IMF Ingatkan Bank Sentral di Asia Agar Ketatkan Kebijakan Moneter

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 15 Oktober 2022 09:30 WIB

Logo IMF. wikipedia.org

TEMPO.CO, Jakarta - Dana Moneter Internasional atau IMF pada Kamis, 13 Oktober 2022, menyarankan agar bank sentral di sebagian besar negara-negara Asia memperketat kebijakan moneter menyusul naiknya harga – harga dan mata uang negara-negara Asia yang terdepresiasi dipicu kenaikan suku bunga Amerika Serikat.

Akan tetapi, Cina dan Jepang mendapat pengecualian. Sebab ekonomi dikedua negara tersebut memang melemah, tetapi tetap substansial dan inflasi tidak meningkat tajam seperti di negara lain.

Orang-orang mengantre saat menerima makanan di dapur umum di dalam gereja, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka, 25 Juli 2022. REUTERS/Adnan Abidi

Advertising
Advertising

Baca juga:Samuel Sekuritas: IHSG Ditutup di Zona Merah, Sejalan dengan Pasar Asia Lainnya

Menurut Direktur IMF wilayah Asia Pasifik, Krishna Srinivasan, banyak mata uang negara-negara Asia terdepresiasi cukup tajam terhadap dolar Amerika menyusul pengetatat moneter yang mengerah ke meluasnya diferensiasi suku bunga. Hal tersebut membuat biaya impor naik pada sejumlah negara.

“Sedangkan dasar kami untuk inflasi adalah puncak kenaikan pada akhir tahun, besarnya depresiasi exchange-rate yang bisa mengarah pada inflasi yang lebih tinggi dan besarnya presistansi khususnya jika suku bunga global naik lebih tinggi sehingga membutuhkan pengetatan kebijakan moneter yang cepat di Asia,” kata Srinivasan dalam sebuah konferensi pers dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington.

Srinivasan mengatakan depresiasi mata uang cukup besar dan kenaikan suku bunga bisa memicu stres keuangan di negara-negara Asia yang punya banyak utang. Asia saat ini sudah menjadi debitor terbesar di dunia (pihak yang punya utang) selain juga penabung terbesar. Ada beberapa negara di Asia yang berisiko tinggi menghadapi kesulitan utang.

Sedangkan Wakil Direktur IMF wilayah Asia Pasifik Sanjaya Panth mengatakan sebagian besar utang negara-negara Asia terkonsentrasi di Cina (banyak yang utang ke Cina). Panth mengingatkan beberapa bentuk tekanan pasar tidak dapat dikesampingkan, untungnya tidak sedikit pula negara di Asia yang ekonominya masih kuat sehingga tidak membuat IMF waswas. Negara yang ekonominya masih kuat karena level utang eksternalnya rendah, cadangan devisanya tinggi dan sistem keuangannya tangguh.

Sumber: Reuters

Baca juga: IMF Sebut Penguatan Dolar AS Pengaruhi Inflasi: Tekanan Sangat Akut di Emerging Market

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

6 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

10 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

11 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

16 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

3 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

5 hari lalu

Seperti Dongeng, Kisah Cinta Li Ran Perempuan Cina yang Dinikahi Pangeran Belgia

Seorang perempuan Cina merebut hati Pangeran Charles dan Belgia. Kisah percintaan mereka seperti dalam dongeng.

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

6 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya