Paris Club Ingin Bahas Utang Sri Lanka

Reporter

Tempo.co

Jumat, 14 Oktober 2022 11:05 WIB

Pendemo meneriakkan slogan-slogan menentang Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di Lapangan Kemerdekaan, Kolombo, Sri Lanka, 4 April 2022. Pemerintahan Sri Lanka dijalankan oleh Rajapaksa dan beberapa anggota keluarganya sejak 2019, tengah berjuang di tengah lilitan utang untuk membayar impor bahan bakar dan barang-barang lainnya. REUTERS/Dinuka Liyanawatte

TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara pemberi pinjaman dana yang tergabung dalam Paris Club pada bulan lalu telah berkoordinasi dengan Cina dan India untuk membahas soal utang Sri Lanka. Sebuah sumber mengatakan pada Reuters belum ada hasil yang dicapai dari pembicaraan itu.

Paris Club secara resmi mengkontak dua kreditor terbesar di Sri Lanka setelah negara itu mengalami krisis ekonomi. Sri Lanka sudah mencapai kesepakatan dengan Dana Moneter Internasional atau IMF untuk pengucuran dana pinjaman sebesar USD 2,9 miliar (Rp 44 triliun) pada September 2022 lalu.

Relawan menyiapkan makanan di dalam dapur komunitas di sebuah gereja, di tengah krisis ekonomi negara, di Kolombo, Sri Lanka, 25 Juli 2022. REUTERS/Adnan Abidi

Advertising
Advertising

Baca juga: Gotabaya Rajapaksa Dapat Sambutan Hangat, Rumah dan Pengamanan

Sumber mengatakan pada Reuters kalau Paris Club belum mendapat jawaban dari Cina atau pun India perihal utang Sri Lanka tersebut. Pihak berwenang di Paris Club sudah melakukan pertemuan dengan pejabat India di Ibu Kota Washington di sela-sela pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia. Sedangkan delegasi Cina tidak hadir dalam kesempatan tersebut.

Sri Lanka sedang terseok-seok dalam krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari tujuh dekade. PBB memperkirakan lebih dari satu pertiga populasi di Sri Lanka kekurangan bahan makanan.

Sri Lanka yang berpopulasi hampir 22 juta jiwa, sedang mengupayakan platform untuk berkoordinasi agar mendapat kepastian pendanaan dari para negara peminjam, yang juga termasuk dari Jepang.

Sri Lanka adalah negara berpenghasilan menengah, yang tidak bisa mengajukan sendiri keringanan (pembayaran) utang di bawah kerangka kerja G20 soal utang. Laporan IMF pada Maret 2022 menyebut total utang Sri Lanka dalam mata uang asing sebesar USD 38,7 miliar (Rp 595 triliun) atau sekitar 48,2 persen dari total GDP-nya.

Sumber tersebut juga mengatakan India dan Cina mungkin akan silang pendapat soal siapa yang harus mengambil langkah dalam mengkoordinasikan Paris Club dengan Sri Lanka. Berdasarkan data Pemerintah Sri Lanka, negara itu punya utang sekitar USD 14 miliar (Rp 215 triliun) dengan para kreditor yang punya hubungan bilateral dengan Sri Lanka, di mana 66 persenya bukan anggota Paris Club.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ekonomi Global Penuh Tangangan, Sri Mulyani Sebut Aksi Nyata Negara G20 Sangat Dibutuhkan

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Apakah Orang yang Terlilit Pinjol Sulit Mengajukan Pinjaman di Bank?

6 hari lalu

Apakah Orang yang Terlilit Pinjol Sulit Mengajukan Pinjaman di Bank?

OJK melaporkan banyak orang terlilit pinjol dan paylater. Lantas, apakah orang terlilit pinjol masih bisa mengajukan pinjaman di bank?

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Bebas Visa Hingga Akhir Mei 2024 Ini 8 Destinasi Menarik yang Harus Dikunjungi

8 hari lalu

Sri Lanka Bebas Visa Hingga Akhir Mei 2024 Ini 8 Destinasi Menarik yang Harus Dikunjungi

Jelajahi keajaiban Sri Lanka dari Sigiriya, Anuradhapura, Kandy, Ella, Galle, Mirissa, Nuwara Eliya, Yala

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Perpanjang Bebas Visa untuk 7 Negara Hingga Akhir Mei 2024

8 hari lalu

Sri Lanka Perpanjang Bebas Visa untuk 7 Negara Hingga Akhir Mei 2024

Kebijakan bebas visa untuk menarik jumlah wisatawan ke Sri Lanka

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

11 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

11 hari lalu

Cerita Warga tentang Kontraktor Pembangunan Masjid Al Barkah Jakarta Timur yang Mangkrak: Punya Banyak Utang

Ahsan Hariri, kontraktor pembangunan gedung baru Masjid Al Barkah di Cakung, Jakarta Timur, dikabarkan puunya banyak utang.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

11 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

12 hari lalu

Pemerintah Serap Rp 7,025 Triliun dari Lelang Surat Utang SBSN

Pemerintah menyerap dana sebesar Rp 7,025 triliun dari pelelangan tujuh seri surat utang yakni Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

16 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

19 hari lalu

Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah

Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya