Belanda Buka Penyelidikan Atas Kematian Bayi di Pusat Pengungsi Ter Apel

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 27 Agustus 2022 15:15 WIB

Pengungsi menunggu di luar ruangan di tanah lembab di pusat penerimaan utama pencari suaka, di Ter Apel, Belanda 17 Agustus 2022. REUTERS/Piroschka van de Wouw

TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang Belanda sedang menyelidiki kematian bayi berusia tiga bulan di pusat penerimaan pencari suaka di Desa Ter Apel, dekat perbatasan dengan Jerman.

Seperti dilansir Al Jazeera Jumat, kematian ini menyoroti kurangnya akomodasi yang memadai bagi para pengungsi di negara itu, yang telah menjadi krisis nasional.

Inspektorat Perawatan Kesehatan dan Pemuda mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa bayi itu meninggal pada Rabu pagi di aula olahraga pusat penerimaan pencari suaka di desa Ter Apel.

Menteri Hukum dan Imigrasi Belanda Eric van der Burg mengatakan dia "sangat terkejut" dengan insiden itu. Nama bayi, jenis kelamin, dan kebangsaan belum dirilis ke publik.

“Seorang bayi berusia tiga bulan meninggal tadi malam di gedung olahraga di Ter Apel. Seperti semua orang, saya sangat terkejut dengan peristiwa mengerikan ini," kata van der Burg di Twitter.

Advertising
Advertising

Banyak anggota parlemen Belanda dan masyarakat sekarang menuntut penjelasan mendesak dari para pejabat setelah kematian bayi yang mengejutkan itu.

Situasi di Ter Apel telah berubah menjadi krisis nasional, karena kurangnya ruang di pusat-pusat suaka dan ketidakmampuan pemerintah kota untuk menyediakan tempat berlindung bagi para pengungsi.

Pusat di Ter Apel — yang terbesar di Belanda — memiliki tempat tidur hingga 2.000 orang. Palang Merah Belanda mendirikan tenda-tenda di taman pusat karena kurangnya tempat tidur, tetapi mereka memindahkannya setelah menuai kecaman.

Sekarang sekitar 700 pengungsi, termasuk wanita, anak-anak dan orang tua, harus tidur di taman.

Sementara pemerintah berusaha memfasilitasi transfer hotel yang dibeli di desa Albergen ke Badan Pusat Penerimaan Pencari Suaka (COA) untuk menampung 300 pengungsi, pemerintah menghadapi protes dari penduduk setempat.

Dokter Lintas Batas (MSF) cabang Belanda dikerahkan di Ter Apel pada Kamis – yang pertama bagi organisasi yang biasanya memberikan bantuan medis kepada mereka yang membutuhkan di zona perang.

“Mulai hari ini kami memberikan perawatan medis di Ter Apel,” kata direktur MSF Judith Sargentini."Kondisi kehidupan di sana tidak manusiawi dan harus segera diperbaiki," katanya. “Tidak ada pancuran dan toiletnya kotor.”

Wali Kota Groningen Koen Schuiling “Kami telah mencapai titik terendah di negara kami,” kata, menyerukan kota-kota lain untuk membuka pintu mereka dan membantu mengurangi kepadatan penduduk di Ter Apel.

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada Jumat menyesalkan penanganan ratusan migran dan pengungsi yang terpaksa tidur di luar pusat penerimaan pengungsi karena kepadatan di dalam.

"Mengerikan apa yang terjadi di Ter Apel," kata Rutte sambil mengungkapkan rasa malu bahwa MSF telah meluncurkan operasi pertamanya di Belanda untuk mendukung para migran."Saya pikir semua orang di Belanda menganggap buruk bahwa MSF merasa berkewajiban untuk terjun ke Ter Apel.”

Rutte mengatakan sumber masalah ini adalah keputusan pemerintah Belanda pada 2015 untuk mengurangi kapasitas suaka akibat kekurangan perumahan nasional.

Tetapi Rutte juga mengumumkan bahwa pemerintah Belanda telah "menemukan jalan keluar dari masalah ini". Langkah-langkah tersebut, yang disetujui oleh Kabinet Belanda, termasuk membuka pusat pendaftaran baru di pangkalan militer terdekat dengan tujuan menempatkan semua orang di pusat itu pada 10 September.

Pemerintah juga akan membatasi jumlah migran dan pengungsi yang memasuki negara itu – termasuk 1.000 pencari suaka yang datang setiap tahun sebagai bagian dari kesepakatan UE 2016 dengan Turki – hingga akhir tahun depan.

Juga akan ada pembatasan bagi mereka yang diberi status pengungsi untuk dapat membawa keluarga mereka ke Belanda. Pada saat yang sama, repatriasi akan dipercepat bagi mereka yang datang dari negara-negara yang tidak masuk dalam daftar bahaya.

Baca juga: Belanda Gagal Evakuasi Warga dari Afghanistan

AL JAZEERA

Berita terkait

Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

12 jam lalu

Damainya Desa Giethoorn di Belanda yang Dijuluki Venesia dari Utara, Tak Ada Mobil dan Jalan Raya

Wisatawan bisa menjelajahi desa dengan perahu, mencicipi masakan Belanda, atau sekadar menikmati suasana damai yang tak terlupakan.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

2 hari lalu

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

2 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

3 hari lalu

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

BNPB meminta semua kebutuhan dasar masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang dapat segera dipenuhi.

Baca Selengkapnya

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

4 hari lalu

Kisah Cut Nyak Dhien Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional 60 Tahun Lalu, Rakyat Aceh Menunggu 8 Tahun

Perlu waktu bertahun-tahun hingga akhirnya pemerintah menetapkan Cut Nyak Dhien sebagai pahlawan nasional.

Baca Selengkapnya

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

4 hari lalu

6 Alasan Bayi Tidak Boleh Menggunakan Produk Mengandung Parfum

Paparan parfum pada kulit bayi bisa menyebabkan iritasi bahkan infeksi pernapasan.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

4 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

4 hari lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

6 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

7 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya