Saudi Memilih Bersikap Dewasa Menghadapi Kemarahan AS
Reporter
magang_merdeka
Editor
Yudono Yanuar
Rabu, 26 Oktober 2022 15:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi memilih bersikap dewasa menghadapi perselisihan dengan Amerika Serikat mengenai pasokan minyak, kata menteri energi kerajaan Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Selasa, 25 Oktober 2022.
Keputusan OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi untuk memangkas target produksi minyak, memicu perselisihan antara Gedung Putih dan Riyadh menjelang forum Inisiatif Investasi Masa Depan (FII) kerajaan, yang menarik para eksekutif bisnis AS.
Hubungan keduanya telah tegang sejak sikap pemerintahan Joe Biden atas kasus pembunuhan 2018 terhadap jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi dan perang Yaman. Termasuk juga perkembangan hubungan Riyadh dengan China dan Rusia.
Ketika ditanya di forum FII mengenai hubungan energi dengan Amerika Serikat setelah pemotongan, menteri energi Saudi mengatakan, "Arab Saudi memutuskan untuk menjadi orang yang lebih dewasa dan membiarkan dadu jatuh."
"Kami terus mendengar Anda 'bersama kami atau melawan kami', apakah ada ruang untuk 'kami bersama rakyat Arab Saudi'?"
Menteri Investasi Saudi Khalid al-Falih mengatakan sebelumnya bahwa Riyadh dan Washington akan mengatasi pertengkaran "tidak beralasan" mereka, menyoroti hubungan perusahaan dan institusional yang sudah berlangsung lama.
"Jika Anda melihat hubungan dengan sisi masyarakat, sisi perusahaan, sistem pendidikan, Anda melihat institusi kami bekerja sama, kami sangat dekat dan kami akan mengatasi pertengkaran baru-baru ini yang menurut saya tidak beralasan," katanya.
Sembari mencatat bahwa Arab Saudi dan AS adalah sekutu lama, dia juga menyoroti kerajaan itu "sangat kuat" dengan mitra Asia, termasuk China yang merupakan importir terbesar hidrokarbon Saudi.
Pemotongan OPEC+ telah menimbulkan kekhawatiran di Washington tentang kemungkinan harga bensin yang lebih tinggi menjelang pemilihan paruh waktu AS pada November. Demokrat berusaha mempertahankan kendali mereka atas DPR dan Senat.
Biden berjanji bahwa "akan ada konsekuensi" untuk hubungan AS dengan Arab Saudi setelah langkah OPEC+.
Putri Reema binti Bandar Al Saud, duta besar kerajaan untuk Washington, mengatakan dalam sebuah wawancara CNN bahwa Arab Saudi tidak berpihak pada Rusia dan terlibat dengan "semua orang di seluruh dunia".
"Dan omong-omong, tidak apa-apa untuk tidak setuju. Kami pernah tidak setuju di masa lalu, dan kami pernah setuju di masa lalu, tetapi yang penting adalah mengakui nilai dari hubungan ini," katanya.
Dia menambahkan bahwa banyak orang berbicara tentang mereformasi atau meninjau hubungan dan mengatakan itu adalah "hal yang positif" karena Arab Saudi "bukan kerajaan seperti lima tahun yang lalu."
Seperti tahun-tahun sebelumnya, forum tiga hari FII yang dibuka pada Selasa, 25 Oktober 2022, melihat partisipasi besar dari Wall Street, serta industri lain dengan kepentingan strategis di Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia.
Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon, menyuarakan keyakinan bahwa Arab Saudi dan Amerika Serikat akan menjaga aliansi mereka yang telah berusia 75 tahun.
"Saya tidak bisa membayangkan sekutu menyetujui segalanya dan tidak memiliki masalah, mereka akan menyelesaikannya," kata Dimon. "Saya merasa nyaman bahwa orang-orang di kedua belah pihak sedang bekerja dan bahwa negara-negara ini akan tetap menjadi sekutu di masa depan, dan semoga membantu dunia berkembang dan tumbuh dengan baik."
FII adalah sebuah karya untuk rencana pengembangan Visi 2030 putra mahkota Saudi untuk menyapih ekonomi dari minyak dengan menciptakan industri baru yang juga menghasilkan lapangan kerja bagi jutaan orang Saudi, dan untuk memikat modal dan bakat asing.
Tidak ada pejabat administrasi Biden yang terlihat di forum pada Selasa. Jared Kushner, mantan ajudan senior Presiden Donald Trump yang menikmati hubungan baik dengan Pangeran Mohammed, tampil sebagai pembicara di barisan depan.
Pemerintah Saudi menginvestasikan $2 miliar atau setara dengan Rp.31 triliun dengan perusahaan yang didirikan oleh Kushner setelah Trump meninggalkan kantor.
Penyelenggara FII mengatakan edisi tahun ini menarik 7.000 delegasi dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 4.000 delegasi.
Setelah peluncuran perdananya pada tahun 2017, forum tersebut dirusak oleh boikot Barat atas pembunuhan Khashoggi oleh agen-agen Saudi. Kemudian pulih pada tahun berikutnya dan menarik para pemimpin serta bisnis dengan kepentingan strategis di Arab Saudi, meskipun setelah itu pandemi melanda dunia.
REUTERS (NESA AQILA)