Jajak Pendapat: Magdalena Andersson Bisa Jadi Perdana Menteri Swedia Lagi

Reporter

Daniel Ahmad

Senin, 12 September 2022 15:15 WIB

Warga memberikan suara di tempat pemungutan suara di Stockholm, Swedia, 11 September 2022. Pontus Lundahl/TT News Agency/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Partai-partai dengan haluan politik kiri-tengah Swedia diproyeksikan memenangkan mayoritas kursi di parlemen. Sebuah jajak pendapat yang dipublikasi persis pada hari pelaksaan pemilu, Minggu, 11 September 2022, menunjukkan kemungkinan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson bakal menjabat lagi.

Andersson berasal dari Partai Sosial Demokrat. Survei yang dilakukan televisi TV4 menayangkan blok kiri-tengah itu meraup 50,6 persen suara. Sementara 48 persen diraih partai-partai sayap kanan oposisi. Jajak pendapat Swedia ini kadang-kadang berbeda secara signifikan dari hasil akhir.

Pemilu Swedia pada Minggu 11 September 2022, mengadu Partai Sosial Demokrat kiri-tengah yang sedang berkuasa, melawan blok ekstrim kanan yang anti-imigrasi dan anti-Islam. Total ada 349 kursi parlemen yang diperebutkan.

Advertising
Advertising

Swedia berpopulasi 10 juta jiwa. Adapun pemungutan suara putaran pertama dimulai pada 24 Agustus 2022.

Magdalena Andersson menghadiri konferensi pers setelah ditunjuk sebagai Perdana Menteri baru negara itu setelah pemungutan suara di Parlemen Swedia Riksdagen di Stockholm, Swedia 24 November 2021. Kondisi ini terjadi setelah gagalnya usulan anggaran, dan Partai Hijau Junior mundur dari koalisi pemerintahan. Magdalena Andersson mengundurkan diri beberapa jam setelah dipilih oleh parlemen. Erik Simander /TT News Agency/via REUTERS

Perdana Menteri Andersson berjuang untuk mempertahankan posisi Partai Sosial Demokrat kiri-tengahnya di pucuk pimpinan koalisi sayap kiri. Akan tetapi, dia pun menghadapi perlawanan kuat dari kanan.

“Ini pada dasarnya adalah lemparan koin. Ini 50-50 antara dua pihak yang berbeda,” kata Zeth Isaksson, sosiolog bidang perilaku para pemilihan dari Universitas Stockholm.

Dalam sistem politik Swedia, partai yang memenangkan kursi terbanyak akan membentuk pemerintahan berikutnya. Jajak pendapat menunjukkan kemungkinan partai Andersson dapat merebut suara, meski perlu menciptakan koalisi dengan partai lain.

Hanya saja, jika kubu kiri gagal merebut suara, Andersson mungkin tidak dapat membentuk koalisi. Dalam hal ini, tongkat estafet akan diserahkan kepada partai terbesar kedua untuk mencoba membentuk pemerintahan.

Dengan naiknya angka kriminalitas hingga membuat para pemilih gelisah, kampanye sebelum pemilu fokus pada kejahatan geng. Kampanye pemilu Swedia juga banyak menyinggung lonjakan inflasi dan krisis energi setelah invasi ke Ukraina.

"Pesan saya yang jelas adalah, selama pandemi kami mendukung perusahaan dan rumah tangga di Swedia. Saya akan bertindak dengan cara yang sama lagi jika saya mendapatkan kepercayaan baru Anda," kata Andersson dalam salah satu debat terakhir menjelang pemungutan suara.

Sebelum menjadi mencetak sejarah sebagai Perdana Menteri perempuan pertama di Swedia, Andersson menjabat sebagai menteri keuangan. Dalam pemilu Swedia 2022, Andersson bersaing ketat dengan Ketua Moderat, Ulf Kristersson.

Kristersson telah menghabiskan bertahun-tahun memperdalam hubungan dengan Demokrat Swedia, sebuah partai anti-imigrasi dengan supremasi kulit putih di antara para pendirinya. Setelah awalnya dijauhi oleh semua partai lain, Demokrat Swedia kini semakin menjadi bagian dari hak arus utama.

"Kami akan memprioritaskan hukum dan ketertiban, membuatnya menguntungkan untuk kaum buruh dan membangun tenaga nuklir baru yang cerdas iklim. Sederhananya, kami ingin memilah Swedia," kata Kristersson dalam sebuah rekaman video.

Kristersson ingin membentuk pemerintahan dengan Demokrat Kristen kecil dan mungkin Liberal dengan hanya mengandalkan dukungan Demokrat Swedia di parlemen. Ketidakpastian membayangi pemilihan, dengan kedua blok menghadapi negosiasi panjang dan sulit untuk membentuk pemerintahan dalam lanskap politik yang terpolarisasi dan bermuatan emosi.

Andersson perlu mendapatkan dukungan dari Partai tengah dan kiri, yang bertentangan secara ideologis, dan mungkin juga Partai Hijau, jika dia menginginkan masa jabatan kedua sebagai Perdana Menteri.

Jajak pendapat menunjukkan pula kalau kubu sayap kiri tengah bersaing ketat dengan blok sayap kanan, di mana Demokrat Swedia baru-baru ini mengambil alih Partai Moderat sebagai partai terbesar kedua di belakang Sosial Demokrat.

REUTERS

Baca juga:Remaja Swedia Tembaki Pusat Perbelanjaan Ditangkap Polisi, Satu Orang Tewas

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Survei: 74% Warga Israel Tentang Serangan Balik terhadap Iran

11 hari lalu

Survei: 74% Warga Israel Tentang Serangan Balik terhadap Iran

Hampir tiga perempat responden survei Universitas Hebrew Israel melihat perlunya mempertimbangkan tuntutan politik dan militer dari sekutu soal konfli

Baca Selengkapnya

Swedia Usir Jurnalis Cina karena Alasan Keamanan Nasional

20 hari lalu

Swedia Usir Jurnalis Cina karena Alasan Keamanan Nasional

Swedia mengusir seorang jurnalis Cina, karena dianggap menimbulkan ancaman serius terhadap keamanan nasional.

Baca Selengkapnya

Salwan Momika, Ditangkap di Norwegia hingga Diblokir TikTok

22 hari lalu

Salwan Momika, Ditangkap di Norwegia hingga Diblokir TikTok

Salwan Momika yang memicu kemarahan internasional dengan berulang kali merusak Al-Quran tahun lalu, kini telah ditangkap di Norwegia

Baca Selengkapnya

Sempat Diisukan Tewas, Pembakar Al Quran Salwan Momika Ditangkap di Norwegia

23 hari lalu

Sempat Diisukan Tewas, Pembakar Al Quran Salwan Momika Ditangkap di Norwegia

Imigran asal Irak Salwan Momika ditangkap di Norwegia. Ia membakar Al Quran sehhingga membuat umat Muslim marah.

Baca Selengkapnya

Kata Para Pengamat soal Kursi Ketua DPR Hanya Jadi Hak Partai Pemenang Pemilu

30 hari lalu

Kata Para Pengamat soal Kursi Ketua DPR Hanya Jadi Hak Partai Pemenang Pemilu

Usai Pileg 2024, kursi ketua DPR jadi pembahasan menarik berikutnya. Benarkah jatah kursi ketua DPR hanya hak partai pemenang pemilu?

Baca Selengkapnya

Survei: Mayoritas Warga Amerika Serikat Kini Menentang Serangan Israel ke Gaza

31 hari lalu

Survei: Mayoritas Warga Amerika Serikat Kini Menentang Serangan Israel ke Gaza

55% warga Amerika Serikat tidak menyetujui respons militer Israel ke Gaza, menurut jajak pendapat terbaru Gallup

Baca Selengkapnya

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

38 hari lalu

Vonis 7 Anggota Nonaktif PPLN Kuala Lumpur Lebih Rendah daripada Tuntutan Jaksa, Ini Hal-hal yang Meringankan

Hakim juga menjatuhkan pidana denda kepada seluruh terdakwa PPLN Kuala Lumpur itu masing-masing sebesar Rp 5 juta.

Baca Selengkapnya

6 Negara yang Menerapkan Cuti Ayah, Pegawai Tetap Dapat Gaji

40 hari lalu

6 Negara yang Menerapkan Cuti Ayah, Pegawai Tetap Dapat Gaji

Pemberian cuti ayah saat istri pegawai melahirkan telah diterapkan di beberapa negara.

Baca Selengkapnya

NasDem Bantah Ratu Ngadu Bonu Mundur karena Perintah Partai

45 hari lalu

NasDem Bantah Ratu Ngadu Bonu Mundur karena Perintah Partai

Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasdem mengklaim permohonan pengunduran diri Ratu Ngadu Bonu atas kemauannya sendiri.

Baca Selengkapnya

Bendera Swedia Berkibar di Markas NATO di Belgia

47 hari lalu

Bendera Swedia Berkibar di Markas NATO di Belgia

Bendera Swedia berkibar di Markas NATO di Belgia, menandai bergabungnya negara tersebut sebagai anggota ke-32.

Baca Selengkapnya