Berselisih Soal Minyak, Pangeran: Arab Saudi dan Amerika Sekutu Solid

Rabu, 26 Oktober 2022 17:24 WIB

Presiden AS Joe Biden berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz saat mengunjungi Al Salman Palace, Jeddah, Arab Saudi, 15 Juli 2022. Joe Biden akan mendorong produksi minyak yang lebih besar dari negara-negara OPEC, ketika ia bertemu dengan para pemimpin Teluk di Arab Saudi pekan ini. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, mengomentari hubungan negaranya dengan Amerika Serikat yang berselisih karena tidak sepakat mengenai pasokan minyak. Dia menyebut pihaknya lebih dewasa dalam menghadapi masalah ini.

Baca: Top 3 Dunia: Bom Kotor Rusia, Investasi Saudi, Jet Tempur Sukhoi Jatuh

Keputusan oleh kelompok produsen minyak OPEC+ yang dipimpin oleh Arab Saudi bulan ini untuk memangkas target produksi minyak memicu perang kata-kata antara Gedung Putih dan Riyadh.

Hubungan erat Saudi-AS telah tegang oleh sikap pemerintahan Presiden Joe Biden atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 dan perang Yaman. Hubungan Riyadh yang berkembang dengan China dan Rusia juga memicu perhatian AS.

"Saya pikir kami karena Arab Saudi memutuskan untuk menjadi orang yang lebih dewasa dan membiarkan dadu jatuh. Kami terus mendengar Anda 'bersama kami atau melawan kami', apakah ada ruang untuk 'kami bersama rakyat Arab Saudi'?" kata Pangeran Abdulaziz di forum Future Investment Initiative (FII), dikutip dari Reuters, Rabu, 26 Oktober 2022.

Menteri Investasi Saudi Khalid al-Falih mengatakan sebelumnya bahwa Riyadh dan Washington akan mengatasi pertengkaran "tidak beralasan" mereka. Dia menyoroti hubungan perusahaan dan institusional yang sudah berlangsung lama.

Advertising
Advertising

"Jika Anda melihat hubungan dengan sisi masyarakat, sisi perusahaan, sistem pendidikan, Anda melihat institusi kami bekerja sama, kami sangat dekat dan kami akan mengatasi pertengkaran baru-baru ini yang menurut saya tidak beralasan," katanya.

Khalid mencatat Arab Saudi dan Amerika Serikat adalah "sekutu yang solid" dalam jangka panjang. Dia melihat punya hubungan "sangat kuat" dengan mitra Asia termasuk China, yang merupakan importir terbesar hidrokarbon Saudi.

Pemotongan OPEC+ telah menimbulkan kekhawatiran di Washington tentang kemungkinan harga bensin yang lebih tinggi menjelang pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat pada November. Demokrat berusaha mempertahankan kendali mereka atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat.

Biden berjanji bahwa "akan ada konsekuensi" untuk hubungan Amerika Serikat dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+ itu.

Putri Reema binti Bandar Al Saud, duta besar kerajaan untuk Washington, mengatakan dalam sebuah wawancara CNN bahwa Arab Saudi tidak berpihak pada Rusia dan terlibat dengan "semua orang di seluruh dunia".

"Tidak apa-apa jika tidak setuju. Kami pernah tidak setuju di masa lalu, dan kami pernah setuju di masa lalu, tetapi yang penting adalah mengakui nilai dari hubungan ini," katanya.

Reema menambahkan, banyak orang berbicara mengenai mereformasi atau meninjau hubungan kedua negara. Menurutnya itu adalah "hal yang positif" karena Arab Saudi "bukan kerajaan seperti lima tahun yang lalu."

Baca juga: 25 Fakta Negara Arab Saudi, dari Balapan Unta sampai Gedung Tertinggi di Dunia

REUTERS

Berita terkait

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

2 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

3 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

3 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

7 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

8 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

16 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

17 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

20 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya