Kaleidoskop 2022: Dunia Dibayangi Perang Rusia Ukraina hingga Wafatnya Ratu Elizabeth
Reporter
Daniel A. Fajri
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 30 Desember 2022 20:56 WIB
Era Baru Dinasti Marcos
Putra penguasa Filipina Ferdinand Marcos yang digulingkan dalam pemberontakan rakyat 36 tahun lalu, Ferdinand Marcos Jr. atau Bongbong dilantik sebagai presiden negara itu pada Juni 2022. Marcos, 64 tahun, memenangkan pemilihan pada Mei dengan telak, mengakhiri upaya keluarganya yang kaya selama puluhan tahun untuk mendapatkan kembali kursi kepresidenan dan mengubah citranya setelah diusir pada 1986.
Ferdinand Marcos Sr. memerintah selama dua dekade sejak 1965. Hampir setengah masa pemerintahannya di bawah darurat militer. Keadaan itu membantunya untuk memperluas kekuasaannya sampai penggulingannya dan keluarganya mundur ke pengasingan selama revolusi "kekuatan rakyat". Ribuan lawannya dipenjara, dibunuh, atau dihilangkan selama pemerintahannya, dan nama keluarga menjadi identik dengan kronisme, pemborosan, dan miliaran dolar kekayaan negara yang hilang. Keluarga Marcos, bagaimanapun menyangkal penggelapan.
Di sekitar Manila, tepatnya di Plaza Miranda, tempat beberapa lawan ayahnya tewas dan terluka dalam pemboman yang dituduhkan pada komunis, protes menolak Marcos digelar saat dia dilantik sebagai presiden. "Yang selamat adalah ras yang menghilang, jika bukan spesies yang terancam punah dan waktu untuk memperbaiki kebohongan dan mengungkap kebenarannya adalah sekarang," kata Cristina Bawagan, yang mengaku menderita pelecehan di bawah pemerintahan Marcos yang lebih tua.
Sementara Marcos Jr berterima kasih kepada para pemilih karena memberinya "mandat pemilu terbesar dalam sejarah demokrasi Filipina". Dia berjanji membawa negara akan pergi jauh di masa kepresidenannya.
"Saya di sini bukan untuk berbicara tentang masa lalu. Saya di sini untuk memberi tahu Anda tentang masa depan kita. Tidak melihat ke belakang dalam kemarahan atau nostalgia," kata Marcos Jr di hadapan ribuan pendukung yang bersorak, mengibarkan bendera, dan mengenakan warna merah, warna yang diasosiasikan dengan ayahnya.
Krisis Ekonomi di Sri Lanka, Rajapaksa Mundur
Krisis ekonomi Sri Lanka berhasil menggulingkan Presiden Gotabaya Rajapaksa pada Juli 022. Parlemen mengumumkan Rajapaksa akan mundur setelah protes keras, dengan para demonstran menyerbu kediaman resmi presiden dan membakar rumah perdana menteri di Kolombo.
Pengunjuk rasa anti-pemerintah yang marah atas pemadaman listrik, kekurangan bahan pokok dan kenaikan harga telah lama menuntut agar Rajapaksa mundur, tetapi pensiunan perwira militer itu telah menolak tuntutan tersebut selama berbulan-bulan. Dia sempat menggunakan kekuatan darurat dalam upaya untuk mempertahankan kendali.
Kekerasan dan kekacauan politik yang mencengkeram negara pulau berpenduduk 22 juta jiwa itu terjadi di tengah negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) mengenai rencana penyelamatan, serta proposal untuk merestrukturisasi utang negaranya, yang keduanya dapat berantakan. Analis mengatakan bahwa salah urus ekonomi oleh pemerintah berturut-turut telah melemahkan keuangan publik Sri Lanka. Pada akhirnya itu membuat pengeluaran nasional melebihi pendapatan dan produksi barang dan jasa yang dapat diperdagangkan pada tingkat yang tidak memadai.
Situasi ini diperparah dengan pemotongan pajak besar-besaran yang diberlakukan oleh pemerintah Rajapaksa segera setelah menjabat pada 2019. Beberapa bulan kemudian, pandemi COVID-19 melanda. Itu menghapus sebagian besar basis pendapatan Sri Lanka, terutama dari industri pariwisata yang menguntungkan, sementara pengiriman uang dari warga negara yang bekerja di luar negeri turun dan semakin dilemahkan oleh nilai tukar mata uang asing yang tidak fleksibel.
Lembaga pemeringkat, prihatin dengan keuangan pemerintah dan ketidakmampuannya untuk membayar utang luar negeri yang besar, menurunkan peringkat kredit Sri Lanka mulai tahun 2020 dan seterusnya, yang pada akhirnya mengunci negara itu dari pasar keuangan internasional. Untuk menjaga ekonomi tetap bertahan, pemerintah sangat bergantung pada cadangan devisanya, mengikisnya lebih dari 70 persen dalam dua tahun.