3 Fakta Paham Wahabi: Berkembang di Arab Saudi Ditolak oleh Lembaga Dakwah NU
Reporter
Achmad Hanif Imaduddin
Editor
Dwi Arjanto
Rabu, 2 November 2022 08:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Paham Wahabi kembali menjadi perbincangan deras di Indonesia. Hal ini bermula dari rekomendasi Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama alias LD PBNU kepada pemerintah agar melarang paham Wahabi di Indonesia.
Rekomendasi tersebut atas dasar penilaian bahwa paham Wahabi berpotensi memecah hubungan sesama muslim dan hubungan umat Islam dengan agama lain. Terlebih lagi, aliran wahabi takfiri yang dinilai gemar mengafirkan ajaran lain yang berbeda dari pandangannya.
“Wahabi takfiri itu menjadi awal gerakan radikal ISIS yang merusak hubungan sesama muslim. Mereka menganut paham kawan (dan) lawan terhadap kelompok lain, dan tidak mau menerima perbedaan pandangan atau kebenaran pihak di luar kelompoknya,” kata Ahmad Fahrurrozi selaku Ketua PBNU Bidang Keagamaan kepada Tempo pada Sabtu, 29 Oktober 2022.
Fakta-fakta Seputar Paham Wahabi
- Paham Wahabi Didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab
Mengutip situs resmi NU, Wahabi merupakan sebutan bagi pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang wafat pada 1973 masehi. Bagi pengikutnya, sosok ini dianggap sebagai tokoh purifikasi atau pemurni ajaran tauhid sesuai teks Al-Quran dan Hadis.
Berdasarkan catatan sejarah, Muhammad bin Abdul Wahab tinggal di Kampung Uyainah, Najd atau sekitar 70 kilometer ke arah barat laut dari Kota Riyadh, Arab Saudi.
Baca juga : Lembaga Dakwah PBNU Sarankan Pemerintah Larang Wahabi.
Namun, belakangan merujuk situs NU, sejumlah kelompok membantah bahwa ajaran Wahabi berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab, tetapi bersumber dari Abdul Wahhab bin Rustum.
Akan tetapi, dalam buku Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi: Sejarah, Doktrin, dan Akidah karya A. Ma’ruf Asrori, terdapat lebih banyak bukti dan klaim para ulama bahwa Wahabi berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab sebagaimana dilansir oleh situs resmi NU.
- Putra Mahkota MBS Tegaskan Wahabi Bukan Ideologi Arab Saudi
Walaupun paham Wahabi lahir dan berkembang cukup pesat di Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman Al Saud atau yang kerap dirujuk sebagai MBS menegaskan bahwa paham Wahabi bukanlah ideologi satu-satunya di Arab Saudi.
Dikutip dari situs resmi Lembaga Oasis Center, pada Oktober 2017...
<!--more-->
Dikutip dari situs resmi Lembaga Oasis Center, pada Oktober 2017 atau beberapa bulan setelah diangkat sebagai putra mahkota, MBS menyatakan kepada media internasional bahwa Arab Saudi akan kembali menjadi kerajaan Islam moderat.
Pernyataan tersebut merujuk pada upaya modernisasi dan pembukaan kehidupan sosial dan ekonomi di Arab Saudi yang lebih terbuka daripada masa-masa sebelumnya. Sebab, menurut Oasis Center, secara kenyataan negara-negara Arab Saudi tergolong masih mengikuti jejak paham Wahabi atau Wahabisme sejak 1744.
- LD PBNU dan Mahfud MD Tolak Ajaran Wahabi di Indonesia
LD PBNU menyarankan pemerintah untuk melarang paham Wahabi di Indonesia karena tidak hanya berbahaya bagi kedaulatan negara, tetapi juga mengancam keharmonisan sesama umat muslim.
“Apalagi melakukan pengkafiran (takfiri) kepada saudara seiman sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Khawarij pada masa lalu,” kata Ahmad Fahrurrozi, Ketua PBNU Bidang Keagamaan, kepada Tempo.
Penolakan kepada LDNU tersebut turut disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia Mahfud MD. “Dibangun dengan wahabi salafi, enggak cocok di kita (di Indonesia),” kata Mahfud pada acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah pada Kamis, 21 April 2022 tersebut.
Mahfud MD juga menegaskan bahwa paham Wahabi boleh saja berkembang di Arab Saudi, tetapi tidak di Indonesia karena hukum bersifat kontekstual. “Boleh di sana. Karena hukum itu sesuai kebutuhan waktu, lokal, dan tempatnya,” kata Mahfud menambahkan.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Baca juga :PBNU Tak Setuju sikap LDNU Minta Agar Wahabi Dilarang, MUI: Patut Kita Apresiasi.