IMF Minta Rusia Segera Hentikan Perang Ukraina

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 15 Oktober 2022 16:30 WIB

Logo IMF. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Negera-negara anggota Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat, 14 Oktober 2022, dengan suara bulat menerbitkan sebuah seruan untuk Rusia agar mengakhiri perang Ukraina. Mereka meyakini perang Ukraina telah menjadi faktor terbesar naiknya inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

Dalam sesi jumpa pers, Menteri Ekonomi Spanyol Nadia Calvino menjelaskan Rusia kembali telah memblokir konsensus penerbitan komunike bersama selama pertemuan IMF dengan Komite Keuangan. Seruan agar perang Ukraina diakhiri lebih kuat dari pertemuan IMF dengan Bank Dunia pada April 2022 lalu. Pasalnya, saat ini perang telah membat kerawanan pangan, kesulitan energi, kenaikan harga barang-barang dan membuat stabilitas keuangan berisiko.

“Ini sangat jelas di tingkat kemanusiaan, tingkat praktek, tingkat objektifitas. Hentikan perang. Hentikan perang. Ini langkah langsung untuk membuat perekonomian dunia lebih baik,” kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Advertising
Advertising

Baca juga: Menteri Perdagangan Kanada Ingatkan Dampak Perang Ukraina

Bangunan yang rusak setelah dihantam serangan udara Rusia di Bakhmut, Wilayah Donetsk, Ukraina,9 Mei 2022. Polisi Wilayah Donetsk/Handout melalui REUTERS

Ucapan Georgieva itu adalah sentimen yang juga diserukan oleh Menteri Ekonomi Amerika Serikat Janet Yellen, di mana Yellen meminta semua pihak bertikai agar memikirkan dampaknya ke ekonomi. Sebab sangat jelas dan semua orang pasti setuju bahwa Rusia harus menghentikan perang Ukraina.

Sedangkan Calvino menegaskan penolakan dari Rusia (hentikan perang) telah mendorong komite di IMF menerbitkan pernyataan bersama meminta Negeri Beruang Merah tersebut menghentikan perang. Seruan IMF tersebut merefleksikan kuatnya kata sepakat dari anggota IMF terkait masalah ekonomi yang ditimbulkan (dampak dari perang Ukraina).

IMF dalam pernyataannya juga meminta bank sentral – bank sentral agar menjaga stabilitas harga. Sedangkan kebijakan fiskal harus memprioritaskan perlindungan pada kelompok-kelompok rentan dari kenaikan biaya hidup.

“Kami akan memastikan koherensi dari keseluruhan moneter dan posisi fiskal dengan pertimbangan peran lengkap dari kebijakan struktural dalam mengurangi trade-off,” demikian pernyataan IMF, yang ditujukan pada Inggris dan negara-negara lain untuk menghindari kebijakan moneter dan fiskal saling bertentangan.

Sumber: Reuters

Baca juga: IMF Ingatkan Bank Sentral di Asia Agar Ketat Kebijakan Moneter

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

7 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

Adik Kim Jong Un Pastikan Tak ada Transfer Senjata dengan Rusia

1 hari lalu

Adik Kim Jong Un Pastikan Tak ada Transfer Senjata dengan Rusia

Kim Yo Jong adik Kim Jong Un menyangkal tuduhan Amerika Serikat dan Korea Selatan kalau senjata Korea Utara digunakan dalam perang Ukraina

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

2 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

3 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya