Biden Longgarkan Hukuman Kepemilikan Ganja, Ampuni Pelanggaran Sederhana

Reporter

Tempo.co

Jumat, 7 Oktober 2022 14:12 WIB

Pekerja memeriksa kualitas daun ganja di perkebunan ganja Rak Jangdi Nakhon Ratchasima, Thailand, 28 Maret 2021. Thailand sendiri merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mengizinkan penggunaan ganja untuk medis pada 2018 lalu. REUTERS/Chalinee Thirasupa

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joe Biden merombak kebijakan AS tentang ganja dengan mengampungi ribuan orang yang melanggar kepemilikan ganja serta meninjau kembali klasifikasi obat tersebut. Pada Kamis, 6 Oktober 2022, Biden mengatakan ribuan orang yang dihukum karena kepemilikan ganja, telah kesulitan mendapatkan pekerjaan, kepemilikan rumah maupun pendidikan. Namun dengan kebijakan baru ini, konsekuensi semacam itu bakal lebih ringan.

Baca: Biden Sebut Pengerahan Tentara di Afghanistan Sedang Didiskusikan

Hampir 40 negara bagian AS telah melegalkan penggunaan ganja dalam beberapa bentuk. Namun ganja tetap ilegal di beberapa negara bagian dan di tingkat federal.

Keputusan Biden ini akan menjadi langkah pertama menuju legalisasi yang lebih luas, sebuah langkah yang didukung oleh mayoritas orang Amerika. Kebijakan itu juga akan membawa perubahan besar-besaran bagi perusahaan serta penegakan hukum yang berdampak pada jutaan orang.

"Terlalu banyak nyawa yang dikorbankan karena pendekatan yang gagal terhadap ganja. Sudah waktunya kesalahan ini diperbaiki," kata Biden. Dia mendesak gubernur negara bagian untuk mengikutinya.

"Tidak seorang pun harus berada di penjara federal semata-mata karena kepemilikan ganja, tidak seorang pun harus berada di penjara lokal atau penjara negara bagian karena alasan itu," kata Biden.

Advertising
Advertising

Seorang pejabat senior administrasi mengatakan lebih dari 6.500 orang dengan hukuman federal dapat terpengaruh oleh keputusan tersebut.

Pendukung Biden menyambut baik langkah tersebut dan dampaknya terhadap ketidakseimbangan rasial dalam sistem peradilan AS. "Amerika Serikat tidak akan pernah melegalkan ganja secara adil sampai memperhitungkan kebijakan lama yang menyamakan ribuan pemuda kulit hitam dengan pengedar narkoba yang keras," kata Al Sharpton, presiden kelompok hak sipil Jaringan Aksi Nasional.

"Mereka dijebloskan ke jeruji besi selama bertahun-tahun karena ganja, merupakan pelanggaran tanpa kekerasan untuk zat yang sekarang dilegalkan oleh negara bagian merah dan negara bagian biru."

Kebijakan Ganja Biden Dikritik dan Dipuji

Namun kebijakan Biden ini menuai kritik dari Partai Republik. "Di tengah gelombang kejahatan dan ancaman resesi, Joe Biden memberikan pengampunan menyeluruh kepada para pelanggar narkoba. Banyak dari mereka mendapatkan tuduhan yang lebih serius," kata Senator Partai Republik Tom Cotton di Twitter. "Ini adalah upaya putus asa untuk mengalihkan perhatian dari kepemimpinan yang gagal."

Adapula yang memuji keputusan itu. “Kaukus progresif memuji tindakan Presiden Biden untuk memajukan peradilan pidana dan rasial,” kata Perwakilan Pramila Jayapal, yang memimpin sekelompok anggota parlemen berhaluan kiri, dalam sebuah pernyataan.

"Ini merupakan langkah besar dalam memperbaiki kesalahan di masa lalu dan mengubah kebijakan yang berdampak negatif pada banyak orang," kata Khari Edwards, kepala tanggung jawab sosial perusahaan di Ayr Wellness Inc, salah satu pengecer ganja terkemuka di Amerika Serikat.

Biden mengatakan dia telah meminta Jaksa Agung Merrick Garland mengampuni para terpidana kasus ganja, yang memenuhi syarat. "Departemen Kehakiman akan segera melaksanakan perintah Presiden, mengampuni individu yang terlibat dalam kepemilikan ganja, memulihkan hak politik, sipil, dan lainnya kepada mereka yang dihukum karena pelanggaran itu," kata departemen tersebut dalam sebuah pernyataan.

Baca: Momen Lawatan Joe Biden ke Arab Saudi

REUTERS | NESA AQILA | DRC

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 jam lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

2 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

3 jam lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

4 jam lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

5 jam lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

5 jam lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

6 jam lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

10 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

11 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya