 20 November 2022. Kebanyakan ilmuwan iklim frustasi pada hasil-hasil yang disepakati yang dinilai minim ambisi untuk penghapusan bahan bakar fosil.

Dokumen ringkasan final COP27 setebal 10 halaman, yang disepakati pada 20 November 2022, menyatakan pembatasan pemanasan global hanya sampai 1,5 derajat Celsius di atas suhu di masa pra-industri membutuhkan reduksi emisi gas rumah kaca yang cepat, dalam dan berkelanjutan pada 2030.

Tapi, seruan untuk menghapus penggunaan bahan bakar fosil - sebagai sumber emisi gas rumah kaca itu--dihadang oleh negara-negara penghasil minyak, dan sebagian delegasi berusaha menemukan alasan untuk tetap bergembira meski laju dekarbonisasi sangat lambat. Banyak yang menyalahkan krisis energi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina sebagai sebab minimnya progres penghapusan bahan bakar fosil tersebut.

Catatan rekor 45 ribu orang hadir di COP27 malah menuntun sebagian orang untuk mempertanyakan apakah format konferensi sudah cocok untuk penanganan sebuah kedaruratan di Bumi. "Negosiasi-negosiasi yang terjadi benar-benar tak menggambarkan realitas," kata Sunita Narain, Direktur Jenderal Pusat Sains dan Lingkungan, sebuah organisasi riset di New Delhi, India.

KTT G20 Bali

Pertemuan penting kedua pada November 2022 adalah KTT G20 Bali. Ini untuk pertama kalinya KTT G20 diselenggarakan dalam kondisi geopolitik yang serba tak menentu setelah invasi Rusia ke Ukraina. KTT G20 pada 15 November 2022, menghasilkan leaders' declaration, di tengah keraguan tercapainya konsensus antara negara anggota disebabkan oleh tegangan geopolitik.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan Indonesia sudah melalui jalan terjal yang panjang hingga akhirnya dapat sampai pada kesepakatan bersama di KTT G20 Bali. Komunike, juga hasil konkret dari G20, adalah ekspektasi yang dinanti oleh semua pihak.

Fokus Indonesia sebagai presidensi G20 adalah pemulihan ekonomi global pasca-pandemi Covid-19, dengan prioritas bidang kesehatan, transformasi digital, dan transisi energi. Namun, pertemuan kepala negara anggota G20 kali ini dibayangi oleh krisis global di sektor pangan dan energi, yang dipicu oleh perang Ukraina.

Seperti telah diperkirakan para analis, isu Ukraina mendominasi KTT G20. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menyampaikan pidato secara virtual di sesi pertama KTT G20 pada Selasa, 15 November 2022, menyerukan forum G20 agar ikut membantu menghentikan invasi Rusia. Negara-negara Barat juga menyampaikan seruan serupa.

Leaders' declaration diadopsi oleh kepala negara-negara anggota pada 16 November. Babak terakhir perundingan di tingkat sherpa, termasuk soal geopolitik yang membuat perdebatan sengit, berlangsung mulai 10 hingga 14 November.

Dalam kesempatan wawancara yang sama dengan Tempo, Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani, menggambarkan, Indonesia sudah melakukan segala strategi dan pendekatan diplomatik yang diperlukan dengan semua pihak, untuk mencapai komunike di KTT G20.

Baca juga: Dana BPDLH Mencapai Rp 14,52 Triliun, Airlangga: Menjembatani Hasil COP 27 dan KTT G20

Menurut keterangan resmi deklarasi paragraf 3, G20 menyuarakan keprihatinan yang mendalam atas risiko ketahanan pangan global yang ditimbulkan oleh naiknya ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Leaders' declaration setebal 17 halaman itu menyesalkan dalam istilah terkuat agresi Rusia terhadap Ukraina, dan menuntut penarikan pasukan Rusia secara penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.

Dalam deklarasi tersebut ditegaskan G20 memang bukanlah forum untuk menyelesaikan masalah keamanan. Namun, anggota G20 mengakui masalah keamanan dapat memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap ekonomi global. Pernyataan bersama itu juga menyebut terdapat perbedaan pandangan mengenai masalah ini dan sanksi.

Retno menyebut pendekatan diplomatik Indonesia berlangsung secara berkelanjutan dan konstruktif, seperti dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri G20 di Bali dan Sidang Umum PBB di New York. Dalam setiap perundingan, Indonesia mengedepankan substansi untuk menyelamatkan G20 terlebih dahulu.

Terlepas dari pernyataan Lavrov itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut Moskow secara umum cukup positif dengan Leaders' declaration atau komunike yang dicapai dalam KTT G20 Bali. Ajudan Presiden Rusia Vladimir Putin itu mengakui hasil tersebut mencerminkan ada perbedaan dalam forum tersebut.

Baca juga: Kaleidoskop 2022: Momentum Fajar / Rian ke Puncak Peringkat Bulu Tangkis Dunia

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

2 hari lalu

Ahli Klimatologi BRIN Erma Yulihastin Dikukuhkan sebagai Profesor Riset Iklim dan Cuaca Ekstrem

Dalam orasi ilmiah pengukuhan profesor riset dirinya, Erma membahas ihwal cuaca ekstrem yang dipicu oleh kenaikan suhu global.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

3 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

5 hari lalu

Australia-Indonesia Kerja Sama Bidang Iklim, Energi Terbarukan dan Infrastruktur

Australia lewat pendanaan campuran mengucurkan investasi transisi net zero di Indonesia melalui program KINETIK

Baca Selengkapnya

Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

6 hari lalu

Alexander Marwata Akui Dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas Pertemuan dengan Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengakui dilaporkan ke Polda Metro Jaya atas dugaan pertemuan dengan eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto.

Baca Selengkapnya

ASEAN dan Australia Memperingati 50 Tahun Kemitraan

11 hari lalu

ASEAN dan Australia Memperingati 50 Tahun Kemitraan

ASEAN dan Australia memperingati 50 tahun pertemuan pertama antara Sekretaris Jenderal ASEAN dan para pejabat Australia pada 16 April

Baca Selengkapnya

Mantan Presiden Taiwan Akan Rapat dengan Xi Jinping

26 hari lalu

Mantan Presiden Taiwan Akan Rapat dengan Xi Jinping

Mantan Presiden Taiwan diwartakan akan bertemu dengan Xi Jinping pekan depan di Beijing. Pertemuan itu diklaim sebagai pertemuan persahabatan.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

32 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya

Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

39 hari lalu

Empat Kebijakan Badan Meteorologi Dunia Diadopsi 94 Negara, Apa Saja?

Sebanyak 94 negara peserta salah satu forum meteorologi dunia, SERCOM Ke-3, mengadopsi empat kebijakan terkait layanan cuaca dan iklim.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

53 hari lalu

BRIN Kembangkan Analisis Iklim Berdasarkan Lokasi dan Waktu

Model menggunakan data mining pada peramalan data iklim di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

12 Februari 2024

Benarkah Pemanasan Global Sudah Tembus Batas 1,5 Derajat Celsius?

Januari 2024 lalu adalah rekor baru pemanasan global untuk suhu rata-rata bulanan.

Baca Selengkapnya